Pengolahan teh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Teh hitam/teh merah |
Teh sekunder |
||
Baris 34:
Daun teh hijau dimungkinkan untuk dioksidasi sempurna. Teh hitam adalah bentuk yang paling lazim di [[Asia Selatan]] dan [[Asia Tenggara]] dan pada abad lalu di banyak negara [[Afrika]] misalnya [[Kenya]], [[Burundi]], [[Rwanda]], [[Malawi]], dan [[Zimbabwe]]. Terjemahan harfiah dari istilah Cina adalah ''teh merah'', yang digunakan oleh beberapa pecinta teh. Orang Cina menyebutnya ''teh merah'' karena larutan teh yang dihasilkan dari teh ini akan berwarna merah. Orang Barat menyebutnya ''teh hitam'' karena daun teh yang digunakan untuk penyeduhan biasanya berwarna hitam. Namun, ''teh merah'' juga disebut [[rooibos]], yaitu [[teh herbal]] [[Afrika Selatan]] yang semakin merakyat. Proses oksidasi akan mengambil waktu enam pekan. Teh hitam kemudian digolongkan sebagai ortodoks atau sebagai ''CTC'' (''Crush, Tear, Curl'') (Remas, Peras, Keriting); sebuah metode produksi yang dikembangkan pada tahun 1930-an. Teh hitam yang tidak dikocok juga dikenali berdasarkan tempat dari mana mereka berasal, tahun panen dan pemetikan (pertama, kedua, atau musim gugur). Teh hitam proses ortodoks kemudian dikelas-kelaskan menurut mutu daun pascaproduksi oleh sistem [[Orange pekoe]], sedangkan teh ''CTC'' menggunakan sistem klasifikasi berbeda.
=== [[Teh
=== [[Teh kuning]] ===
Either used as a name of special tea processed similarly to green tea, or high-quality tea served at the [[Emperor of China|Imperial court]].
|