Gelanggang Seniman Merdeka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5 |
Menambahkan bagian sejarah dan sumbernya |
||
Baris 1:
{{Orphan|date=Januari 2023}}
'''Gelanggang Seniman Merdeka''' adalah nama perkumpulan seniman yang didirikan oleh [[Chairil Anwar]] beserta kawan-kawannya, yaitu para sastrawan dan juga seniman yang kemudian biasa disebut sebagai Angkatan 45.<ref name="buku">{{cite book|title= Ensiklopedia Indonesia, Jilid 7|publisher=Ichtiar Baru|author= Van Hoeve|location= Jakarta|coauthor=Hassan Shadily|page=1098}}</ref> Kecuali para sastrawan juga menghimpun para [[pelukis]], [[pemusik]], dan [[seniman]] lainnya seperti [[Haruddin M.S.]], [[Mochtar Apin]], [[Henk Ngantung]], [[Basuki Resobowo]], [[Asrul Sani]], [[Rifai Apin]] dan lain-lain.<ref name="buku"/> Sebagai landasan falsafah, mereka menyusun sebuah surat Kepercayaan Gelanggang, yang merupakan rumusan sikap hidup para seniman Gelanggang.<ref name="buku"/> Konsep ini disusun oleh Asrul Sani.<ref name="buku"/>
== Sejarah ==
Gelanggang Seniman Merdeka muncul sebagai bagian dari dinamika sastra Indonesia pada pertengahan abad ke-20. Didirikan oleh [[Chairil Anwar]], seorang penyair dan penulis berpengaruh asal [[Kota Medan|Medan]], [[Sumatera Utara]], yang lahir pada 26 Juli 1922, kelompok ini dikenal dengan kontribusinya yang signifikan dalam perkembangan sastra Indonesia modern. Chairil Anwar, yang sejak kecil telah menunjukkan kecerdasan dan bakat menulis, menguasai tiga bahasa asing—[[Belanda]], [[Inggris]], dan [[Jerman]]—yang mempengaruhi karya-karyanya. Penguasaan bahasa ini memungkinkan Chairil untuk menyadur dan menerjemahkan karya-karya sastra dari penulis dunia seperti [[André Gide]], [[John Ernst Steinbeck|John Steinbeck]], [[Rainer Maria Rilke]], [[Ernest Hemingway]], dan banyak lainnya.<ref name=":0">{{Cite book|last=Suarta|first=I Made|date=2022|url=https://pbi.unismuh.ac.id/wp-content/uploads/2022/10/E-Book_Pengantar-Bahasa-Sastra-Indonesia.pdf|title=Pengantar Bahasa dan Sastra Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya|location=Denpasar|publisher=Pustaka Larasan|isbn=978-623-6013-68-7|url-status=live}}</ref>
Pada tahun 1949, [[Rosihan Anwar]], melalui majalah ''[[Siasat]]'', memperkenalkan istilah "[[Sastrawan Angkatan 1945|angkatan 45]]" untuk generasi ini. Istilah lain yang pernah diajukan mencakup Angkatan Kemerdekaan, Angkatan Chairil Anwar, Angkatan Sesudah Perang, Angkatan Pembebasan, dan Generasi Gelanggang. Konsep kepengaranganan mereka dirumuskan dalam sebuah surat terbuka yang dikenal sebagai [[Surat Kepercayaan Gelanggang]] (SKG), yang dipublikasikan di Majalah ''Siasat'' pada 23 Oktober 1950.<ref name=":0" />
[[Maman S. Mahayana|Maman Mahayana]] mencatat bahwa kemunculan SKG sebagai respons terhadap publikasi [[Mukadiman Lembaga Kebudayaan Rakyat]] ([[Lembaga Kebudayaan Rakyat|Lekra]]) pada 17 Agustus 1950, didorong oleh perbedaan ideologi antara Gelanggang Seniman Merdeka yang menganut [[Humanisme Universal]] dan Lekra yang berpandangan [[Realisme sosial|Realisme Sosial]]. Reaksi ini juga dipengaruhi oleh perkembangan Lekra yang pesat dan bergabungnya anggota-anggota penting Gelanggang Seniman Merdeka seperti [[Basuki Resobowo]], [[Henk Ngantung]], dan [[Rivai Apin|Rivai Avin]], yang semuanya juga merupakan pendiri Gelanggang Seniman Merdeka.<ref name=":0" />
== Motivasi Lahirnya Gelanggang Seniman Merdeka ==
|