Ba 'Alwi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ahmad Juremi (bicara | kontrib)
k Berdasarkan bukti empiris di dokumen sejarah
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Mengembalikan suntingan oleh Ahmad Juremi (bicara) ke revisi terakhir oleh Kabul madras
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 10:
Ba 'Alwi mengklaim [[:en:Ahmad_al-Muhajir|Ahmad al-Muhajir]] bin Isa al-Rumi yang lahir pada tahun 873 (260H), diduga bermigrasi dari Basra ke Hadhramaut pada tahun 931 (320H) untuk menghindari kekerasan sektarian, termasuk invasi pasukan Qaramite ke dalam Kekhalifahan Abbasiyah. Hal ini juga mendapat kritik karena tidak adanya kitab sezaman yang mencatat perpindahannya.<ref>{{Cite web|last=Imaduddin Utsman al-Bantani|date=2024-04-03|title=Menjawab Ludfi Rochman Tentang Terputusnya Nasab Habib|url=https://rminubanten.or.id/menjawab-ludfi-rochman-tentang-terputusnya-nasab-habib/|website=RMI-NU Banten}}</ref>
 
== Penyebaran di Indonesia, Jadi Tukang membelokkan Sejarah Indonesia. ==
Abad ke-19 adalah masa gelombang migrasi besar-besaran keluarga Ba’alwi dan imigran Yaman lainnya ke Nusantara. Migrasi ini menyusul perubahan kebijakan Kolonial Belanda yang secara perlahan menjadikan wilayah Jawa dan kepulauan lain di Nusantara terbuka bagi pasar internasional.{{sfn|Burhanuddin|1999}} Perpindahan mereka ke Nusantara didorong factor kemiskinan, tidak bisa makan, mencari suaka selayaknya kaum Israil yang dulu dibantai oleh Jerman.{{sfn|Tubagus & Tim Peduli Sejarah Islam Indonesia|p=29}} Negeri Hadramaut pada akhir abad ke-19 itu mengalami perang saudara antara Al-Quwaiti dan Al-Khatiri, mereka memperebutkan kekuasaan di Hadramaut. Bahkan kekayaan Hadramaut tahun 1930 hanya dapat memenuhi kebutuhan seperempat penduduknya. Padahal, penting dicatat, pada tahun itu 20 sampai 30% penduduk Hadramaut tinggal diberbagai Negara Lautan India {{sfn|Tubagus & Tim Peduli Sejarah Islam Indonesia|p=189}}
 
Di Nusantara, mereka bekerja di bidang perkebunan, karyawan pabrik, tukang kebun, kurir dan lain-lain. Selain itu, ada juga yang bekerja pada pemerintahan kolonial Belanda seperti [[Usman bin Yahya|Utsman bin Yahya]] yang diangkat menjadi mufti (yang bertugas berfatwa) Belanda di Batavia. Utsman pulalah yang kemudian mengalami benturan dengan ulama-ulama Banten yang merupakan murid-murid Syekh Nawawi dan Syekh Abdul Karim. Hal itu, dikarenakan fatwa keagamaan Utsman tentang haramnya memberontak kepada Belanda, dan mereka yang melakukannya dianggap terkena delusi agama. Fatwa itu terkait pemeberontakan rakyat Banten pada tahun 1888 M.{{Sfn|Utsman bin Yahya|1890|p=22}}
Baris 17:
Seperti di Pulau Jawa, di Aceh juga tidak jauh berbeda, terjadi penghianatan dari oknum Ba’alwi terhadap perjuangan rakyat Aceh dalam melawan Belanda, bahkan lebih mengenaskan.
 
Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, keluarga Ba’alwi banyak yang aktif dalam perpolitikan Indonesia, diantaranya D.N. Aidit yang menjadi Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI). Pengakuan bahwa Aidit adalah marga Ba’alwi diungkapkan oleh anak Aidit, Ilham Aidit.<ref>{{Cite web|last=Karta Raharja Ucu|title=Simpang Siur Kabar DN Aidit Keturunan Rasulullah|url=https://republika.co.id/berita/selarung/breaking-history/pi8mbw282/simpang-siur-kabardn-aidit-keturunan-rasulullah-part1)}}</ref> Aidit (Cucu Ba'alawi) kemudian dihukum mati di Boyolali pada 23 November 1965 karena pengkhiantan kepada Negara Indonesia.<ref>{{Cite web|last=Petrik Matanasi|date=2018|title=Jasir Hadibroto dan Eksekusi Mati D.N. Aidit|url=https://tirto.id/cPvz|website=Tirto.id}}</ref> Selain Aidit, marga Ba’alwi yang menjadi anggota PKI juga adalah Ahmad Sofyan Baroqbah. Ia dieksekusi mati pada 19 Januari 1974, setelah diburu [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia]] selama bertahun-tahun di Kalimantan Barat.<ref name=":1">{{Cite web|last=Petrik Matanasi|date=2017|title=Sayid Komunis yang Diburu Tentara Baret Merah|url=https://tirto.id/chz3|website=Tirto.id}}</ref> Seorang marga Ba’alwi di Kalimantan Timur, Fahrul Baraqbah, juga anggota PKI yang ditangkap pasca meletusnya peristiwa 1965<ref name=":1" />.
 
== Kontroversi Nasab ==