Suku Bugis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
The Bangsawan (bicara | kontrib)
The Bangsawan (bicara | kontrib)
Baris 384:
Islamisasi kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar yang dipelopori oleh Luwu dan Gowa pada abad ke-17 telah mengubah secara signifikan lanskap keagamaan di seluruh semenanjung.{{sfn|Pelras|1996|p=137}} Akibatnya, sebagian besar festival liturgi orang Bugis terutama diatur sesuai dengan kalender Islam, meskipun tetap mempertahankan orientasi budaya lokal yang kuat.
 
Perayaan ''Hari Raya'' (eid) Idul Fitri[[Idulfitri]] dan Idul Adha[[Iduladha]] merupakan festival terbesar bagi orang Bugis. Idul Fitri (dikenal sebagai ''Maleppe'', yang berarti "bebas" dalam bahasa Bugis) merupakan ritual kemenangan setelah menyelesaikan sebulan [[puasa]] dan kegiatan keagamaan selama [[Ramadhan]].{{sfn|Hidayat Alsair|2019}} Dalam bahasa Bugis, istilah ''Mallepe'' memegang simbol filosofi sebagai pembebasan dari [[dosa]] dan kebiasaan buruk seseorang.<ref name="Massiara, Tradisi Damai Orang Bugis">{{citation|date=2023-04-23|title=Massiara, Tradisi Damai Orang Bugis|url=https://tuturkata.com/2023/04/23/massiara-tradisi-damai-orang-bugis/|work=Tuturkata.com|access-date=2024-03-21}}</ref> Sementara Idul Adha adalah perayaan keagamaan yang memperingati pengorbanan yang dilakukan oleh [[Ibrahim]].
 
Sehari sebelum eid, banyak keluarga Bugis menyiapkan kue nasi ''Burasa'' dan ''Tumbu'' dalam tradisi yang dikenal sebagai ''Ma’burasa'' dan ''Ma’tumbu''.{{sfn|Ona Mariani|2019}} Tradisi mengunjungi teman, kerabat, dan mengadakan pesta besar untuk pengunjung juga menjadi pusat perhatian — dikenal sebagai [[Lebaran#Halal bi-halal|Massiara]], kunjungan biasanya dimulai setelah shalat eid.<ref name="Massiara, Tradisi Damai Orang Bugis" />