Kuwaru, Kuwarasan, Kebumen: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 74:
Dahulu, wilayah Kebumen dan Gombong berdasarkan Perjanjian Giyanti masuk dalam wilayah Inclave Negara Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat yang disebut Siti Sewu. [http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2021/03/siti-sewu-dan-numbak-anyar-memahami.html?m=1]
Setelah wafat, Adipati Purwo dimakamkan di Astana Gambiran, DIY.
Putra - putri beliau berjumlah 16 dan tersebar di Jogja, Kebumen - Gombong, Banyumas hingga Wonosobo dangan berbagai jabatan.
Dalam buku peninggalan keluarga dan keterangan lisan sesepuh Desa Kuwaru disebutkan bahwa Adipati Purwo/ Purwodiningrat mempunyai istri di Gombong bernama Nyai Adjeng Cempaka.
Baris 89:
Demang Kromoleksono adalah salah satu putra dari Adipati Purwo dengan istrinya yaitu Nyai Adjeng Cempaka.
Disebutkan dalam catatan peninggalan keluarga yang dicocokkan data sejarah Roma tulisan H.R. Soenarto bahwa Demang Kromoleksono dari Kuwaru adalah pengikut Pangeran Diponegoro dan menjadi pemimpin pembrontakan melawan Belanda di Gombong hingga akhirnya beliau dibuang Belanda ke
Memuat nama Raden Tumenggung Sindunegoro/ Pangeran Purwadiningrat dan Raden Demang Kromoleksono/ Kyai Kramaleksana dari Kuwaru.
Sumber : https://jatinegara.kec-sempor.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/472</ref>
Baris 121:
Ciri khas nya dapat dilihat dari gelar bangsawan/ keturunan ningrat yang tertulis pada tiap nisannya, yaitu R. (Raden), R.Bg (Raden Bagus), Rr. (Raden Roro) dan R.Ngt (Raden Nganten).[[Berkas:Makam_keturunan_mbah_cempaka.jpg|jmpl|Salah satu makam keturunan Nyi Mas Adjeng Cempaka dengan ciri khas berupa gelar keturunan bangsawan/ ningrat di depan namanya]]
Makam Nyai Adjeng Cempaka menjadi makam leluhur yang sakral dan dihormati sebagai
Selain Makam Nyai Adjeng Cempaka dan keluarganya, di Desa Kuwaru juga terdapat makam2 leluhur lainnya.
Yaitu Makam Eyang Sutawirya yang seorang Penewu terletak di tengah TPU Keputihan, kemudian ada Makam Panjang yang merupakan makam tombak dan peralatan perang para prajurit yang gugur pada era perang diponegoro, lalu ada makam Eyang Sarahjaya di bagian paling belakang makam yang dikisahkan beliau adalah pertapa yang hanyut di sungai dan makam leluhur terakhir adalah makam Eyang Singobrojo yang terletak di Dukuh Enthak, di pinggir jalan dekat perbatasan Desa Gumawang, diperkirakan beliau adalah pengawal dari eyang cempaka.
|