Malam Satu Suro: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 47:
Film ini dikenal dengan alur ceritanya yang unik karena tidak mengetengahkan sang [[hantu]] [[sundel bolong]] sebagai tokoh [[antagonis]] seperti umumnya di perfilman nusantara kala itu, tetapi sebagai tokoh utama [[protagonis]]. Film ini didistribusikan oleh [[Soraya Intercine Films]].
==
Di awal film, di tengah sebuah hutan, arwah seorang wanita yang gentayangan berwujud [[sundel bolong]] dibangkitkan dari [[kuburan]]nya oleh Ki Rengga, seorang [[dukun]] [[suku Jawa|Jawa]] sakti untuk dijadikan [[anak angkat]]nya. Dukun Jawa itu berkata: "''Suketi, manuta nduk, kowé arep takdadikké anak angkatku.''" ("Suketi, menurutlah nak, engkau akan kujadikan anak angkatku"). Dia kemudian menancapkan [[paku]] keramat ke kepala Suketi ([[Suzanna]]), arwah penasaran tersebut, merapal [[mantra]] kuno ber[[bahasa Jawa]] dan sundel bolong itu pun menjadi manusia kembali. Suatu hari dua orang pemuda dari [[Jakarta]] sedang berburu [[kelinci]] di hutan tersebut. Bardo Ardiyanto ([[Fendy Pradana]]), sang pemburu tersebut, bersama temannya Hari, nyaris membunuh buruannya, tetapi dihalangi oleh seorang wanita cantik, dia pun penasaran akan wanita tersebut dan akhirnya bertemu dengan Suketi. Bardo dan Suketi langsung saling jatuh cinta dan Bardo berniat melamar Suketi. Awalnya lamarannya ditolak oleh Ki Rengga, ayah angkat Suketi, tetapi akhirnya disetujui setelah permohonan Bardo yang tulus dan dorongan Suketi ke orang tua angkatnya. Bardo mengikuti syarat Ki Rengga, bahwa pernikahan harus diadakan pada "Malam satu Suro" (Tanggal 1 [[Sura]], [[tahun baru]] dalam [[Kalender Jawa|penanggalan Jawa]]) di tengah ''Alas Roban'' ("[[Hutan Roban]]") tanpa dihadiri siapa pun kecuali sang dukun Jawa dan pasangan [[pengantin]] tersebut dalam sebuah adegan ritual mistik Jawa kuno yang diiringi tari-tarian [[peri]].
|