Revolusi Nasional Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OnAir21 (bicara | kontrib)
OnAir21 (bicara | kontrib)
Baris 227:
Dalam kunjungan kenegaraannya pada tahun 2020, Raja Belanda [[Willem-Alexander dari Belanda|Willem-Alexander]] di hadapan Presiden [[Joko Widodo]] menyampaikan permintaan maaf terhadap brutalitas tentara Belanda.<ref name="dw2">dw.com 17 February 2022: [https://www.dw.com/en/netherlands-apologizes-to-indonesia-over-war-crimes/a-60817847 ''Netherlands apologizes to Indonesia over war crimes'']</ref> Permintaan maaf ini dianggap cukup mengejutkan karena permintaan maaf langsung dari raja menuai opini pro kontra di Belanda.<ref>{{Cite web|last=Tasevski|first=Olivia|date=2024-09-24|title=The Dutch Are Uncomfortable With Being History’s Villains, Not Victims|url=https://foreignpolicy.com/2020/08/10/dutch-colonial-history-indonesia-villains-victims/|website=Foreign Policy|language=en-US|access-date=2024-09-24}}</ref>
 
PermintaanPada maaf17 dariFebruari Raja2022, sejarahwan Belanda kemudianmerilis penelitian yang berjudul ''Kemerdekaan, Dekolonisasi, Kekerasan dan Perang di Indonesia, 1945-1950.'' Penelitian ini diikuti oleh permintaanahli maafsejarahwan dari pemerintah3 institusi: [[Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde]] (KITLV), Institusi Belanda yanguntuk dipimpinSejarah olehMiliter (NIMH) dan [[MarkInstitut RutteNIOD untuk Pembelajaran Perang, Holokaus dan Genosida]].<ref>{{cite padaweb|date=19 tahunJanuary 2022|title=Presentation results research 'Independence, dimanaDecolonization, iaViolence and War in Indonesia, 1945–1950'|url=https://www.kitlv.nl/presentation-results-research-independence-decolonization-violence-and-war-in-indonesia-1945-1950/|website=kitlv.nl|access-date=2023-02-14}}</ref><ref>{{cite web|title=Onafhankelijkheid, Dekolonisatie, Geweld en Oorlog in Indonesië 1945–1950|url=https://www.aup.nl/en/series/onafhankelijkheid-dekolonisatie-geweld-en-oorlog-in-indonesie-1945-1950|publisher=[[Amsterdam University Press]]|access-date=2023-02-14}}</ref> Penelitian ini juga dibantu oleh 17 sejarahwan Indonesia dari [[Universitas Gadjah Mada]].<ref>{{Cite web|date=2022-05-24|title=Parlemen Belanda Gelar Debat Kekerasan Era Perang Kemerdekaan Indonesia|url=https://historia.id/politik/articles/parlemen-belanda-gelar-debat-kekerasan-era-perang-kemerdekaan-indonesia-6mJe9/page/1|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2024-09-24}}</ref> Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Belanda telah menggunakan kekerasan yang sistematis dan berlebihan selama perang. Menurut tinjauan tersebut, "Penggunaan kekerasan ekstrem oleh angkatan bersenjata Belanda tidak hanya meluas, tetapi juga sering disengaja" dan "diizinkan di setiap level: politik, militer, dan hukum." Pada hari yang sama setelah penelitian itu dirilis, Perdana Menteri Belanda [[Mark Rutte]] menyatakan permintaan maaf atas kekerasan ekstrim yang dilakukan oleh [[Angkatan Bersenjata Belanda]] secara sistematis dan tersebar luas dan kegagalan pemerintahan Belanda dalam mengakuinya.<ref name="dw2" /><ref>{{Cite news|last=Boffey|first=Daniel|date=2022-02-17|title=Dutch PM apologises for state’s role in abuses in 1940s Indonesian war|url=https://www.theguardian.com/world/2022/feb/17/dutch-state-condoned-extreme-violence-in-indonesian-war-inquiry-concludes|newspaper=The Guardian|language=en-GB|issn=0261-3077|access-date=2024-09-24}}</ref>
 
== Catatan kaki ==