Sabelianisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 82:
Bentuk Nama Tuhan yang muncul di dalam ayat ke-19 [[Amanat Agung]] ({{Alkitab|Matius 28:16-20}}) juga secara historis dilisankan dalam upacara pembaptisan Kristen, umat Kristen Tritunggalis mengimani kewujudan tiga Oknum berlainan Tritunggal Mahakudus, sekalipun saling bersemayam satu di dalam yang lain, kewujudan Oknum-Oknum Tritunggal dipermaklumkan oleh baptisan Yesus. Banyak modalis tidak menggunakan rumusan ini sebagai Nama Tuhan. Sejumlah kritikus dari pihak Pentakosta Keesaan modern juga mengemukakan bahwa nas {{Alkitab|Matius 28:19}} bukanlah bagian dari karya tulis aslinya, karena [[Eusebius dari Kaisarea]] mengutip nas tersebut dengan frasa "di dalam nama-Ku", and in that source there was no mention of baptism in the verse. Meskipun demikian, Eusebius juga mengutip rumusan "tritunggal" di dalam risalah-risalahnya yang terkemudian. (Conybeare (''Hibbert Journal'' i (1902-3), page 102). Matthew 28:19 is quoted also in the [[Didakhe]] (Didache 7:1), which dates to the late 1st Century or early 2nd Century) and in the [[Diatesseron]] (Diatesseron 55:5-7), which dates to the mid 2nd Century harmony of the Injil-Injil Sinoptis. The ''Shem-Tob's Hebrew Gospel of Matthew'' (George Howard), written during the 14th century, also has no reference of baptism or a "trinitarian" formula in Matthew 28:19. However, it is also true that no Greek manuscript of the Gospel of Matthew has ever been found which does not contain Matthew 28:19. The earliest extant copies of Matthew's Gospel date to the 3rd Century, and they contain Matthew 28:19. Therefore, scholars generally agree that Matthew 28:19 is likely part of the original Gospel of Matthew, though a minority disputes this.
 
In passages of scripture such as Matthew 3:16-17 where the Father, Son, and Holy Spirit are separated in the text and witness, modalists view this phenomenon as confirming God's [[omnipresence]], and His ability to [[omnipotence|manifest himself as he pleases]]. Oneness Pentecostals and Modalists attempt to dispute the traditional doctrine of eternal co-existent union, while affirming the Christian doctrine of God taking on flesh as Jesus Christ. Like Trinitarians, Oneness adherents attest that Jesus Christ is fully God and fully man. However, Trinitarians believe that the "Word of God," the eternal second Person of the Trinity,<ref name="Contra Gentes Part III">{{cite web|last1=St. Athanasius|first1=of Alexandria|title=Contra Gentes Part III|url=https://www.ccel.org/ccel/schaff/npnf204.vi.ii.iii.xii.html|website=Christian Classics Ethereal Library|access-date=28 May 2017}}</ref> was manifest as the Son of God by taking humanity to Himself and by glorifying that Humanity to equality with God through His resurrection, in eternal union with His own Divinity.<ref name="The Incarnation of the Word">{{cite web|last1=St. Athanasius|first1=of Alexandria|title=The Incarnation of the Word|url=https://www.ccel.org/ccel/schaff/npnf204.vii.ii.viii.html|website=Christian Classics Ethereal Library|access-date=28 May 2017}}</ref> In contrast, Oneness adherents hold that the One and Only true God—Who manifests Himself in any way He chooses, including as Father, Son and Holy Spirit (though not choosing to do so in an eternally simultaneous manner)—became man in the temporary role of Son.<ref>{{cite web|title=The End of the "Son"|url=http://www.christiandefense.com/one_introduction.htm#theend|website=ChristianDefense.com|access-date=28 May 2017}}</ref> Many Oneness Pentecostals have also placed a strongly [[Nestorianism|Nestorian]] distinction between Jesus' humanity and Divinity<ref>{{cite web|last1=Dulle|first1=Jason|title=Avoiding the Achilles Heels...|url=http://www.onenesspentecostal.com/ugstsymposium.htm|website=OnenessPentecostal.com|access-date=28 May 2017}}</ref> as in the example compared with Tertullian's statement above. -->
 
Golongan Pentakosta Keesaan dan golongan-golongan [[modalisme|modalis]] lainnya dicap sebagai ahli bidat oleh umat Kristen Katolik, Kristen Ortodoks, dan golongan-golongan umat Kristen arus utama lainnya, lantaran mendustakan kewujudan harfiah Putra terkasih Allah yang turun dari Surga, termasuk kewujudan-Nya yang kekal; menolak suksesi langsung karunia-karunia dan wewenang rasuli melalui pentahbisan uskup; mendustakan jati diri umat Kristen arus utama sebagai Tubuh yang diperanakkan Allah dan Gereja yang didirikan Kristus; serta menolak ketetapan konsili-[[konsili oikumenis|konsili oikumene]] seperti [[Syahadat Nikea|Konsili Nikea dan Konsili Konstantinopel]], termasuk keimanan kepada Tritunggal Mahakudus. Jika banyak kaum Tunggalis adalah penganut Arianisme, maka kaum modalis justru membedakan dirinya dari kaum Tunggalis -[[Arianisme|Arian]] maupun kaum Tunggalis-[[Semi-Arianisme|Semiarian]] dengan mengamini [[Ke-Allah-an menurut Kekristenan|Ke-Allah-an]] paripurna Kristus, sementara pandangan Arian maupun Semiarian menyatakan bahwa Kristus tidak sehakikat ({{lang-el|οὐσία}}, ''ousia'') dengan Allah Bapa, dan oleh karena itu tidak setara dengan Allah Bapa. Dionisius, Uskup Roma, memaparkan pemahaman KekristenanKristen tradisional tentang Arianisme maupun Sabelianisme di dalam risalah ''Melawan Kaum Sabelian'', sekitar tahun 262. Sama seperti Hipolitus, ia juga menjelaskan bahwamenyifatkan kedua bidat itu sebagai dua kutub ekstrem yang saling berseberangan dalam usaha memahami Putra Allah, karena Arianisme menyalahartikan ketidaksamaan Putra dengan Bapa, sementara Sabelianisme menyalahartikan kesetaraan Putra dengan Bapa. InIa fact,juga hemenolak alsogagasan repudiatedtentang thetiga ideaAllah ofsebagai threegagasan Gods as error asyang wellkeliru.<ref name="Against Sabellians"/> WhileMeskipun ArianismArianisme anddan SabellianismSabelianisme maytampak appearbetul-betul tosaling be diametrically opposedberseberangan, thelantaran formerArianisme claimingmenyifatkan ChristKristus tosebagai beciptaan createdsementara andSabelianisme themenyifatkan latterKristus claiming Christ issebagai Allah, bothkedua-duanya insama-sama commonmendustakan denykeimanan theTritunggalis Trinitarianbahwa beliefKristus thatadalah Christ isAllah GodYang EternalKekal '''indi Hisdalam HumanityKemanusiaan-Nya''', anddan thatbahwa thisinilah isdasar thehakiki verypengharapan basismanusia ofakan man's hope of salvationkeselamatan. "OneSatu, notbukan bydengan conversionmengalihwujudkan ofKe-Allah-an theke Godheaddalam into fleshdaging, butmelainkan bydengan takingmemasukkan ofkemanusiaan theke manhooddalam into GodAllah."<ref>{{cite web|title=Athanasian Creed|url=http://www.reformed.org/documents/index.html?mainframe=http://www.reformed.org/documents/athanasian.html|website=Reformed.org|access-date=29 May 2017}}</ref>
 
Hipolitus meriwayatkan peng[[ekskomunikasi]]an Noetus sebagai berikut:
Hippolytus' account of the excommunication of Noetus is as follows: <blockquote>When the blessed presbyters heard this, they summoned him before the Church, and examined him. But he denied at first that he held such opinions. Afterwards, however, taking shelter among some, and having gathered round him some others who had embraced the same error, he wished thereafter to uphold his dogma openly as correct. And the blessed presbyters called him again before them, and examined him. But he stood out against them, saying, “What evil, then, am I doing in glorifying Christ?” And the presbyters replied to him, “We too know in truth one God; we know Christ; we know that the Son suffered even as He suffered, and died even as He died, and rose again on the third day, and is at the right hand of the Father, and cometh to judge the living and the dead. And these things which we have learned we allege.” Then, after examining him, they expelled him from the Church. And he was carried to such a pitch of pride, that he established a school.<ref name="Against the Heresy of Noetus"/></blockquote> -->
<blockquote>Tatkala sampai ke telinga para presbiter mubarak, mereka memanggil dia ke hadapan Gereja, lalu menguji dia. Mula-mula dia menyangkal berpandangan seperti itu, tetapi belakangan, sesudah berlindung kepada beberapa orang, dan menghimpun di sekelilingnya beberapa orang lain yang sudah menganut kekeliruan yang sama, dengan terang-terangan dia menghendaki ajarannya dianggap benar. Maka para presbiter mubarak sekali lagi memanggil dia menghadap mereka, lalu menguji dia. Namun dia tegak menentang mereka, katanya, “jadi apa jahatnya yang aku lakukan dalam memuliakan Kristus?” Para presbiter menjawab, “kami pun tahu kebenaran akan satu Allah; kami tahu Kristus; kami tahu bahwa Putra menderita sengsara pada saat Ia menderita sengsara, dan mati pada saat Ia mati, dan bangkit kembali pada hari yang ketiga, dan sekarang berada di sebelah kanan Bapa, dan datang untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati, dan semua perkara yang sudah kami pelajari ini kami persaksikan.” Lalu, sesudah menguji dia, mereka mengusir dia dari Gereja. Dan dia terjerumus ke dalam kesombongan yang sedemikian tingginya, sampai-sampai dia mendirikan sebuah perguruan.<ref name="Against the Heresy of Noetus"/></blockquote>
 
Organisasi-organisasi Pentakosta Keesaan dewasa ini memisahkan diri dari organisasi induknya ketika sidang para pemimpin jemaat Pentakosta secara resmi mengadopsi doktrin Tritunggal.<ref>{{cite web|last1=Gill|first1=Kenneth|title=Dividing Over Oness|url=http://www.christianitytoday.com/history/issues/issue-58/dividing-over-oneness.html|website=ChristianityToday|access-date=29 Mei 2017}}</ref> Sejak memisahkan diri, kaum Pentakosta Keesaan telah mendirikan berbagai [[Sekolah Tinggi Teologi Urshan|sekolah tinggi teologi]].