Samsara (Buddhisme): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Faredoka (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
Dalam [[Buddhisme]], '''samsara''' ([[KBBI]]; {{lang-pi|''saṃsāra''}}; {{Lang-sa|संसार}}) adalah siklus tanpa awal dari kelahiran berulang, keberadaan duniawi, dan kematian kembali. Samsara dianggap sebagai [[Penderitaan (Buddhisme)|penderitaan]] (''dukkha''), dan secara umum tidak memuaskan dan menyakitkan,{{sfn|Wilson|2010}} dilanggengkan oleh [[nafsu keinginan]] (''taṇhā'') dan [[Ketidaktahuan (Buddhisme)|ketidaktahuan]] (''avijjā''), dan [[Karma dalam Buddhisme|karma]] serta [[Landasan indra|pengindraan]] yang dihasilkannya.{{sfn|Juergensmeyer|Roof|2011|p=271-272}}{{sfn|McClelland|2010|p=172, 240}}{{sfn|Williams|Tribe|Wynne|2012|p=18–19, chapter 1}}
 
[[Punarbawa]] atau kelahiran kembali terjadi di tiga puluh satu [[Loka (Buddhisme)|alam keberadaan]], yaitu alam-alam surga (brahma dan dewa), alam manusia, dan alam-alam rendah (hewan, hantu kelaparan, jin, dan neraka).{{refn|Earlier Buddhist texts refer to five realms rather than six realms; when described as five realms, the god realm and demi-god realm constitute a single realm.{{sfn|Buswell|2004|p=711-712}}|group=note|name=realms2}} Samsara berakhir jika seseorang mencapai [[Nirwana]],{{refn|group=note|name=nirvanakc}} “padamnya” nafsu keinginan dan perolehan kebijaksanaan sejati atas [[ketidakkekalan]] (''anicca'') dan realitas [[tanpa-atma]] (''anatta'').{{sfn|Buswell|Gimello|1992|p=7–8, 83–84}}{{sfn|Choong|1999|p=28–29, Quote: "Seeing (''passati'') the nature of things as impermanent leads to the removal of the view of self, and so to the realisation of nirvana."}}{{sfn|Rahula|2014|p=51-58}}
 
== Karakteristik ==
Dalam Buddhisme, ''saṃsāra'' adalah "siklus kehidupan, kematian, dan kelahiran kembali yang terus menerus dan sarat penderitaan, tanpa awal dan akhir".{{sfn|Wilson|2010}}{{sfn|Laumakis|2008|p=97}} Dalam beberapa ''sutta'', khususnya [[Saṁyutta Nikāya]] 15. disebutkan, "Dari suatu awal yang tidak dapat dipahami muncullah kelahiran kembali. Titik awalnya tidak jelas, meskipun makhluk-makhluk yang terhalang oleh ketidaktahuan dan terbelenggu oleh nafsu keinginan terlahir kembali dan mengembara".<ref>http://suttacentral.net/en/sn15.3 {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170330180444/https://suttacentral.net/en/sn15.3|date=2017-03-30}} - SN 15.3 Assu-sutta</ref> Samsara merujuk pada siklus kelahiran dan kematian yang tidak pernah berakhir, dalam enam alam realitas (''gati'', [[Loka (Buddhisme)|domain keberadaan]]; juga dikenal dengan kategorisasi yang berbeda dalam aliran [[Theravāda]]),{{sfn|Bowker|1997}} mengembara dari satu kehidupan ke kehidupan lain tanpa arah atau tujuan tertentu.{{sfn|Gethin|1998|p=119}}{{sfn|Ajahn Sucitto|2010|pp=37-38}}{{refn|Samsara is the continual repetitive cycle of rebirth within the six realms of existence:
* Damien Keown: "Although Buddhist doctrine holds that neither the beginning of the process of cyclic rebirth nor its end can ever be known with certainty, it is clear that the number of times a person may be reborn is almost infinite. This process of repeated rebirth is known as saṃsāra or 'endless wandering', a term suggesting continuous movement like the flow of a river. All living creatures are part of this cyclic movement and will continue to be reborn until they attain nirvana."{{sfn|Keown|2000|loc=Kindle locations 702-706}}
* Ajahn Sucitto: "This continued movement is [...] what is meant by samsāra, the wandering on. According to the Buddha, this process doesn't even stop with death—it's like the habit transfers almost genetically to a new consciousness and body."{{sfn|Ajahn Sucitto|2010|pp=37-38}}|group=note|name="realms"}} Samsara dicirikan oleh ''[[dukkha]]'' ("tidak memuaskan," "menyakitkan"). Samsara berhubungan dengan [[Empat Kebenaran Mulia]], karena ''dukkha'' ("tidak memuaskan," "menyakitkan") adalah inti dari samsara.<ref>{{Cite book|last=Keown|first=Damien|year=2003|title=Oxford Dictionary of Buddhism|publisher=Oxford University Press, Incorporated|isbn=9780198605607|pages=248}}</ref><ref>{{Cite book|last=Keown|first=Damien|year=2003|title=Oxford Dictionary of Buddhism|publisher=Oxford University Press Incorporated|isbn=9780198605607|pages=248|quote="Although not mentioned by name, samsara is the situation that is characterized as suffering (*duhkha) in the first of the *Four Noble Truths (aryasatya)."}}</ref> Setiap kelahiran kembali bersifat sementara dan tidak kekal. Dalam setiap kelahiran kembali, seseorang dilahirkan dan mati, untuk dilahirkan kembali di tempat lain sesuai dengan [[Karma dalam Buddhisme|karmanya]] masing-masing.{{sfn|Williams|2002|pp=74-75}} Samsara dilanggengkan oleh ''avijjā'' ("[[Ketidaktahuan (Buddhisme)|ketidaktahuan]]") seseorang, khususnya tentang ''anicca'' ("[[Ketidakkekalan (Buddhisme)|ketidakkekalan]]") dan ''anatta'' ("[[Tanpa atma|tanpa-diri]]"){{sfn|Keown|2004|pp=81, 281}}{{sfn|Fowler|1999|p=39–42}} dan dari ''taṇhā'' ([[nafsu keinginan]]).{{refn|Ignorance and craving: