Sejarah Roma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 128:
 
[[File:Roman constitution.png|thumb|right|Bagan yang memperlihatkan pengawasan dan perimbangan di dalam [[tata negara Republik Romawi]]]]
Pada waktu yang sama, [[HeraclidesHeraklides PonticusPontikos|Heraklides]] menyebutkan bahwa Roma pada abad ke-4 adalah salah satu kota [[Yunani Kuno|Yunani]] (Plut. Cam. 22).
 
Musuh-musuh Roma yang sesungguhnya adalah suku-suku perbukitan yang bertetangga, yaitu orang Volsci, orang Aequi, dan tentu saja orang Etruski. Seiring bergulirnya waktu dan kian meluasnya wilayah kedaulatan bangsa Romawi berkat keberhasilan militernya, muncul musuh-musuh baru. Musuh yang paling sengit adalah [[orang Galia]], yaitu sekumpulan suku dengan persatuan renggang yang menguasai hampir seluruh kawasan utara Eropa, termasuk daerah yang dewasa ini menjadi kawasan utara dan kawasan tengah-timur negara Italia.
Baris 138:
[[File:Roman conquest of Italy.PNG|thumb|left|[[Ekspansi bangsa Romawi di Jazirah Italia]] dari tahun 500 SM sampai tahun 218 SM melalui [[Perang Latin]] (area merah menyala), [[Pertempuran Samnit|Perang Samni]] (area merah muda dan jingga), [[Perang Piros]] (area putih kuam), [[Perang Punik I]], dan [[Perang Punik II]] (area kuning dan hijau). [[Galia Cisalpina]] (tahun 238–146 SM) dan Lembah [[Alpen]] (tahun 16–7 SM) menyusul belakangan. Area merah tua adalah wilayah kedaulatan [[Republik Romawi]] pada tahun 500 SM.]]
 
Di tengah peperangan yang tidak berkesudahan itu (dari permulaan zaman Republik sampai zaman Principatus, pintu kuil Dewa [[Yanus]] hanya ditutup dua kali, karena pintu kuil dibiarkan tetap terbuka selama Roma berada dalam masa perang), Roma dihadapkan dengan kemelut kemasyarakatan yang besar, yaitu [[Konflik Tatanan]]. Di dalam pergulatan politik antara golongan ''[[plebs]]'' (jelata) dan golongan ''[[patricius]]'' (bangsawan) [[Republik Romawi]] purba ini, golongan ''plebs'' memperjuangkan kesetaraan dengan golongan ''patricius''. Konflik Tatanan yang memainkan peran penting di dalam pengembangan [[undang-undangtata dasarnegara Republik Romawi]] ini bermula pada tahun 494 SM, ketika semua orang dari golongan ''plebs'' minggat meninggalkan kota ([[secessio plebis]] yang pertama) pada saat Roma sedang sibuk berperang melawan dua suku tetangganya. Peristiwa minggat yang pertama inilah yang menjadi latar belakang penciptaan jabatan [[tribunus plebis]], dan dengan demikian untuk pertama kalinya golongan plebs mendapatkan kekuasaan yang nyata.<ref name="Abbott, 28">Abbott, 28.</ref>
 
Menurut anggapan turun-temurun, Roma menjadi sebuah negara republik pada tahun 509 SM. Meskipun demikian, Roma harus melewati rentang waktu beberapa abad sebelum menjadi kota gilang-gemilang yang lazim dibayangkan orang. Pada abad ke-3 SM, Roma sudah menjadi kota terkemuka di Jazirah Italia. Semasa berlangsungnya [[perang-[[perang Punik]] antara Roma dan Kartago (tahun 264–146 SM), marwah Roma kian melejit lantaran untuk pertama kalinya kota itu menjadi ibu kota sebuah kemarajaan lintas laut. Semenjak abad ke-2 SM, populasi Roma mengalami peningkatan yang signifikan, manakala para petani Italia berbondong-bondong pindah ke kota itu sesudah terdepak dari lahan-lahan warisan leluhur mereka lantaran kebijakan baru pemerintah untuk membuka lahan-lahan usaha tani yang sangat luas dan digarap para budak, yakni lahan-lahan yang disebut [[latifundium]]. Kemenangan atas Kartago dalam [[Perang Punik II]] menghasilkan dua provinsi pertama yang terletak di luar Jazirah Italia, yaitu [[Sisilia]] dan [[Sardinia]].<ref name="Fields,15">{{harvnb|Fields|2007|p=15}}.</ref> Beberapa daerah di [[Spanyol]] ([[Hispania]]) menyusul kemudian, dan pada permulaan abad ke-2, bangsa Romawi terseret ke dalam urusan-urusan Alam Yunani. Pada masa itu, semua kerajaan Helenistis dan negara-negara kota Yunani sedang terpuruk, letih akibat perang-perang saudara yang tidak berkesudahan dan mengandalkan tenaga prajurit upahan.
 
Bangsa Romawi terkagum-kagum melihat peradaban bangsa Yunani. Bangsa Yunani memandang Roma sebagai sekutu yang berguna dalam perang-perang saudara mereka, dan tidak seberapa lama kemudian legiun-legiun Romawi pun diundang untuk ikut mencampuri urusan-urusan dalam negeri Yunani. Hanya dalam tempo kurang dari 50 tahun, seluruh Jazirah Yunani takluk kepada bangsa Romawi. Legiun Romawi dua kali menumpas fomasi falang angkatan perang Makedonia, pada tahun 197 SM dan pada tahun SM. Pada tahun 146 SM, Konsul [[Lucius Mummius Achaicus|Lucius Mummius]] menyerbu [[Korintus]] dan pada akhirnya merenggut kemerdekaan dari negeri Yunani. Tahun itu juga, [[Scipio Aemilianus Africanus|Cornelius Scipio Aemilianus]], anak [[Scipio Africanus]], meluluhlantakkan kota [[Kartago]], dan menjadikannya salah satu provinsi Romawi.
 
[[File:Map of downtown Rome during the Roman Empire large.png|thumb|Peta pusat kota Roma pada zaman Kekaisaran Romawi]]
Pada tahun berikutnya, angkatan perang Romawi di bawah pimpinan [[Tiberius Sempronius Gracchus|Tiberius Gracchus]] berhasil mendaulat Spanyol, selanjutnya mulai menjajaki daratan Asia ketia raja [[Pergamon]] yang terakhir menyerahkan kerajaannya ke dalam tangan bangsa Romawi. Menjelang akhir abad ke-2, muncul tantangan baru. Serombongan besar [[Orang-orang Jermanik|suku bangsa Jermani]], yakni orang [[Cimbri]] dan orang [[Teuton|Teutones]], menyeberangi Sungai Rhone dan memasuki Jazirah Italia. [[Gaius Marius]] terpilih menjadi konsul lima kali berturut-turut (total tujuh kali terpilih menjadi konsul), dan secara telak memenagkan pertempuran pada tahun 102 SM dan 101 SM. Ia juga merombak dan memperbaharui angkatan perang Romawi, memberinya tatanan yang sedemikian baiknya sehingga terus dipakai tanpa perubahan berabad-abad lamanya.
 
Tiga puluh tahun pertama dari abad terakhir sebelum tarikh Masehi diwarnai masalah-masalah internal yang mengancam eksistensi Republik Romawi. [[Perang Sosial (91–88 SM)|Perang Mitra]], antara Roma melawan para sekutunya, dan [[Perang Budak Romawi|Perang Budak]] (pemberontakan para budak) merupakan konflik-konflik yang sukar diatasi.<ref>Plutarch Life of Crassus 8.</ref> Semuanya berlangsung di Jazirah Italia, dan memaksa bangsa Romawi untuk mengubah kebijakannya terkait para sekutu dan kawulanya.<ref>Smith, ''A Dictionary of Greek and Roman Antiquities'', [http://www.ancientlibrary.com/smith-dgra/1041.html "Servus", hlm. 1038] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130210042250/http://www.ancientlibrary.com/smith-dgra/1041.html |date=10 February 2013 }}; memerinci sarana hukum dan militer yang digunakan untuk memperbudak orang.</ref> Ketika itu Roma sudah menjadi negara dengan wilayah kedaulatan yang sangat luas, dan menjadi sangat makmur lantaran bergelimang harta kekayaan yang berasal bangsa-bangsa taklukan (dalam bentuk upeti, bahan pangan, maupun tenaga kerja alias budak belian). Para sekutu Roma merasa kesal lantaran sudah bersusah payah berperang bahu-membahu dengan bangsa Romawi tetapi hanya mendapatkan sedikit keuntungan lantaran bukan warga negara Romawi. Sekalipun dikalahkan, tuntutan mereka pada akhirnya dikabulkan, dan pada permulaan abad pertama tarikh Masehi seluruh penduduk Jazirah Italia pada praktiknya adalah warga negara Romawi.