Gereja Katolik Santa Perawan Maria di Fatima: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
perbaikan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
penataan ulang Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 9:
| imagesize =
| caption =
| pushpin map =
| pushpin label position =
| coordinates =
| country =
| location = Jalan Patimura No. 12, [[Sragen|Mageru, Sragen Tengah, Kec. Sragen, Kabupaten Sragen]], [[Jawa Tengah]] 57211
| denomination = [[Gereja Katolik Roma]]
Baris 28:
| architect = [[Y. B. Mangunwijaya]]
| style = [[Limasan]] [[Budaya Jawa|Jawa]]
| years built =
| groundbreaking =
| completed date = 1969, 2002
| construction cost =
| length = <!-- {{convert| }} -->
Baris 71:
=== Masa 1960-an ===
Kerjasama yang dijalin dengan para pemimpin stasi ternyata telah meletakkan dasar bagi perkembangan umat Katolik yang berdikari, seperti yang tercatat di sepanjang sejarah umat Katolik di Sragen. Satu hal yang tidak dapat dikesampingkan ialah kerjasama antara Rm. Y. Darmayuwana dengan para pengurus Yayasan Saverius dalam mengusahakan bantuan dari [[Vikariat apostolik|Vikariat]] Semarang (sekarang [[Keuskupan|Keuskupan Agung]] [[Keuskupan Agung Semarang|Semarang]]) untuk perluasan gedung SMP Saverius. Berkat kerjasama, pengorbanan dan keteladanan kedua belah pihak, proses ekstensifikasi maupun intensifikasi iman menjadi semakin pesat, sehingga mempercepat pula proses pengangkatan [[stasi]] Sragen menjadi paroki dalam waktu yang relatif singkat. (Ini terjadi pada tahun 1965)
Pada tahun 1961, lahirlah sebuah paroki di [[Kota Surakarta|Solo]], yaitu Paroki Purbowadayan. Semenjak itulah segala urusan stasi Sragen dialihkan ke paroki tersebut. Romo pertama yang ditugaskan di Purbowadayan adalah ''Rm. Kiswono, Pr'' dengan jadwal kegiatan setengah minggu di Purbowadayan dan setengah minggu di Sragen.
Memang benar, bahwa buku-buku paroki sudah dimiliki sendiri sejak tahun 1961, karena pada bulan Juli 1961 Sragen mulai mengadakan permandian sendiri yang pertama. Namun demikian, peristiwa tersebut belum cukup untuk menyatakan bahwa Sragen telah menjadi paroki. Peristiwa yang dapat diambil sebagai patokan pengangkatan Sragen menjadi paroki ialah peristiwa mulai menetapnya Romo Kiswono di Sragen pada tahun 1965 sebagai Romo paroki penuh, '''hingga ditemukannya bukti otentik bahwa tanggal 2 September 1957 didirikan Yayasan PGPM Paroki Santa Perawan Maria di Fatima Sragen dengan Ketua Rm. Yustinus Darmoyuwana, Pr.'''<ref name=":0" /><ref name=":2" />
Sejak Romo Kiswono ditunjuk untuk mengurus stasi Sragen tahun 1961, sedikit demi sedikit embrio dari Dewan Paroki dibentuk pada tahun 1963. Seiring dengan itu beberapa kring dan stasi mulai mencari bentuknya, di samping yang sudah ada. Dalam pembangunan fisik, material untuk pembangunan gereja sedikit-demi sedikit mulai dikumpulkan. Seiring dengan itu pula, untuk lebih merangsang serta menggalakkan kehidupan agama dalam rangka intensifikasi, dua macam gerakan awam diperkenalkan di Sragen, yaitu: ALMA (Asosiasi Lembaga Misionaris Awam) dan [[Legio Maria|LEGIO]] [[Legio Maria|MARIA]]. Sementara itu kerasulan melalui bidang profesi pun terus digalakkan, terutama melalui pendidikan (SMP Saverius dan SGB) dengan hasil yang makin menggembirakan. Hanya saja, umat belum puas, karena belum mempunyai tempat peribadatan khusus/gereja.
Untuk mewujudkan impian itu dan mengingat perkembangan umat serta gedung SMP Saverius yang sudah tidak memadai untuk menampung kegiatan ibadat, umat Katolik mulai mengerahkan segala kemampuannya. Panitia pembangunan gereja yang diketuai oleh ''Rm. CS. Soerjosubroto, Pr'' yang menggantikan Romo Kiswono pada pertengahan Juli 1968, mulai melaksanakan pembangunan gereja pada bulan Desember 1968. Arsiteknya adalah ''Rm. Y.B. Mangun Wijaya, Pr'', seorang arsitek muda lulusan [[Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen|Jerman]] dengan dibantu ''[[Bruder]] Karto''.
Dalam waktu ± 1 tahun pembangunan Gereja telah rampung, berkat partisipasi dan kerjasama seluruh umat. Satu bangunan yang indah, berbentuk joglo, megah, bermotif khas Jawa. Begitu khasnya sehingga gambarnya dimuat dalam buku SEJARAH GEREJA KATOLIK DI INDONESIA (Jilid IV, hal 196) sebagai salah satu contoh inkulturasi seni bangunan, sebagaimana dikehendaki oleh ''[[Konsili Vatikan II]]'' tahun 1965 ([[Ad Gentes]], 22).
Bulan Agustus 1969 pembangunan gereja selesai dan dalam suasana penuh khidmat dan meriah diberkati oleh Romo Kardinal Yustinus Darmoyuwono, Pr dengan nama pelindung Santa Maria Fatima, sehingga pusat keagamaan bisa mandiri.
Untuk menilai tentang semua hasil yang telah dicapai, tiada kesan yang lebih mengena seperti yang dikemukakan oleh '''[[Nunsiatur Apostolik untuk Indonesia|Duta Besar Vatikan]]''' sendiri, ketika mengadakan kunjungan ke paroki Sragen pada tahun 1973. Dalam kunjungan tersebut ia mengemukakan kesannya, bahwa '''''‘''Gereja Sragen sudah kena hembusan angin Konsili Vatikan II dan sudah berjalan di atas rel Konsili Vatikan II.’'''
Berdasarkan data yang ada, jumlah pembabtisan yang paling banyak antara 1969-1970 dan tahun 1970 mencapai 550 orang. Tantangan situasi sesudah G 30 S / PKI dan anjuran pemerintah supaya semua orang memeluk salah satu agama yang diakui oleh pemerintah, banyak yang memeluk agama Katolik. Hal ini tidak lepas dari kesaksian hidup umat Katolik baik rakyat jelata maupun tokoh dalam bidang pendidikan, pemerintahan dan lembaga masyarakat lainnya. Kesaksian umat Katolik dalam masyarakat serta pengakuan, kebaikan maupun kebenaran Kristiani tampa ragu-ragu mendorong umat lainnya memeluk agama Katolik.
|