Di [[Muara Teweh|'''kota BanjarmasinMuara Teweh''']], dia diarak keliling [[kota]] dengan pemberitahuan bahwa inilah [[pemberontak]] yang keras kepala dan akan dijatuhkan [[hukuman mati]]. Pada tanggal [[15 September]] [[1905]] Panglima Batur dinaikkan ke tiang gantungan. Permintaan terakhir yang diucapkannya [[dia]] minta dibacakan ''Dua Kalimah Syahadat'' untuknya. Dia dimakamkan di belakang [[masjid Jami Banjarmasin]], tetapi sejak [[21 April]] [[1958]] [[jenazah]]nya dipindahkan ke [[Kompleks Makam Pangeran Antasari]] di Kuburan Muslimin Banjarmasin.