Pulau Jeju: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 35:
Pulau Jeju dijuluki ''Samdado'', "Pulau yang Berlimpah dengan Tiga Hal" yaitu, ''[[bebatuan]]'', ''[[wanita]]'' dan ''[[angin]]''. Karena memiliki keindahan [[alam]] dan [[kebudayaan]] yang unik, Pulau Jeju adalah salah satu objek wisata paling terkenal di Korea. Dalam catatan sejarah, Jeju disebut dalam berbagai nama, mulai dari '''Doi''', '''Dongyeongju''', '''Juho''', '''Tammora''', '''Seomna''', '''Tangna''' atau '''Tamra'''.
Kota pelabuhan terdekat Jeju dengan daratan utama Korea adalah [[Mokpo]], provinsi Jeolla Selatan. Panjang garis pantai 253 km, luas keseluruhan 1.825 km². Suhu di Jeju dapat bervariasi, mulai dari tropis sampai subtropis. Suhu rata-rata per tahunnya adalah 14,6 °C dan 4,7° di [[musim dingin]]. Keanekaragaman [[flora]] yang tumbuh di Jeju sangat berbeda dengan yang ada di Semenanjung Korea. Karena iklimnya yang baik, pulau ini ditumbuhi lebih dari 1.700 jenis tanaman, sehingga Jeju dijuluki sebagai "[[Pulau Botani]]" karena kekayaan floranya.
Selama berabad-abad, penduduk Pulau Jeju dijuluki sebagai ''yukgoyeok'' (enam jenis pekerja keras) yang merujuk kepada warga yang mengerjakan berbagai [[pekerjaan]] sulit dan berat untuk hidup, seperti mencari [[abalon]] dan [[kerang]] dengan cara menyelam ke dasar [[laut]], membangun pelabuhan, beternak, membuat kapal dan bertani. Seringkali mereka diperas demi membayar [[upeti]] kepada penguasa di ibu kota. Bencana alam seperti kekeringan dan angin topan juga sering mengakibatkan gagal panen dan kelaparan yang memakan banyak korban jiwa.
Peristiwa paling kelam dalam sejarah rakyat Jeju adalah insiden berdarah pada periode pembentukan [[Republik Korea]] pada tahun 1948 sampai periode Perang [[Korea]] (1950-1953) di mana banyak warganya dibantai karena dianggap sebagai sarang pemberontak atau pengikut [[komunis]]. Karena mengalami kehidupan yang keras oleh tekanan penguasa, warga Jeju dikenal sebagai orang-orang yang tabah dan mampu bertahan dalam situasi yang sulit. Rakyat Jeju menyatakan tentang kehidupan mereka dengan ungkapan:{{Cquote|Kebahagiaan itu kecil seperti butir pasir, sementara kesedihan itu sebesar batu karang}}
|