Bahasa Lampung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh 103.156.164.9 (bicara) ke revisi terakhir oleh 미솔파
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Mewwchan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor
 
Baris 70:
| ikan
| ''iwa''
| ''punyupunyeu''
|-
| gigi
Baris 81:
|}
 
Dialek-dialek bahasa Lampung umumnya digolongkan berdasarkan realisasi pengucapan bunyi *anya dari Proto-Lampungik dalam posisi akhir. Bunyi ini dipertahankan sebagai [a] dalam beberapa ragam, tetapi direalisasikan sebagai [o] dalam ragam lainnya.{{sfnp|Hanawalt|2007|p=31}}{{sfnp|Anderbeck|2007|p=22}} Perbedaan pengucapan antara dua kelompok dialek inilah yang melahirkan istilah "dialek A" dan "dialek O".{{sfnp|Matanggui|1984|p=63}} Walker (1975) menggunakan istilah "Pesisir" atau "Peminggir" untuk dialek A dan "Abung" untuk dialek O,{{sfnp|Walker|1975|p=11}} tetapi Matanggui (1984) berpendapat bahwa istilah-istilah ini merupakan [[misnomer]], karena istilah-istilah tersebut lebih sering dikaitkan dengan sub[[suku]] tertentu alih-alih untuk menandakan kelompok dialek secara linguistik.{{sfnp|Matanggui|1984|p=63}} Di sisi lain, Anderbeck dan Hanawalt menggunakan nama "Api" untuk Pesisir dan "Nyo" untuk Abung; kedua kata ini bermakna "apa" dalam masing-masing dialek.{{sfnp|Anderbeck|2007|pp=7–8}} Terdapat beberapa perbedaan leksikal antara dialek-dialek ini,{{sfnp|Walker|1976|p=1}} tetapi keduanya identik dalam hal [[morfologi (linguistik)|morfologi]] dan [[sintaksis]].{{sfnp|Aliana|1986|p=66–67}}
 
Walker (1976) membagi Abung lebih lanjut ke dalam dua subdialek: Abung dan Menggala, serta memecah kelompok Pesisir ke dalam empat subdialek: Komering, Krui, Pubian, anddan Selatan.{{sfnp|Walker|1976|p=1}} Aliana (1986) memberi klasifikasi yang berbeda; menurutnya bahasa Lampung secara keseluruhan memiliki 13 dialek dari kedua kelompok.{{sfnp|Aliana|1986|p=47}} Melalui analisis [[leksikostatistik]], Aliana menemukan bahwa subdialek Talang Padang dari kelompok Pesisir memiliki kesamaan paling banyak dengan semua ragam yang disurvei; dengan kata lain, subdialek tersebut merupakan yang paling rendah tingkat divergensinya di antara ragam-ragam bahasa Lampung. Sementara, subdialek Jabung dari kelompok Abung merupakan yang paling divergen.{{sfnp|Aliana|1986|p=66}} Meski begitu, survei Aliana tidak mencakup ragam-ragam Komering, karena beberapa kalangan tidak menganggap ragam-ragam Komering sebagai bagian dari bahasa Lampung.{{sfnp|Aliana|1986|pp=4, 45}}
 
Klasifikasi dialek yang dilakukan oleh Hanawalt (2007) sebagian besarnya bersesuaian dengan versi Walker.{{sfnp|Hanawalt|2007|pp=32, 34}} Hanya saja, Hanawalt menggolongkan Nyo, Api, dan Komering sebagai tiga bahasa terpisah alih-alih dialek dari satu bahasa yang sama, berdasarkan kriteria sosiologis dan linguistik.{{sfnp|Hanawalt|2007|p=35}} Ia mencatat bahwa perbedaan terbesar antara ragam-ragam Lampungik adalah antara kelompok timur (Nyo) dan barat (Api dan Komering). Kelompok barat membentuk [[kesinambungan dialek]] yang luas, terbentang mulai dari ujung selatan Sumatra, terus ke utara hingga ke wilayah hilir [[Sungai Komering]]. Sebagian dari kelompok penutur Lampungik (seperti orang Komering dan Kayu Agung) menolak label "Lampung", walaupun pada dasarnya mereka mengakui bahwa kelompok ini "berkaitan secara etnis dengan suku Lampung di Provinsi Lampung".{{sfnp|Hanawalt|2007|pp=32, 34}} Walaupun kebanyakan peneliti menggolongkan ragam Komering sebagai bagian dari Lampung Api, Hanawalt berpendapat bahwa keduanya memiliki perbedaan linguistik dan sosiologis yang cukup besar, sehingga ia memecahkan kelompok barat dan menetapkan Komering sebagai kelompok dialek mandiri, terpisah dari Lampung Api.{{sfnp|Hanawalt|2007|p=35}}