Wayang golek: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 144:
[[Berkas:Wayang Islam.jpeg|jmpl|150px|Tokoh wayang Walangsungsang dan Rara Santang yang menyebarkan agama [[Islam]] di Tanah Sunda]]Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan. Alur cerita dapat diambil dari cerita rakyat seperti penyebaran agama Islam oleh Walangsungsang dan Rara Santang maupun dari epik yang bersumber dari cerita [[Ramayana]] dan [[Mahabarata]] dengan menggunakan [[bahasa Sunda]] dengan iringan [[gamelan Sunda]] (salendro), yang terdiri atas dua buah [[saron]], sebuah [[peking]], sebuah [[selentem]], satu perangkat [[boning|bonang]], satu perangkat [[boning rincik|bonang rincik]], satu perangkat [[kenong]], sepasang [[gong]] (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat [[kendang]] (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), [[gambang]] dan [[rebab]].
 
Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan. Hanya saja terdakang dipertunjukan lakon galur. Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal di antaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Ade Kosasih Sunarya, [[Asep Sunandar Sunarya]], Cecep Supriadi, Dede Amung Sutarya, dll.
Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut;
# Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara;