Muhammad bin Isma'il: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Manggadua (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Manggadua (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 31:
}}
{{Ismailiyah|state=expanded}}
'''Muhammad bin Isma'il al-Maktum''' ({{Lang-ar|مُحَمَّد ٱبْن إسْماعِيل ٱلْمَكتُوم|translit=Muḥammad ibn Ismāʿīl al-Maktūm}}; {{kira-kira|740–813}}) adalah putra sulung [[Isma'il bin Ja'far|Isma'il al-Mubarak]] dan [[daftar Imamimam IsmailiyahIsma'iliyah|imam ketujuh]] dalam [[Ismailiyah|Isma'ilisme]]. Ketika Isma'il meninggal, putranya Muhammad terus tinggal di [[Madinah]] di bawah asuhan kakeknya [[Ja'far ash-Shadiq]] sampai kakeknya meninggal pada tahun 148/765. Setelah kematian [[Abdallah al-Aftah]], Muhammad adalah anggota paling senior dari cabang Husayniyah dari [[Bani Ali]]. Akan tetapi, karena kelompok saingan yang mengakui [[Musa al-Kadzim]] sebagai imam mereka, dan penganiayaan [[Kekhalifahan Abbasiyah]] terhadap semua pendukung Bani Ali, Muhammad melarikan diri dari Madinah bersama putra-putranya ke timur. Karena alasan ini, ia dikenal sebagai ''al-Maktum'' ({{Lit|yang tersembunyi}}). Ia memiliki dua putra ketika tinggal di Madinah dan kemudian empat putra lagi setelah emigrasinya, di antaranya adalah penggantinya [[Ahmad al-Wafi]]. Keturunan Muhammad menjadi dinasti Fatimiyah yang memerintah [[Ifriqiya]] dan kemudian [[Mesir]] dan sebagian besar [[Levant]], dan mendirikan [[Kairo]].  
 
== Kehidupan ==