Māra: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 7:
== Theravāda ==
[[Buddhisme awal]] mengakui interpretasi Māra baik secara harfiah (suatu makhluk) maupun psikologis (metafora fenomena batin).<ref>{{cite book|last=Williams|first=Paul|year=2005|title=Buddhism: The early Buddhist schools and doctrinal history ; Theravāda doctrine, Volume 2|publisher=Taylor & Francis|isbn=9780415332286|pages=105–106}}</ref><ref>{{cite book|last=Keown|first=Damien|year=2009|title=Buddhism|publisher=Sterling Publishing Company|isbn=9781402768835|page=69}}</ref> [[Nyanaponika Thera]] menggambarkan Māra sebagai "personifikasi kekuatan yang berlawanan dengan pencerahan."<ref>{{cite book|last=Thera|first=Nyanaponika|year=2008|title=The Roots of Good and Evil: Buddhist Texts translated from the Pali with Comments and Introduction|publisher=[[Buddhist Publication Society]]|isbn=9789552403163|page=22}}</ref> Dalam [[kitab komentar]] Buddhisme [[Theravāda]], empat atau lima bentuk metafora Māra adalah:<ref>{{cite book|date=2013|title=Princeton Dictionary of Buddhism.|location=Princeton, NJ|publisher=Princeton University Press|isbn=9780691157863|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert Jr|editor1-link=Robert Buswell Jr.|pages=530–531, 550, 829|editor2-last=Lopez|editor2-first=Donald S. Jr.|editor2-link=Donald S. Lopez Jr.}}</ref>
* '''''Devaputta Māra''''' ([[Bahasa Pali|Pāli]]
* '''''Kilesa Māra'''''
* '''''Khandha Māra'''''
* '''''Maccu Māra'''''
* '''''Abhisaṅkhāra Māra'''''
=== Tiga putri Māra ===
Dalam beberapa kisah tentang pencapaian kecerahan Sang Buddha, dikisahkan bahwa setan Māra tidak mengirimkan ketiga putrinya untuk menggoda, tetapi sebaliknya mereka datang dengan sukarela setelah Māra mengalami kemunduran dalam usahanya untuk melenyapkan pencarian Sang Buddha untuk mencapai Nirwana.<ref>{{cite book|last=Keown|first=Damien|year=2004|title=A Dictionary of Buddhism|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=9780191579172|page=174}}</ref> Ketiga putri Mara bernama Taṇhā ([[nafsu kehausan]]), Aratī (keengganan, ketidakpuasan), dan Ragā ([[Nafsu kehausan (Buddhisme)|nafsu]], kemelekatan, keserakahan).<ref name="tempter2">{{cite web|title=The Buddha's Encounters with Mara the Tempter: Their Representation in Literature and Art|url=http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/guruge/wheel419.html#fn-26|website=www.accesstoinsight.org}}</ref><ref>See, e.g., [[Samyutta Nikaya|SN]] 4.25 (Bodhi, 2000, pp. 217–20), and [[Suttanipata|Sn]] 835 (Saddhatissa, 1998, p. 98). In a similar fashion, in Sn 436 (Saddhatissa, 1998, p. 48), ''{{IAST|taṇhā}} '' is personified as one of Death's four armies (''senā'') along with desire (''[[Kāma|kāmā]]''), aversion (''arati'') and hunger-thirst (''khuppipāsā'').</ref> Sebagai contoh, dalam bagian ''Māra-saṁyutta'' di [[Saṁyutta Nikāya]], ketiga putri Māra sedang melepaskan pakaian mereka di hadapan Sang Buddha; namun gagal menggoda-Nya:
: Mereka mendatangi Beliau gemerlap dengan kecantikan–
: Taṇhā, Arati, dan Ragā–
: Tetapi [[Siddhattha Gotama|Sang Guru]] menyapu mereka dari sana
: Bagaikan angin, menyapu gumpalan kapas yang jatuh.<ref>[[Samyutta Nikaya|SN]] 4.25, v. 518 (Bodhi, 2000, p. 220).</ref><ref>{{Cite web|last=Anggara|first=Indra|title=SN 4.25: Māradhītusutta (Indonesian translation)|url=https://suttacentral.net/sn4.25/id/anggara|website=SuttaCentral|language=id|access-date=2024-10-25}}</ref>
== Mahayana ==
Māra digambarkan sebagai entitas yang memiliki eksistensi di [[Loka (Buddhisme)|alam Kāma]] ("alam nafsu"),<ref>{{cite web|date=10 August 2008|title=Mara, Māra: 13 definitions|url=https://www.wisdomlib.org/definition/mara/index.html|website=www.wisdomlib.org}}</ref> sama seperti yang ditunjukkan di sekitar Sang Buddha, dan juga dijelaskan dalam ''[[Kemunculan Bersebab|pratītyasamutpāda]]'' sebagai, terutama, penjaga nafsu dan katalisator nafsu, keraguan dan ketakutan yang menghalangi meditasi di antara umat Buddha. Kitab [[Denkoroku]] (kumpulan ''[[Kōan|koan]]'') menyebutnya sebagai "Yang Senang dalam Kehancuran", yang menyoroti sifatnya sebagai dewa di antara para [[Dewa (Buddhisme)|dewa]] di alam ''Parinirmitavaśavarti''.''<ref>{{cite web|last1=Jokin|first1=Keizan|date=2003|title=The Denkōroku: The Record of the Transmission of the Light|url=https://www.shastaabbey.org/pdf/bookDenk02.pdf|publisher=OBC Shasta Abbey Press|location=Mount Shasta, California|access-date=2019-12-06|translator=Hubert Nearman}}</ref>''
"Buddha menentang Māra" merupakan pose umum [[Buddharūpa|patung Buddha]].<ref>{{cite book|last1=Vogel|first1=Jean Philippe|last2=Barnouw|first2=Adriaan Jacob|year=1936|title=Buddhist Art in India, Ceylon, and Java|publisher=Asian Educational Services|pages=70–71}}</ref><ref name="tempter2" /> Sang Buddha digambarkan dengan tangan kirinya di pangkuan, telapak tangan menghadap ke atas dan tangan kanannya di lutut kanannya. Jari-jari tangan kanannya menyentuh bumi, untuk memanggil bumi sebagai saksinya dalam menentang Māra dan mencapai pencerahan. Postur ini juga disebut sebagai [[mudra]] ''bhūmisparśa'' "memanggil bumi sebagai saksi".
=== Pergantian agama Māra ===
Kitab Jǐngdé Chuándēnglù dan kitab Denkoroku keduanya mengandung kisah tentang pergantian agama Māra ke agama Buddha di bawah naungan biksu [[Upagupta]].
Menurut cerita tersebut, Upagupta melakukan perjalanan ke kerajaan [[Mathura]] dan mengajarkan Dharma dengan sangat sukses. Hal ini menyebabkan istana Māra bergetar, mendorong sang dewa untuk menggunakan kekuatan penghancurnya terhadap Dharma. Ketika Upagupta memasuki samadhi, Māra mendekatinya dan menyelipkan kalung giok di lehernya.
Upagupta membalasnya dengan mengubah mayat seorang pria, seekor anjing, dan seekor ular menjadi sebuah karangan bunga dan memberikannya kepada Māra. Ketika Māra mengetahui sifat sebenarnya dari pemberian tersebut, ia meminta bantuan [[Brahma (Buddhisme)|Brahma]] untuk mengambilnya. Brahma memberitahunya bahwa karena kalung tersebut diberikan oleh seorang murid Buddha yang sudah maju, pengaruhnya hanya dapat dikurangi dengan berlindung kepada Upagupta.
Māra kembali ke dunia manusia, kemudian ia bersujud di hadapan para biksu dan bertobat. Atas rekomendasi Upagupta, ia bersumpah untuk tidak pernah menyakiti Dharma dan berlindung pada [[Triratna]].<ref>{{cite web|last1=Jokin|first1=Keizan|date=2003|title=The Denkōroku: The Record of the Transmission of the Light|url=https://www.shastaabbey.org/pdf/bookDenk02.pdf|publisher=OBC Shasta Abbey Press|location=Mount Shasta, California|access-date=2019-12-06|translator=Hubert Nearman}}</ref>
== Referensi ==
|