Bau Nyale: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andri.h (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
Andri.h (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
Nyale adalah Upacara perburuan [[cacing laut]] untuk menyambut [[Pasola]]. Biasanya acara ini diselenggrakan sekitar bulan Februari dan Maret. Untuk menyambutnya biasanya masyarakat telah melakukan berbagai macam [[ritual]] dari jauh-jauh hari. Salah satunya dilakukan di rumah masing-masing, malam hari sebelum upacara dilakukan.
<br>
 
Beberapa ritual yang dilakukan biasanya adalah potong [[ayam]] dan membuat [[ketupat]]. Ini disebabkan karena ritual ini erat kaitannya dengan kegiatan [[Pasola]] untuk melihat baik dan buruknya nasib seseorang yang akan ikut dalam [[Pasola]].
<br>
 
Sang pemimpin adat atau [[rato]] melihat hasil olahan ayam dan ketupat. Apabila ayam panggang masih mengeluarkan [[darah]] dari ususnya, dan ketupat yang telah masak, ada yang berwarna merah, atau kecoklatan, maka diyakini ini merupakan pertanda buruk. Yakni anggota keluarga yang ikut [[Pasola]], akan mendapat bahaya, seperti menderita luka-luka, atau bahkan meninggal dunia.
<br>
 
Ketika malam semakin larut, para rato yang bertugas mengamati munculnya bulan [[purnama]], segera bersiap-siap memakai pakaian kebesaran rato (Atau biasa disebut '''rowa rato'''). Biasanya ritual ini dilakukan dengan cara berdoa diatas batu kubur ([[nisan]]) dan menghadap ke arah bulan purnama.
 
<br>
Dengan menghadap ke arah bulan purnama, para rato bisa memastikan ketepatan dan posisi bulan, serta keadaan gelombang [[laut]] di pantai. Dari situlah akan diputuskan saatnya nyale. Begitu nyale atau cacing laut sudah terlihat, seluruh warga yang telah berkumpul sejak [[subuh]], memulai perburuannya.
 
<br>
Tradisi ini biasanya dilakukan oleh masyarakat [[Bali]] dan [[Lombok]] tapi biasanya tidak disertai dengan [[Pasola]]