Lilis Suryani: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k +memperbarui |
|||
Baris 49:
Pada tahun [[1963]], ketika menginjak usianya yang ke 15 tahun, ia sudah mulai tampil di [[TVRI (saluran televisi)|TVRI Stasiun Pusat Jakarta]]. Pada tahun yang bersamaan ia mendapat kesempatan masuk dapur rekaman untuk yang pertama kalinya. Ketika itu [[Suyoso Karsono]] (Mas Yos) tertarik pada reputasi Lilis dan ingin mengabadikan suaranya dalam bentuk rekaman. Tawaran itu diterimanya dan Lilis masuk rekaman di bawah label Irama Record.<ref name="jm" /> Tidak lama setelah itu munculah lagu "Tjai Kopi" dan "Di Kala Malam Tiba" di radio-radio yang gaungnya hingga ke seluruh [[Nusantara]]. Kehadiran lagu tersebut tentulah lebih memperkuat posisi kedudukan Lilis sebagai pendatang baru yang patut diperhitungkan, karena kedua lagunya sempat menjadi hit. Kemudian sejak saat itu muncullah album-album rekaman Lilis yang berikutnya, baik dalam bentuk piringan hitam maupun kaset.<ref name="bio" />
Lagu-lagu seperti "[[Lenggang Kangkung]]", "Ratapan Sang Bayi", "Keluhanku", "Adikku Sayang", "Tari Gemulai", "Air Mata", "Kisah Si Ali Baba", "Tiga Malam", "Tepuk Tangan", dan "Ujung Pandang" adalah beberapa contoh lagu yang diciptakannya dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Salah satu karyanya yang berjudul "Si Baju Loreng", bertemakan kekaguman seorang gadis terhadap seorang anggota [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia]] (ABRI),<ref name="jm" /> bahkan menjadi lagu yang menjadi pengobar heroisme tersendiri di pertengahan tahun [[1960|1960-an]]. Antara tahun [[1963]]-[[1966]], saat terjadi konfrontasi antara [[Indonesia]] dan [[Malaysia]], Lilis tercatat banyak menulis sekaligus menyenandungkan lagu-lagu bertema patriotik dan pemicu semangat nasionalis. Di antaranya seperti lagu "Pergi Berjuang", "Tiga Malam", "Kau Pembela Nusa Bangsa", "Mohon Diri", "Baju Loreng", dan "Berita".<ref name="jm">[http://mellowtone.multiply.com/tag/lilis%20suryani Lilis Suryani di Jejak Musik] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160305155628/http://mellowtone.multiply.com/tag/lilis%20suryani |date=2016-03-05 }}, Jejak Musik, diakses 18 April 2011</ref>
Pada tahun [[1965]] ketika [[Soekarno|Bung Karno]] sedang gencar-gencarnya menyemarakan untuk membendung derasnya arus budaya barat yang menurut ia sifatnya dekaden, juga termasuk musik barat yang disebutnya "musik ngak-ngik-ngok". [[Soekarno|Bung Karno]] mempromosikan gerakan budaya yang menurutnya sesuai dengan jati diri bangsa [[Indonesia]] dan dianggap mewakili tata krama budaya Timur yaitu ia menyebutnya dengan nama ''Irama Lenso''. Lilis Suryani yang terampil menyanyikan pelbagai lagu-lagu daerah, mulai dari [[Minang]], [[Makassar]], hingga [[Sunda]] tentu saja cocok dengan keinginan [[Soekarno|Bung Karno]] yang sedang menggiatkan rasa kebangsaan. Dan, muncullah album [[Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso]]. Pemusik dan penyanyi tenar banyak ikut serta memopulerkan irama lenso, antara lain [[Bing Slamet]], [[Jack Lesmana]], [[Titiek Puspa]], Nien Lesmana, dan termasuk Lilis Surjani. Lilis Surjani dan [[Bing Slamet]] masing-masing menyanyikan lagu "[[Genjer-Genjer]]", karya seniman [[Banyuwangi]], M Arief, yang kelak divonis sebagai lagu yang terlarang, karena berhubungan erat dengan peristiwa [[Gerakan 30 September]] [[PKI]].
Baris 77:
* ''Kisah Remadja (Remaco REP 010)''.
* ''Wajah Menggoda (Bali/Remaco RL 018)''.
* ''[[Lilis Surjani (album)|Gang Kelintji]] (Remaco RL 020)''.
* ''Permata Bunda (Bali Record BLM)''.
* ''Ku Telah Berdua (Remaco RL 036)''.
|