Ulrich Zwingli: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jonoo27 (bicara | kontrib)
Jonoo27 (bicara | kontrib)
Baris 92:
Bukti dari akibat Reformasi dapat dilihat pada awal tahun 1524. [[Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah]] tidak dirayakan, prosesi klerus berjubah tidak dijalankan, anggota jemaat tidak pergi dengan daun palma atau relikui pada [[Minggu Palma]] ke [[Lindenhof]], dan [[triptych]] tetap ditutup setelah masa [[Prapaskah]].<ref name="Potter138">{{Harvnb|Potter|1976|p=138}}</ref> Perlawanan terhadap perubahan-perubahan ini muncul dari Konrad Hofmann dan para pengikutnya, tetapi dewan kota memutuskan untuk tetap mempertahankan mandat pemerintah. Ketika Hofman meninggalkan kota, perlawanan dari para pendeta yang memusuhi Reformasi runtuh. Uskup Konstanz berusaha mengintervensi dalam membela Misa dan penghormatan citra-citra. Zwingli menuliskan tanggapan resmi untuk dewan kota dan hasilnya adalah pemutusan semua hubungan antara kota dengan keuskupan.<ref>{{Harvnb|Gäbler|1986|pp=82–83}}</ref>
 
AlthoughMeskipun thedewan councilkota hadsempat hesitatedragu indalam abolishingmenghapuskan the MassMisa, the decrease inpenurunan thedalam exercisejumlah ofpraktik traditionalkesalehan pietytradisional allowedmengizinkan pastorspara topendeta beuntuk unofficiallysecara releasedtidak fromresmi theterlepas requirementdari ofkewajiban celebratingmerayakan MassMisa. As individual pastors altered their practices as each saw fit, Zwingli was prompted to address this disorganised situation by designing a communion liturgy in the German language. This was published in ''Aktion oder Brauch des Nachtmahls'' (Act or Custom of the Supper). Shortly before [[Easter]], Zwingli and his closest associates requested the council to cancel the Mass and to introduce the new public order of worship.{{citation needed|date=October 2022}}
 
On [[Maundy Thursday]], 13 April 1525, Zwingli celebrated communion under his new liturgy. Wooden cups and plates were used to avoid any outward displays of formality. The congregation sat at set tables to emphasise the meal aspect of the sacrament. The sermon was the focal point of the service and there was no organ music or singing. The importance of the sermon in the worship service was underlined by Zwingli's proposal to limit the celebration of communion to four times a year.<ref>{{Harvnb|Gäbler|1986|pp=105–106}}</ref>