Teodisi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up, removed stub tag
Emyfad09 (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan.
 
Baris 4:
 
== Etimologi ==
Kata "teodisi" berasal dari [[bahasa Yunani]] yaitu ''theos'' dan ''dike'' yang masing-masing berarti Tuhan dan [[keadilan]]. Istilah ini dikaiatkan dengan sifat Tuhan yang penuh kebajikan, [[kemahatahuan]] dan kemahakuasaan terhadap segala makhluk ciptaan-Nya. Kata "teodisi" juga digunakan oleh para teolog untuk memberikan pembenaran terhadap segala perilaku Tuhan atas makhluk ciptaan-Nya.{{Sfn|Zubaidi|2011|p=249-250}}
 
Istilah "teodisi" pertama kali diperkenalkan oleh filsuf asal Jerman yang bernama [[Gottfried Leibniz]]. Ia memperkenalkannya di dalam bukunya yang berjudul ''Essais sur la Théodicée Bonte de Dieu, la Liberté de l’homme et l’origine du mal'' atau diterjemahkan menjadi ''Teodisi: Esai tentang Kebaikan Tuhan, Kebebasan Manusia dan Keaslian Sifat Setan''. Dalam karya ini, diberikan penjelasan bahwa kebaikan Tuhan tidak bertentangan dengan kenyataan adanya beragam jenis kejahatan di dunia. Kejahatan tetap ada, tetapi dunia masih menjadi tempat yang layak untuk ditinggali karena adanya keindahan dan kesenangan.{{Sfn|Zubaidi|2011|p=250}}
Baris 11:
 
=== Gottfried Leibniz ===
Leibniz memperkenalkan istilah "teodisi" pada tahun 1710 Masehi melalui bukunya dengan judul yang sama. Tujuan ia menulis buku dan memberikan konsep mengenai teodisi ialah untuk pembelaan atas kemahakuasaan dan kemahabaikan Allah melebihi penderitaan. Ia memberikan konsep yang jelas dengan membaginya menjadi dua bagian, yaitu mengenai Allah dan manusia. Leibniz membagi kodrat Allah menjadi tiga bagian, yaitu rasional, kehendak dan mahakuasa. Kodrat rasional berkaitan dengan sifat kebijaksanaan dari Allah. Kodrat kehendak dikaitkan dengan tujuan Allah terhadap setiap tindakan-Nya hanya untuk kebaikan. Sedangkan kodrat mahakuasa dikaitkan dengan kemampuan Allah untuk membuat sesuatu menjadi ada. Kodrat Allah ini kemudian oleh Leibniz dibuatkan suatu rekonsiliasi dengan [[kehendak bebas]] dari manusia yang sering mengarah kepada keburukan.{{Sfn|Fangidae|2020|p=154}} Dari hal ini, kodrat kehendak Allah muncul dengan dua kategori, yaitu kehendak anteseden dan kehendak konsekuen. Kehendak anteseden berkaitan dengan kehendak Allah untuk memberikan kebaikan kepada manusia. Sedangkan kehendak konsekuen berkaitan dengan konsekuensi yang dialami oleh manusia dalam bentuk [[penderitaan]] sebagai akibat dari kesalahan yang diperbuat oleh manusia.{{Sfn|Fangidae|2020|p=154-155}}
 
== Referensi ==