Mitologi Het: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Ikhtisar: clean up |
Cara Tjara (bicara | kontrib) Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan. |
||
Baris 4:
Kebanyakan narasi yang mengandung mitologi Het telah raib, dan penggalan-penggalan yang bisa memberikan gambaran yang berimbang mengenai agama Het sangatlah terbatas di antara tablet-tablet yang ditemukan di ibu kota Het di [[Hattusa]] dan situs Het lainnya. Akibatnya, "tidak ada kitab suci resmi, tidak ada informasi atau percakapan teologis, tidak ada petunjuk ibadah".<ref name=":0">Gary Beckman, "The Religion of the Hittites", ''The Biblical Archaeologist'' '''52'''.2/3, (June - September 1989:98-108) noting E. Laroche, ''Catalogue des textes hittites'' 1971, and K. Bittel, ''Hattusa, the Capital of the Hittites'', 1970.</ref> Beberapa dokumen keagamaan bagian dari kumpulan tulisan yang digunakan para juru tulis muda berlatih, dan masih utuh, kebanyakan berasal dari beberapa dekade terakhir sebelum pembakaran terakhir situs-situs tersebut.{{Kapan|date=November 2013}} Para penulis di lingkungan administrasi kerajaan, yang sebagian arsipnya bertahan, adalah [[birokrasi]], mengorganisasikan dan memelihara tanggung jawab kerajaan di bidang-bidang yang kemudian dianggap sebagai bagian dari agama dewasa ini: organisasi kuil, administrasi kultus, laporan para peramal, menjadi topik utama tulisan-tulisan yang bertahan.<ref>J. G. Macqueen, '"Hattian Mythology and Hittite Monarchy'", ''Anatolian Studies'' (1959).</ref>
Pemahaman terhadap mitologi Het bergantung pada pembacaan ukiran-ukiran batu yang masih utuh, menafsirkan [[ikonologi]] yang terlukis di batu-batu segel, menafsirkan rancangan dasar kuil-kuil: juga beberapa lukisan [[dewa|dewa-dewa]], [[bangsa Het]] kerap memuja dewa mereka melalui media [[batu Huwasi]], yang mewakili para dewa dan diperlakukan sebagai benda suci. Dewa sering kali digambarkan berdiri di atas punggung binatang mereka masing-masing, atau dikenali dalam wujud binatang mereka.<ref>R.Lebrun, "Le zoomorphisme dans la religion hittite," ''L'Animal, l'homme, le dieu dans le Proche-Orient ancien'', (Leuven) 1985:95-103, noted in Beckman 1989.</ref>
== Ikhtisar ==
Baris 16:
<blockquote class="" style="">Para dewa, Dewa Matahari dan Dewa Badai, telah mengamanatkan kepadaku, raja, tanah dan rumahku, sehingga aku, raja, harus memelihara tanah dan rumahku, demi diriku sendiri.<ref>Quoted in Beckman 1985:101.</ref></blockquote>Bangsa Het tidak melakukan ritual secara terjadwal untuk memuja para dewa, tetapi melakukannya sebagai tanggapan ketika masa-masa sulit atau adanya kesempatan.<ref name=":0" /> Mitos dan ritual ada kaitan erat, karena banyak ritual yang bersumber dari mitos, dan sering mempertunjukkan riwayat-riwayat.<ref name=":4">Bachvarova, Mary R. "Adapting Mesopotamian Myth in Hurro-Hittite Rituals at Hattuša: Ištar, the Underworld, and the Legendary Kings," in Beyond Hatti: A Tribute to Gary Beckman, edited by Billie Jean Collins and Piotr Michalowski. Atlanta, Ga.: Lockwood Press, 2013. 23-44.</ref> Kebanyakan ritual dilaksanakan di dalam terowongan, tempat yang diciptakan sebagai pertanda kedekatan antara manusia dan dewa, terutama yang bersemayam dalam bumi, atau terkait dengan bumi. Jenis ritual ini dikenal sebagai "[[nekromansi]]" karena mereka berusaha berkomunikasi dengan dewa [[Dunia Bawah]] dan memanggilnya ke dunia yang hidup.
Kota [[Arinna]], sehari perjalanan dari Hattusa, boleh jadi pusat pemujaan utama bangsa Het, dan dewi matahari utama mereka, dikenal sebagai <sup>d</sup>UTU <sup>URU</sup>''Arinna'' "dewi matahari Arinna".<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=74IJytg2XuUC&pg=PA28&dq=arinna+hittite+city+located&cd=1|title=Historical dictionary of the Hittites|last=Burney|first=Charles Allen|publisher=Scarecrow Press|year=2004|isbn=9780810849365|page=28}}</ref> Catatan-catatan yang ditemukan dalam daftar-kultus menunjukkan bahwa pemujaan dan praktik lokal juga digiatkan. Tradisi dan status pemujaan lokal selalu berubah karena kurangnya tuntunan baku untuk pelaksanaan ritual. Festival-festival kecil dan waktu ibadah tidak selalu membutuhkan kehadiran pendeta-raja, sehingga tempat-tempat lokal lebih banyak keleluasaan ketika tiba saatnya menyembah para dewa, namun raja membangun suatu tempat untuk mengamati setiap situs dan kuil pemujaan di negerinya, karena itu adalah tugasnya kepada para dewa dan bangsanya. Setelah sang raja meninggal, ia didewakan, karena melayani umatnya dan menyembah para dewa dengan setia. Tanggung jawab yang diamanatkan pada pendeta-raja tidaklah sepihak: para dewa harus mengurus masyarakat jika mereka telah disembah dengan benar. Para dewa mempunyai banyak kekuatan, tetapi tanpa pengamalan dan ritual khusus dari manusia, kekuatan mereka tidak ada fungsinya. [[Muršili II|Raja Mursili II]] bermohon kepada para dewa atas nama rakyatnya, ketika mata pencaharian pertanian mereka sedang susah:<blockquote class="" style="">"Segenap daratan Het sedang sekarat, karenanya tak ada yang menyediakan roti pengorbanan dan persembahan untukmu (para dewa). Para pembajak yang dulu bekerja di ladang para dewa telah mati, sehingga tak ada yang mengusahakan atau menuainya lagi. Para wanita penggiling yang biasanya menyiapkan roti pengorbanan para dewa telah mati, sehingga mereka tak lagi membuat roti pengorbanan. Kandang ternak dan domba yang biasanya menyisihkan persembahan domba dan sapi- gembalanya telah mati, sehingga kandang ternak dan domba itu kosong. Karenanya terhentilah roti-roti pengorbanan, persembahan, dan pengorbanan hewan. Dan Engkau mendatangi kami, o dewa, lalu menganggap kami bersalah atas persoalan ini!"<ref>Quote from KUB 24.3 ii 4'-17'</ref> </blockquote>Tak diragukan lagi, menjalin interaksi yang baik dengan para dewa yang bertalian erat dengan alam dan pertanian, seperti Arinna, sangatlah esensial. Jika keseimbangan antara rasa hormat dan kritik secara signifikan bergeser, bisa diartikan adanya ketidaksenangan di mata para dewa, dan kemungkinan terjadinya musim panen yang gagal. Terlepas mara bahaya ini, bangsa Het umumnya berkomunikasi dengan para dewa secara informal, dan perorangan biasanya berdoa pada para dewa tanpa diiringi ritual atau bantuan para pendeta jika hanya acara biasa. Bangsa Het juga mempraktikkan asosiasi dengan dewa dengan kebiasaan yang mirip seperti bangsa [[Mesir Kuno|Mesir kuno]], menggunakan kehendak para dewa untuk membenarkan tindakan manusia.
== Para dewa dan mitos mereka ==
|