= Articles =
{{Infobox military conflict
| conflict = Invasi pertama Fathimiyah kedua ke Mesir
| partof = EkspansiPerluasan [[Kekhalifahan Fathimiyah]] dan konflik merekakonfliknya dengan [[Kekhalifahan Abbasiyah]]
| image =
| image_size =
| alt =
| caption =
| date = 245 JanuariApril 914919 – MeiJuli 915921
| place = [[Libya]] dan [[Mesir]]
| coordinates = <!--gunakanUse templatethe {{coord}} template -->
| map_type =
| map_relief =
| map_caption =
| map_label =
| result = JalanKegagalan invasi Fathimiyah buntu
| combatant1 = [[Kekhalifahan Fathimiyah]]
| combatant2 = [[Kekhalifahan Abbasiyah]]
| commander1 = [[al-Qa'im (Khalifah Fathimiyah)|al-Qa'im bi-Amr Allah]]<br>Habasa bin Yusuf
| commander2 = [[Dhuka al-Rumi]]<br>[[Takin al-Khazari]]<br>[[Mu'nis al-Muzaffar]]
| strength1 =
| strength2 =
| casualties1 = Lebih dari 24.000 orang terbunuh atau ditawan
| casualties2 = 50.000
| campaignbox =
}}
'''Invasi Fathimiyah kedua ke Mesir''' terjadi pada tahun 919-921, menyusul [[Invasi Fathimiyah ke Mesir (914–915)|kegagalan upaya pertama]] pada tahun 914-915. Ekspedisi tersebut kembali dikomandoi oleh pewaris takhta [[Kekhalifahan Fathimiyah]], [[Al-Qa'im (Khalifah Fathimiyah)|al-Qa'im bi-Amr Allah]]. Seperti pada upaya sebelumnya, Fathimiyah merebut [[Aleksandria]] dengan mudah. Namun, sementara garnisun [[Abbasiyah]] di Fustat lebih lemah dan memberontak karena kekurangan bayaran, al-Qa'im tidak mengeksploitasinya untuk serangan langsung ke kota tersebut, seperti yang telah gagal pada tahun 914. Sebaliknya, pada bulan Maret 920, [[angkatan laut Fathimiyah]] dihancurkan oleh armada [[Abbasiyah]] di bawah [[Tsamal ad-Dulafi]], dan bala bantuan Abbasiyah di bawah [[Mu'nis al-Muzaffar]] tiba di Fustat. Meskipun demikian, pada musim panas tahun 920, al-Qa'im berhasil merebut [[Oasis Faiyum|Oasis Fayyum]], dan pada musim semi tahun 921, memperluas kekuasaannya atas sebagian besar [[Mesir Hulu]] juga, sementara Mu'nis menghindari konfrontasi terbuka dan tetap berada di Fustat. Selama waktu itu, kedua belah pihak terlibat dalam pertempuran diplomatik dan propaganda, dengan Fathimiyah khususnya mencoba mempengaruhi penduduk Muslim ke pihak mereka, tetapi tidak berhasil. Ekspedisi Fathimiyah dikutuk untuk gagal ketika armada Tsamal merebut Aleksandria pada bulan Mei/Juni 921; ketika pasukan Abbasiyah bergerak menuju Fayyum, al-Qa'im terpaksa meninggalkannya dan melarikan diri ke barat melintasi gurun.
'''Invasi Fathimiyah pertama ke Mesir''' terjadi pada tahun 914–915, segera setelah berdirinya [[Kekhalifahan Fathimiyah]] di [[Ifriqiyah]] pada tahun 909. Fathimiyah melancarkan ekspedisi ke timur, melawan [[Kekhalifahan Abbasiyah]], di bawah Jenderal [[Berber]] Habasa bin Yusuf. Habasa berhasil menaklukkan kota-kota di pantai [[Libya]] antara Ifriqiyah dan [[Mesir]], dan merebut [[Aleksandria]]. Pewaris Fathimiyah, [[Al-Qa'im (Khalifah Fathimiyah)|al-Qa'im bi-Amr Allah]], kemudian tiba untuk mengambil alih kampanye tersebut. Upaya untuk menaklukkan ibu kota Mesir, [[Fustat]], dipukul mundur oleh pasukan Abbasiyah di provinsi tersebut. Sebuah usaha yang berisiko bahkan di awal, kedatangan bala bantuan Abbasiyah dari [[Bilad asy-Syam|Suriah]] dan [[Irak]] di bawah [[Mu'nis al-Muzaffar]] menyebabkan invasi tersebut gagal, dan al-Qa'im beserta sisa-sisa pasukannya meninggalkan Aleksandria dan kembali ke Ifriqiyah pada bulan Mei 915. Kegagalan tersebut tidak mencegah Fathimiyah untuk melancarkan [[Invasi Fathimiyah ke Mesir (919–921)|upaya lain yang gagal]] untuk merebut Mesir empat tahun kemudian. Baru pada tahun 969 [[Penaklukan Mesir oleh Fatimiyah|Fathimiyah menaklukkan Mesir]] dan menjadikannya pusat kekaisaran mereka.
== Latar belakang ==
[[Kekhalifahan Fathimiyah|Dinasti Fathimiyah]] berkuasa di [[Ifriqiyah]] pada tahun 909, ketika mereka menggulingkan dinasti [[Aghlabiyyah]] yang berkuasa dengan dukungan sukudari [[Kutama]] [[Berber]]. Berbeda dengan para pendahulu mereka, yang puas untuk tetap menjadi dinasti regional di pinggiran barat [[Kekhalifahan Abbasiyah]], Fathimiyah memilikimemegang pretensi ekumenis.: Sebagaisebagai [[Imamah dalam doktrin Ismailiyah|imam]] dari sekte [[Syiah]] [[Ismailiyah|Isma'ili]], dan mengklaim keturunan dari [[Fatimah Az-Zahra|Fatimah]], putri [[Muhammad]] dan istri [[Ali bin Abi Thalib]], mereka menganggap Abbasiyah [[Sunni]] sebagai perampas kekuasaan dan bertekad untuk menggulingkan mereka dan menggantinyamengambil tempat mereka. Jadi, pada awal 910, pemimpinimam Fathimiyah, Abdallah, mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah dengan [[laqab|nama kerajaan]] [[Abdullah al-Mahdi Billah|al-Mahdi Billah]] ({{memerintah|909|934}}).{{sfn|Kennedy|2004|pp=313–314}}
Sejalan dengan visi kekaisaran ini, setelah pembentukan kekuasaan mereka di Ifriqiyah, tujuan Fathimiyah berikutnya dari Kekhalifahan Fathimiyah adalah [[Mesir]], pintu gerbang ke [[Levant]] dan [[Irak]], jantung lama dunia Islam dan tempat kedudukan sainganpara pesaing Abbasiyah mereka.{{sfn|Lev|1988|p=192}} Rute[[Invasi langsung dari IfriqiyahFathimiyah ke Mesir melewati [[Libya]] modern. Selain beberapa kota di pantai—[[Tripoli, Libya(914–915)|Tripoli]]Invasi dipertama baratpada dantahun kota-kota [[Kirenaika914–915]] di timur—inibawah adalahpewaris negaratakhta yang didominasi oleh sukuFathimiyah [[Berber]].al-Qa'im Dari(Khalifah baratFathimiyah)|al-Qa'im ke timur, sukubi-sukuAmr ini adalah [[NafusaAllah]], merebut [[HawwaraKirenaika]], [[MazataAleksandria]] dan [[LuwataOasis Faiyum|Oasis Fayyum]]. Suku-suku ini telah diislamkan selama abad-abad sebelumnya, meskipuntetapi tidakgagal lengkap; dengan demikian, Nafusa adalahmerebut [[KhawarijFustat]],. sedangkanSetelah Mazatakedatangan hanyabala Muslimbantuan dalamdari nama.[[Bilad Hanya di Kirenaikaasy-Syam|Suriah]] dan Irak di timur terdapatbawah [[Bedawi|BaduiMu'nis Arabal-Muzaffar]] sejati, yang telahal-Qa'im bermigrasimundur ke sanaIfriqiyah. padaSetelah abadmundur, ke-9Kirenaika kembali jatuh.{{sfn|Lev|1988|pp=187–188}}{{sfn|Halm|1991|pp=180–181182–187}}
=== Pemulihan Kirenaika ===
Fathimiyah memasuki daerah tersebut pada tahun 911, ketika kepala suku Kutama menyerbu hingga ke wilayah Luwata. Di sekitar Tripoli, yang telah menyerah kepada Fathimiyah setelah jatuhnya Aghlabiyyah, suku Hawwara dengan cepat mulai membenci perilaku sombong tentara Kutama Fathimiyah, serta tuntutan pajak mereka yang besar. Pemberontakan pertama dan pengepungan kota pada tahun 910–911 diikuti oleh pemberontakan umum pada musim panas tahun 912, yang juga melanda kota tersebut. Gubernur Fathimiyah melarikan diri, dan semua Kutama di kota itu dibantai. Pewaris Fathimiyah, [[Al-Qa'im (Khalifah Fathimiyah)|al-Qa'im bi-Amr Allah]], memimpin ekspedisi darat dan laut gabungan melawan Hawwara. Setelah [[Tripoli, Libya]] menyerah pada bulan Juni 913, al-Qa'im meninggalkan salah satu jenderal utama Kutama, [[Habasa bin Yusuf]], di sana, untuk mempersiapkan perluasan lebih lanjut ke arah timur dari kekaisaran Fathimiyah.{{sfn|Halm|1991|pp=161–162, 182}}
Meskipun gagal, Fathimiyah segera mulai membuat rencana untuk serangan kedua ke Mesir, dimulai dengan merebut kembali Kirenaika. Hal ini dicapai dengan penyerahan ibu kota daerah, [[Barqa]], setelah pengepungan selama 18 bulan, pada bulan April 917.{{sfn|Halm|1991|p=188}} Hukuman yang dijatuhkan kepada penduduk kota itu sangat berat, dan banyak yang melarikan diri ke Aleksandria. Gubernur Abbasiyah di Mesir, [[Dhuka al-Rumi]], memperkuat garnisun kota terakhir.{{sfn|Halm|1991|p=188}}
Fathimiyah tampaknya memiliki simpatisan di Mesir, karena orang Mesir, sejak awal abad ke-9, mulai membenci pemerintahan dari Bagdad; Dhuka dipaksa untuk mengeksekusi beberapa orang karena berkorespondensi dengan al-Mahdi dan putranya, al-Qa'im.{{sfn|Brett|2001|pp=146–147}} Pada tahun 904, al-Mahdi dan keluarganya telah mencari perlindungan di Mesir setelah pelarian mereka dari Suriah, dan tetap bersembunyi dengan simpatisan di Fustat selama sekitar satu tahun.{{sfn|Halm|1991|pp=86–89}} Selain itu, keberhasilan gerakan misionaris Isma'ili yang pro-Fathimiyah ({{transl|ar|[[dakwah|daʿwa]]}}) dibuktikan dengan peningkatan yang nyata dalam prasasti pro-Syiah, atau khususnya Isma'ili, di antara batu nisan Mesir dalam beberapa dekade setelah sekitar tahun {{circa|912}}.{{sfn|Bloom|1987|pp=9–16}}
Al-Mahdi Billah juga memelihara harapan gerakan penjepit terhadap Mesir dari dua sisi, seperti propaganda pro-Fathimiyah pada tahun-tahun sebelumnya berhasil mengambil alih sebagian besar [[Yaman]], di bawah kepemimpinan [[Ibnu Hawsyab]] dan [[Ali bin al-Fadl al-Jaysyani]]. Namun pada akhir 911, Ibnu al-Fadl mencela al-Mahdi sebagai penipu, dan menyerang mantan rekannya Ibnu Hawsyab, yang tetap setia kepada penguasa Fathimiyah. Meskipun keduanya meninggal tak lama kemudian, konflik mereka melemahkan posisi Fathimiyah di Yaman, yang memungkinkan [[Dinasti Yu'firi|Yu'firi]] pro-Abbasiyah untuk mendapatkan kembali banyak wilayah yang hilang, dan menggagalkan harapan serangan serentak terhadap Mesir dari tenggara.{{sfn|Halm|1991|pp=176–180}} Meskipun demikian, Fathimiyah masih bisa mengandalkan kehadiran para simpatisan di Mesir: pada tahun 904–905, al-Mahdi dan keluarganya tetap bersembunyi bersama para simpatisan di bawah pimpinan pendakwah utama ({{transliteration|ar|[[da'i]]}}) [[Hamdan Qarmat|Abu Ali Hasan bin Ahmad]], sebelum pindah ke Maghreb.{{sfn|Halm|1991|pp=86–89}}
== Invasi Mesir ==
[[GambarGold dinar of al-Qaim, AH 322-334.jpg|jempol|kanan|300px|[[Dinar emas]] [[Al-Qa'im (Khalifah Fathimiyah)|al-Qa'im bi-Amr Allah]], khalifah Fathimiyah pada tahun 934–946. Sebagai pewaris takhta ayahnya, ia memimpin dua invasi awal Fathimiyah ke [[Mesir]]]]
Sejarawan Isma'ili (dan dengan demikian pro-Fathimiyah) abad ke-15, [[Idris Imad al-Din]], memberikan rincian paling banyak tentang ekspedisi melawan Mesir, dan dilengkapi dengan sumber-sumber Sunni seperti [[al-Tabari]] dan [[al-Kindi]], yang menulis dari sisi yang berlawanan.{{sfn|Lev|1988|pp=186, 187}}
Invasi kedua ke Mesir diketahui sebagian besar dari sumber-sumber Sunni, yang memusuhi Fathimiyah.{{sfn|Lev|1988|p=190}} Ekspedisi dimulai pada tanggal 5 April 919, ketika al-Qa'im berangkat dari kota istana [[Raqqada]], sebagai pimpinan pasukannya.{{sfn|Halm|1991|p=188}}{{sfn|Lev|1988|p=190}}
=== Perebutan Aleksandria dan benteng Giza oleh Dhuka ===
=== Penaklukan Kirenaika ===
Barisan depan tiba di Aleksandria pada 9 Juli 919, sementara pasukan utama di bawah al-Qa'im, tiba pada bulan September/Oktober. Kedatangan pasukan ekspedisi Fathimiyah pada bulan Juli 919 mengejutkan gubernur kota, putra Dhuka, Muzaffar. Bersama para pembantunya dan banyak penduduk, ia melarikan diri tanpa memberikan perlawanan.{{sfn|Halm|1991|p=188}}{{sfn|Lev|1988|p=190}} Setelah mengakui kedaulatan Fathimiyah dan sekarang dianggap memberontak, kota itu dijarah oleh pasukan Fathimiyah.{{sfn|Halm|1991|p=188}}
{{Location map+ | Libya
| width = 300
| caption = Lokasi kampanye di Libya
| relief = 1
| places =
{{Location map~ | Libya
| marksize = 10
| label = Tripoli
| lat_deg = 32 | lat_min = 53.14 | lat_dir = N
| lon_deg = 13 | lon_min = 11.29 | lon_dir = E
}}
{{Location map~ | Libya
| marksize = 10
| label = Sirte
| lat_deg = 31 | lat_min = 5.33 | lat_dir = N
| lon_deg = 17 | lon_min = 23.54 | lon_dir = E
}}
{{Location map~ | Libya
| marksize = 10
| label = Ajdabiya
| lat_deg = 30 | lat_min = 45.20 | lat_dir = N
| lon_deg = 20 | lon_min = 13.31 | lon_dir = E
}}
{{Location map~ | Libya
| marksize = 10
| label = Barqa
| lat_deg = 32 | lat_min = 29.54 | lat_dir = N
| lon_deg = 20 | lon_min = 53.34 | lon_dir = E
}}
}}
Ekspedisi melawan Mesir diluncurkan pada 24 Januari 914, ketika pasukan di bawah Habasa bin Yusuf meninggalkan Tripoli. Pasukan Fathimiyah mengambil rute pesisir. Garnisun Abbasiyah di [[Sirte]] dan [[Ajdabiya]] meninggalkan kota-kota ini tanpa pertempuran, dan pada 6 Februari Habasa memasuki [[Barqa]], ibu kota Kirenaika dan "gerbang Mesir".{{sfn|Lev|1988|p=187}}{{sfn|Halm|1991|p=182}}{{sfn|Madelung|1996|pp=30, 31}} Penaklukan Kirenaika menjanjikan dan akan menguntungkan bagi perbendaharaan Fathimiyah: pajak tanah ({{transliteration|ar|[[kharaj]]}}) telah menghasilkan 24.000 [[dinar emas]] bagi Abbasiyah setiap tahun, dengan 15.000 dinar lainnya disediakan oleh {{transliteration|ar|[[jizyah]]}} yang dibayarkan oleh {{transliteration|ar|[[dzimmi]]}} Kristen, serta {{transliteration|ar|[[zakat]]}}, dan pajak {{transliteration|ar|[[usyr]]}}.{{sfn|Halm|1991|p=182}}
Menurut Imad al-Din, Barqa dievakuasi tanpa pertempuran. Sumber-sumber Sunni mengklaim bahwa pasukan Fathimiyah melakukan kekejaman terhadap penduduk dan memeras dana dari pedagang lokal.{{sfn|Lev|1988|pp=187–188}} Jadi Habasa memaksa pedagang merpati lokal untuk memanggang dan memakan barang dagangan mereka, mencurigai mereka menggunakan burung mereka untuk memata-matai Abbasiyah.{{sfn|Halm|1991|p=182}} Dia mendesak para anggota milisi Arab lokal ({{transliteration|ar|[[jund]]}}) untuk mendaftar di tentara Fathimiyah, sambil mengenakan pungutan keuangan yang cukup besar pada penduduk kota.{{sfn|Halm|1991|pp=182–183}} Dia selanjutnya mengeksekusi dua kepala suku Mazata, yang sembilan tahun sebelumnya telah menyergap dan merampok al-Mahdi selama perjalanannya ke Ifriqiyah; putra-putra mereka juga terbunuh, sementara kaum wanita mereka dijual sebagai budak dan harta benda mereka disita.{{sfn|Halm|1991|p=183}}
Berita kedatangan Fathimiyah di Barqa memicu otoritas Abbasiyah di Mesir untuk mengirim pasukan melawan mereka. Pasukan Habasa, yang diperkuat oleh pasukan baru dari Ifriqiyah, memenangkan pertempuran berikutnya di luar kota pada tanggal 14 Maret.{{sfn|Halm|1991|p=183}}{{sfn|Lev|1988|p=188}}
=== Direbutnya Aleksandria ===
[[Gambar:Gold dinar of al-Qaim, AH 322-334.jpg|jempol|kanan|300px|alt=Foto sisi belakang dan depan koin emas dengan tulisan Arab|[[Dinar emas]] [[Al-Qa'im (Khalifah Fathimiyah)|al-Qa'im bi-Amr Allah]], [[daftar Khalifah Fathimiyah|khalifah Fathimiyah]] pada tahun 934–946. Sebagai pewaris takhta ayahnya, ia memimpin dua invasi awal Fathimiyah ke [[Mesir]]]]
Didorong oleh keberhasilan ini, al-Mahdi mengirim putranya dan ahli warisnya, al-Qa'im, dengan pasukan lain ke timur untuk mengambil alih komando ekspedisi.{{sfn|Lev|1988|p=188}} Sebagai pemimpin pasukan yang terdiri dari banyak Kutama serta anggota {{transliteration|ar|jund}} Arab Ifriqiyah, al-Qa'im berangkat dari kediaman al-Mahdi di [[Raqqada]] pada 11 Juli. Ia tiba di Tripoli pada 1 Agustus, menulis kepada Habasa untuk menunggu kedatangannya sebelum menyerang Mesir. Namun, mengabaikan perintah ini, Habasa yang ambisius memimpin pasukannya ke Mesir; setelah mengalahkan pasukan Abbasiyah di al-Hanniya (dekat [[El Alamein]] modern), pada 27 Agustus 914 ia memasuki [[Aleksandria]].{{sfn|Halm|1991|p=183}}{{sfn|Lev|1988|p=188}} Kutama menyerbu ke selatan sepanjang [[Sungai Nil]] dan menghancurkan negara itu, mencapai sejauh [[Giza]], di seberang sungai dari ibu kota Mesir, [[Fustat]].{{sfn|Halm|1991|p=183}} Habasa menulis surat kepada gubernur setempat, [[Takin al-Khazari]], menawarkan jaminan keamanan ({{transliteration|ar|[[aman (Islam)|aman]]}}) sebagai ganti penyerahannya, namun Takin menolaknya.{{sfn|Halm|1991|p=183}} Al-Qa'im tiba di Aleksandria pada tanggal 6 November 914, di mana ia memaksakan [[Azan|panggilan untuk sholat]] Fathimiyah, gubernur Kutama, dan {{transliteration|ar|[[qadi]]}} (hakim) Isma'ili.{{sfn|Halm|1991|p=183}}{{sfn|Lev|1988|p=188}}
Sementara itu, kedatangan tentara Fathimiyah di Aleksandria memicu kepanikan di [[Bagdad]]. Pemerintah Abbasiyah kurang memperhatikan urusan Ifriqiyah dan klaim al-Mahdi, tetapi sekarang penyelidikan mendesak dilakukan mengenai asal dan niatnya.{{sfn|Halm|1991|pp=183–184}} Takin segera meminta bala bantuan, dan provinsi-provinsi [[Bilad asy-Syam|Suriah]] dimobilisasi. Pada bulan September 914, pasukan Suriah pertama mulai berdatangan di Fustat.{{sfn|Halm|1991|p=184}} Pada bulan Oktober, khalifah Abbasiyah [[al-Muqtadir]] menunjuk bendaharanya [[Mu'nis al-Muzaffar|Mu'nis]] sebagai panglima tertinggi dan memerintahkannya ke Mesir.{{sfn|Halm|1991|p=185}} Untuk mendukung ekspedisi, dan meringankan beban keuangan penduduk Mesir dari pasukan ekspedisi, dua juta dirham perak dialokasikan oleh perbendaharaan.{{sfn|Halm|1991|p=187}}
Situasi di Dhuka al-Rumi sangat kritis: tidak seperti invasi Fathimiyah sebelumnya, ketika sebagian besar penduduk mendukung upaya mempertahankan Fustat dan mempersenjatai diri untuk berperang, kini kepanikan menyebar, dan mereka yang mampu melarikan diri dari negara itu ke Levant.{{sfn|Lev|1988|pp=188, 190}} Pada saat yang sama, garnisun tersebut terbukti tidak mau berperang karena kekurangan gaji; bahkan, banyak perwira melarikan diri bersama unit mereka ke [[Jund Filastin|Palestina]].{{sfn|Lev|1988|p=190}}{{sfn|Halm|1991|pp=188–189}}
=== Pawai ke Fustat dan pertempuran pertama di Giza ===
Pada awal Desember, ketika [[banjir Sungai Nil]] surut dan memungkinkan pasukan untuk lewat di sepanjang sungai, pasukan Fathimiyah berangkat menuju Fustat dalam dua kolom: Habasa di depan, dan al-Qa'im mengikuti di belakang.{{sfn|Lev|1988|p=188}}{{sfn|Halm|1991|p=184}} Karena Fustat terletak di tepi timur Sungai Nil, dan satu-satunya cara untuk menyeberanginya adalah melalui [[jembatan ponton]] ke [[Pulau Roda|Pulau Rawda]] dan Giza, Takin al-Khazari memobilisasi garnisun dan penduduk kota dan mendirikan kamp berbenteng di Giza.{{sfn|Lev|1988|p=188}}{{sfn|Halm|1991|p=184}}
Seperti pada tahun 914, Dhuka memusatkan pasukannya yang sedikit di [[Giza]], di seberang [[Sungai Nil]] dari Fustat, di mana [[jembatan ponton]] memberikan akses ke [[Pulau Roda|Pulau Rawda]] dan kota itu sendiri. Di sana ia membentengi jembatan, mendirikan benteng dan perkemahan berbenteng untuk pasukannya.{{sfn|Halm|1991|pp=184, 189}} Namun, segera setelah itu, administrator fiskal baru untuk Mesir, [[al-Husayn al-Madhara'i]], tiba dengan dana yang cukup untuk membayar tunggakan pasukan reguler.{{sfn|Halm|1991|p=189}} Pada tanggal 11 Agustus, Dhuka meninggal, dan pendahulunya [[Takin al-Khazari]] dipilih untuk menggantikannya; ia tidak tiba di Fustat sampai Januari 920, di mana ia memerintahkan parit kedua digali di sekitar kamp di Giza.{{sfn|Lev|1988|p=189}}
Pada tanggal 13 Desember, alarm pertama dibunyikan di Fustat, dengan siapa pun yang mampu memanggul senjata bergegas menyeberangi jembatan, tetapi tidak ada serangan yang terjadi. Ini diulangi keesokan harinya, dan hanya pada hari berikutnya Fathimiyah menyerang. Dalam pertempuran berikutnya, pasukan Abbasiyah menang, karena [[pemanah berkuda]] [[Orang Turki|Turki]] Takin menimbulkan banyak korban di pihak para prajurit tombak [[Kutama]]. Pasukan Mesir mengejar Kutama hingga larut malam, tetapi selama pengejaran, pasukan penyerang yang tidak berpengalaman itu terjebak dalam penyergapan, menyelamatkan pasukan Fathimiyah dari kekalahan total.{{sfn|Lev|1988|p=188}}{{sfn|Halm|1991|p=184}} Orang-orang Mesir tetap tegang, dengan alarm palsu lainnya keesokan harinya, tetapi hanya pertempuran kecil yang terjadi selama beberapa hari berikutnya.{{sfn|Halm|1991|p=184}} Meskipun mengalami kemunduran ini, sejumlah warga Mesir (baik Kristen [[Koptik]] maupun Muslim) berkorespondensi dengan al-Qa'im, yang menunjukkan masih adanya kemungkinan simpatisan al-Qa'im dan, menurut [[Heinz Halm]], kemungkinan adanya {{transliteration|ar|da'i}} Fathimiyah di Fustat.{{sfn|Lev|1988|p=188}}{{sfn|Halm|1991|p=184}}
=== PendudukanReaksi FathimiyahAbbasiyah didan Fayyum dankemenangan kekalahanangkatan dilaut GizaTsamal ===
{{Location map+ | Lower Egypt
| width = 300
| caption = LokasiSitus kampanye di [[Mesir Hilir]]
| relief = 1
| places =
| marksize = 10
| label = Aleksandria
| position = left
| lat_deg = 31 | lat_min = 00 | lat_dir = N
| lon_deg = 29 | lon_min = 55 | lon_dir = E
| lat_deg = 29 | lat_min = 27.13 | lat_dir = N
| lon_deg = 30 | lon_min = 34.51 | lon_dir = E
}}
{{Location map~ | Lower Egypt
| marksize = 10
| label = Rosetta
| lat_deg = 31.200000
| lon_deg = 30.416667
}}
{{Location map~ | Lower Egypt
| marksize = 10
| label = Damanhur
| lat_deg = 31
| lon_deg = 30.470000
}}
{{Location map~ | Lower Egypt
| marksize = 10
| label = Illahun
| lat_deg = 29 | lat_min = 14 | lat_dir = N
| lon_deg = 30 | lon_min = 58 | lon_dir = E
}}
}}
Berbeda dengan tahun 914, al-Qa'im tidak melakukan tindakan apa pun untuk mengeksploitasi kelemahan garnisun Fustat dan menyerbu Giza, meskipun beberapa tokoh kunci, termasuk mantan [[wazir]] [[Thuluniyah]], [[Abu Bakr Muhammad bin Ali al-Madhara'i]], berkorespondensi dengannya.{{sfn|Lev|1988|p=190}} Sebaliknya, ia tetap berada di Aleksandria selama sisa tahun itu, karena bala bantuan terus berdatangan. Ini termasuk armada Fathimiyah, 80 kapal kuat di bawah kasim Sulayman.{{sfn|Halm|1991|p=189}}
Karena tidak dapat menyeberangi sungai menuju Fustat, al-Qa'im bergerak, dengan sebagian besar pasukannya, mengelilingi pertahanan Takin dan menuju [[Oasis Fayyum]] yang subur, tempat mereka dapat menemukan perbekalan. Suku Kutama awalnya menjarah daerah tersebut, tetapi al-Qa'im memulihkan ketertiban dan memberlakukan rezim pajak yang teratur kepada penduduknya.{{sfn|Lev|1988|p=188}}{{sfn|Halm|1991|pp=184–185}}
Pengadilan Abbasiyah juga memobilisasi pasukannya setelah mendengar berita invasi Fathimiyah; sekali lagi, Mu'nis al-Muzaffar dipercayakan dengan komando tinggi, meninggalkan [[Bagdad]] pada tanggal 23 Februari 920.{{sfn|Halm|1991|p=189}}
Pada titik ini, al-Qa'im dan Habasa, yang tetap memimpin sebagian besar pasukan Fatimiyah di Giza, berselisih ketika al-Qa'im memerintahkan Habasa untuk digantikan. Pada tanggal 8 Januari 915, dalam pertempuran besar-besaran di Giza, Fathimiyah dikalahkan secara telak; sumber-sumber Fathimiyah dengan suara bulat mengaitkan kekalahan ini dengan Habasa, yang melarikan diri dari medan perang, meskipun al-Qa'im mendesak untuk tetap teguh. Catatan-catatan yang pro-Fathimiyah menyatakan bahwa al-Qa'im melancarkan tiga serangan terhadap musuh dan menyebabkan banyak korban, tetapi cerita-cerita tambahan ini tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa pertempuran itu adalah bencana: dengan pasukannya yang hancur, al-Qa'im mundur ke Aleksandria, yang dimasukinya pada tanggal 23 Januari.{{sfn|Lev|1988|p=188}}{{sfn|Halm|1991|p=185}}
Yang lebih penting, armada [[Tarsus (kota)|Tarsus]], di bawah [[Tsamal al-Dulafi]], diberi perintah untuk berlayar ke Mesir. Tsamal, dengan 25 kapalnya yang membawa [[api Yunani]], tiba tepat waktu untuk mencegah kapal-kapal Fathimiyah memasuki cabang [[Rosetta]] di Sungai Nil, dan pada 12 Maret, dekat [[Abukir]], ia menimbulkan kekalahan telak pada armada Fathimiyah, yang kapal-kapalnya didorong ke pantai oleh angin.{{sfn|Lev|1988|p=190}}{{sfn|Halm|1991|p=189}} Sebagian besar awak Fathimiyah terbunuh atau ditangkap. Para tawanan dibawa ke [[al-Maqs]] di Sungai Nil, tempat Takin membebaskan sebagian besar pelaut biasa, sementara laksamana Sulayman dan 117 perwiranya berparade di depan umum di Fustat. Kutama dan pengawal [[Afrika hitam]] ('[[Zawila]]'), sekitar 700 orang secara total, diserahkan kepada massa untuk digantung.{{sfn|Halm|1991|pp=189–190}}
=== Penarikan diri Fathimiyah dari Aleksandria dan pemberontakan di Kirenaika ===
Meskipun mengalami kemunduran, dalam surat-suratnya kepada ayahnya, dan khotbah-khotbah yang masih ada yang disampaikannya di Aleksandria, al-Qa'im tampaknya tidak kehilangan keyakinan akan keberhasilan akhirnya.{{sfn|Halm|1991|pp=185–186}} Di Aleksandria, ia mengadakan sejumlah khotbah [[Salat Jumat|shalat Jum'at]] ({{transliteration|ar|[[khutbah]]}}), menyebarkan tujuan Isma'ili dan Fathimiyah.{{sfn|Halm|1991|pp=186–187}} Untuk sementara ia juga terlibat dalam negosiasi dengan beberapa pembelot Mesir, yang meminta {{transliteration|ar|aman}} dari al-Qa'im, dan mengangkat prospek kapitulasi Fustat.{{sfn|Halm|1991|p=187}} Tampaknya al-Qa'im sendiri tidak sepenuhnya yakin akan ketulusan proposal tersebut, yang menjadi tidak mungkin ketika panglima tertinggi Abbasiyah Mu'nis tiba di Fustat pada bulan April 915.{{sfn|Halm|1991|p=187}}{{sfn|Brett|2001|p=141}} Mu'nis memecat Takin dan menggantikannya dengan [[Dhuka al-Rumi]].{{sfn|Halm|1991|p=187}}
Pada tanggal 25 Mei, Mu'nis tiba di Fustat, dan bersama 3.000 orangnya mengambil posisi di Giza. Detasemen selanjutnya dikirim ke utara, hingga [[Damanhur]] di [[Delta Sungai Nil]] barat laut, yang dikuasai oleh [[Muhammad bin Tughj]], serta ke selatan, untuk mencegah kemungkinan kemajuan Fathimiyah ke [[Mesir Hulu]].{{sfn|Halm|1991|p=190}}
Segera setelah itu, Habasa dengan tiga puluh pengikut terdekatnya meninggalkan al-Qa'im dan menuju Ifriqiyah; khawatir dengan hal ini, al-Qa'im mengungsi dari Aleksandria dengan tergesa-gesa dan tanpa pertempuran, meninggalkan banyak persenjataan dan peralatannya.{{sfn|Halm|1991|p=187}} Dhuka menduduki kota dan memasang garnisun yang kuat di bawah putranya al-Muzzafar, sebelum kembali ke Fustat untuk memberikan hukuman kepada elemen-elemen yang dicurigai berkorespondensi dengan al-Qa'im.{{sfn|Halm|1991|p=187}} Al-Qa'im tiba di Raqqada pada 28 Mei 915. Di belakangnya, Kirenaika bangkit memberontak dan menggulingkan kendali Fathimiyah; di Barqa, seluruh garnisun Kutama terbunuh.{{sfn|Halm|1991|p=187}} Pemberontakan tersebut baru dipadamkan pada tahun 917, setelah pengepungan Barqa selama 18 bulan.{{sfn|Madelung|1996|p=31}}{{sfn|Halm|1991|p=188}}
=== Penaklukan Fathimiyah atas Fayyum dan Mesir Hulu serta pertikaian dengan Mu'nis ===
== Analisa ==
Memang, al-Qa'im, yang terdesak oleh pasokan di Aleksandria, memutuskan untuk mengulangi manuver 914: pada tanggal 30 Juli ia meninggalkan Aleksandria dan, melewati Giza, mengambil alih Oasis Fayyum yang subur, yang dapat menyediakan perbekalan dan pangkalan operasi. Seperti sebelumnya, ia mulai mengenakan pajak kepada penduduk, seolah-olah ia adalah penguasa Mesir yang sah.{{sfn|Halm|1991|pp=184–185, 190}}
Invasi ini memakan banyak korban di kedua belah pihak: 7.000 tentara Fathimiyah tewas dan 7.000 lainnya ditawan dalam pertempuran putaran pertama saja, sementara dalam pertempuran putaran kedua, pasukan Habasa dikatakan telah kehilangan 10.000 orang tewas. Korban jiwa di antara penduduk Mesir yang wajib militer berkisar antara 10.000 hingga 20.000 orang tewas, sementara Imad al-Din memperkirakan jumlah total orang Mesir yang tewas mencapai 50.000 orang.{{sfn|Lev|1988|pp=188, 189}}
Di Aleksandria ia meninggalkan Fath bin Ta'laba, dengan perintah untuk membangun banyak ketapel ({{transl|ar|manjaniq}} dan {{transl|ar|'arrada}}) untuk melindungi pelabuhan kota dari serangan angkatan laut oleh armada Tsamal.{{sfn|Halm|1991|p=190}} Mu'nis tidak menentang langkah ini, karena pasukannya tidak cukup untuk menghadapi Fathimiyah dalam pertempuran terbuka, dan ia menghadapi kesulitan dalam menyediakan gaji pasukannya.{{sfn|Halm|1991|p=190}} Lebih jauh lagi, ketika komandan yang telah ia kirim ke Mesir Hulu meninggal pada musim semi 921, Kutama dengan mudah mampu mengambil alih seluruh wilayah, hingga keuskupan Koptik [[al-Ushmuniyya]].{{sfn|Halm|1991|p=190}} Hal ini tidak hanya meningkatkan daerah di bawah pajak untuk al-Qa'im, tetapi juga mengakhiri pasokan gandum Fustat dari sana.{{sfn|Halm|1991|p=190}}
Kedua belah pihak menderita indisipliner dan kurangnya kekompakan di antara mereka. Habasa berulang kali bertindak tanpa berkonsultasi dengan al-Qa'im, dan melakukan beberapa kekejaman terhadap warga sipil; pengabaiannya terhadap medan perang menyebabkan ekspedisi tersebut gagal, dan sekembalinya ke Ifriqiyah, ia dieksekusi.{{sfn|Lev|1988|p=189}} Beberapa pasukan Fathimiyah membelot, sementara al-Qa'im juga harus berjuang untuk memaksakan disiplin kepada anak buahnya, yang menjarah Fayyum.{{sfn|Lev|1988|p=189}} Pihak Abbasiyah juga mengalami pembelotan, pertengkaran di antara komandan mereka, serta kemauan banyak orang Mesir untuk berdamai dengan penjajah Fathimiyah, yang menyebabkan pembalasan brutal oleh otoritas Abbasiyah terhadap mereka yang berkorespondensi dengan al-Qa'im.{{sfn|Lev|1988|pp=189–190}}
[[Gambar:Dinar of al-Muqtadir, AH 298.jpg|jempol|kanan|300px|Dinar emas [[al-Muqtadir]], [[daftar Khalifah Abbasiyah|khalifah Abbasiyah]] pada tahun 908–932]]
Namun, secara strategis, kegagalan Fathimiyah untuk merebut Fustat-lah yang menentukan kegagalan mereka. Fustat adalah pusat administrasi dan perkotaan utama negara itu, dan, sebagaimana ditunjukkan oleh sejarawan Yaacov Lev, merupakan "kunci penaklukan Mesir": dari beberapa invasi ke Mesir pada abad ke-10, hanya invasi yang merebut ibu kota yang berhasil, meskipun sebagian besar wilayah negara itu sendiri belum ditaklukkan.{{sfn|Lev|1979|p=320}}
Selama setahun penuh, kedua belah pihak menghindari konflik terbuka, dan lebih terlibat dalam pertempuran diplomatik dan propaganda. Mu'nis menawarkan janji-janji tentang keamanan ({{transl|ar|[[aman (Islam)|aman}}), serta pengakuan Fathimiyah sebagai penguasa otonom Ifriqiyah dengan gaya Aghlabiyyah, jika al-Qa'im tunduk kepada khalifah Abbasiyah.{{sfn|Halm|1991|p=190}} Al-Qa'im menolak tawaran ini dalam sebuah surat yang menegaskan kembali klaim Fathimiyah atas kekuasaan universal sebagai pewaris sah Muhammad.{{sfn|Halm|1991|pp=190–191}} Sebuah fragmen puisi panjang yang mendesak penduduk Fustat untuk meniru "orang Barat" dan mengikuti dakwah Fathimiyah yang sah juga masih ada; Mu'nis mengirim salinannya ke Bagdad, di mana cendekiawan [[Abu Bakr bin Yahya al-Suli|al-Suli]] ditugaskan untuk menulis balasan. Tanggapannya terhadap pretensi Fathimiyah dianggap sangat berhasil sehingga Khalifah [[al-Muqtadir]] memberinya 10.000 dinar sebagai hadiah.{{sfn|Halm|1991|pp=191–192}}
Al-Qa'im juga menjaga korespondensinya dengan mantan wazir al-Madhara'i, yang memberitahunya tentang kelemahan garnisun Fustat, tetapi mungkin telah memainkan permainan ganda, mencoba menunda serangan sampai pasukan Abbasiyah baru tiba.{{sfn|Halm|1991|p=191}} Pada saat yang sama, komandan Fathimiyah mengirim seruan kepada dua kota suci Islam, [[Makkah]] dan [[Madinah]], mendesak mereka untuk mengakui klaim Fathimiyah atas kedaulatan atas dunia Islam. Permintaannya diabaikan.{{sfn|Halm|1991|p=191}}{{sfn|Lev|1988|p=191}}
Ekspedisi Fathimiyah dianggap berisiko bahkan pada saat itu. Pemerintahan Fathimiyah di Ifriqiyah masih belum aman dan diganggu oleh pemberontakan terus-menerus; [[angkatan laut Fathimiyah]] telah dihancurkan pada tahun 913 selama pemberontakan tersebut oleh gubernur [[Sisilia]].{{sfn|Lev|1988|p=191}} Propagandis Fathimiyah abad ke-10 [[al-Qadi al-Nu'man]] bahkan melaporkan bahwa al-Qa'im enggan untuk memulai ekspedisi, dan berdebat dengan ayahnya untuk menundanya.{{sfn|Lev|1988|p=191}} Menurut Michael Brett, invasi Fathimiyah gagal terutama "karena ekspedisi tersebut menemukan dirinya jauh di pedalaman negara itu, di tepi gurun Sungai Nil di seberang sungai dari ibu kota Mesir, berhadapan dengan garnisun yang telah mampu memanggil pasukan kekaisaran di belakangnya".{{sfn|Brett|2001|p=146}} Ketidakpastian invasi pertama Fathimiyah menjadi lebih jelas jika dibandingkan dengan persiapan militer dan infiltrasi yang rumit ke negara tersebut oleh agen-agen Fathimiyah yang dilakukan selama beberapa tahun sebelum [[Penaklukan Fatimiyah atas Mesir|penaklukan terakhirnya pada tahun 969]].{{sfn|Lev|1988|pp=194–195}}
=== Pemulihan Aleksandria dan Fayyum oleh Abbasiyah, mundurnya al-Qa'im ===
Berdasarkan sebuah kutipan dalam sejarah [[Ibnu Khaldun]], [[orientalis]] Belanda [[Michael Jan de Goeje]], yang pertama kali mempelajari kaum [[Qaramitah|Qarmati]] di [[Arabia Timur|Bahrayn]], sebuah cabang dari gerakan yang sama yang memunculkan Fathimiyah, menyarankan adanya aliansi rahasia antara keduanya, dan rencana serangan terkoordinasi terhadap kaum Abbasiyah, dengan kaum Qarmati menyerang dari pangkalan mereka yang dekat dengan wilayah metropolitan Abbasiyah di [[Irak]], dan kaum Fathimiyah dari barat. Memang, kaum Qarmati menyerbu daerah sekitar [[Basra]] pada tahun 913, tetapi pasukan mereka lemah, dan setiap gagasan tentang serangan terkoordinasi dipungkiri oleh fakta bahwa mereka tetap tidak aktif ketika invasi Fathimiyah yang sebenarnya ke Mesir terjadi, seperti yang mereka lakukan selama invasi Fathimiyah kedua beberapa tahun kemudian. Lebih jauh lagi, analisis yang lebih baru mengenai asal muasal perpecahan Fathimiyah–Qarmati telah menunjukkan adanya perbedaan doktrinal yang mendalam dan permusuhan antara kedua sekte Ismailiyah, serta watak Qarmati yang pada dasarnya anti-Fathimiyah.{{sfn|Madelung|1996|pp=22–23, 29ff.}}
Akhirnya, pada akhir musim semi tahun 921, ketika Mu'nis mengirim salah satu perwiranya untuk menyerang Fayyum, Tsamal beserta armadanya berlayar menyusuri Sungai Nil menuju Aleksandria. Kota itu direbut dengan relatif mudah dari garnisun Kutama (Mei/Juni 921), yang meninggalkan banyak perbekalan dan peralatan mereka. Tsamal mengevakuasi penduduk kota itu ke Rosetta, lalu menyusul dengan armadanya.{{sfn|Halm|1991|p=192}}
Pada tanggal 28 Juni, Mu'nis dan Takin, bersama dengan armada Tsamal, berangkat dengan seluruh pasukan mereka untuk menyerang Fayyum. Bersama-sama, pasukan dan armada Abbasiyah memblokade satu-satunya jalur penghubung Fayym dengan Sungai Nil di [[El Lahun|Illahun]], memisahkan al-Qa'im dan anak buahnya di oasis dari wilayah lainnya di negara itu.{{sfn|Halm|1991|pp=192–193}} Begitu pasukan Abbasiyah mulai maju ke oasis, pada tanggal 8 Juli al-Qa'im memerintahkan mundur: semua peralatan berat ditinggalkan, sementara dia dan anak buahnya berjalan melalui padang pasir menuju jalan pantai ke Barqa, sebuah perjalanan yang sulit yang menyebabkan banyak orang tewas.{{sfn|Halm|1991|p=193}}
== Akibat ==
Kegagalan invasi kedua ke Mesir kembali menjadi aib besar bagi Fathimiyah. Para pembela Fathimiyah mencoba menjelaskan kegagalan tersebut sebagai bagian dari rencana ilahi bagi dinasti yang dibimbing Tuhan; {{transl|ar|Sirat al-Imam al-Mahdi}} yang terpisah-pisah mengklaim bahwa al-Qa'im kembali "tanpa terkalahkan" dari Mesir, sementara juru bicara utama Fathimiyah di akhir abad itu, [[al-Qadi al-Nu'man]], bersikeras bahwa al-Mahdi, dengan pengetahuan ilahiahnya, tahu bahwa putranya akan dikalahkan, tetapi kampanye itu diperlukan untuk mengumumkan niat Fathimiyah, membuktikan semangat mereka dalam melaksanakan {{transl|ar|[[jihad]]}}, dan menyebarkan {{transl|ar|[[dakwah|da'wa]]}} mereka.{{sfn|Halm|1991|p=193}}{{sfn|Lev|1988|pp=192–193}}
Kegagalan ekspedisi tersebut mengguncang fondasi rezim Fathimiyah dan kepercayaan pada misi ilahi Imam-Khalifah pun terguncang. Akibatnya, ketidakpuasan muncul, khususnya di antara suku Kutama di Malusa, tempat asal Habasa, yang kini diburu sebagai penjahat.{{sfn|Halm|1991|pp=187–188}} Penangkapan dan pemenjaraannya pada akhirnya menyebabkan pemberontakan saudaranya Ghazwiyya, yang telah memainkan peran penting dalam mengamankan rezim al-Mahdi hingga saat itu, dan yang baru-baru ini diberi tanggung jawab atas seluruh wilayah Kutama di sebelah barat Ifriqiyah. Namun, pemberontakan tersebut dengan cepat dipadamkan, dan Ghazwiyya serta Habasa dieksekusi. Ketika kepala mereka dibawa ke hadapan al-Mahdi, ia dikatakan telah berseru, "Dulu kepala-kepala ini menutupi Timur dan Barat; dan sekarang mereka terkurung dalam keranjang ini!".{{sfn|Halm|1991|p=188}}{{sfn|Brett|2001|pp=140–141}}
Selama beberapa tahun, Fathimiyah terus melancarkan serangan dari Barqa ke Mesir: pada tahun 922 dan 928, pasukan Fathimiyah melawan pasukan Abbasiyah di Dhat al-Himam, sekitar 60 kilometer (37 mil) di sebelah barat Aleksandria, sementara pada tahun 923, komandan Fathimiyah lainnya menyerbu salah satu oasis di Gurun Barat (kemungkinan [[Oasis Dakhla]]) dan menghancurkannya, sebelum wabah penyakit memaksanya untuk mundur.{{sfn|Halm|1991|p=194}}
MeskipunTerlepas gagal,dari Fathimiyahintervensi melancarkansingkat [[Invasidalam Fathimiyahkonflik keinternal Mesirfaksi (919–920)|invasimiliter keduadi Mesir pada tahun 919]]935, yangbagaimanapun, jugaupaya dikalahkanserius penaklukan tidak dilakukan selama bertahun-tahun.{{sfn|Lev|1988|pp=190–191}}{{sfn|Madelung|1996|pp=31–32}} SelainTidak intervensisampai singkattahun dalam969, konflikketika internalkeseimbangan faksikekuatan militertelah dibergeser Mesirjauh padalebih tahuntegas 935dalam mendukung Fathimiyah, barubahwa pada[[Penaklukan tahunMesir 969oleh Fatimiyah|invasi seriusskala besar lainnya]] dilakukan.{{sfn|Lev|1988|p=193}} SaatPada saat itu, Kekhalifahan Abbasiyah, yang dilemahkan oleh perebutan kekuasaan yang terus-meneruskonstan antara faksi birokrasi, pengadilan, dan militer yang bersaing, dan kehilangandirampas provinsi-provinsi pinggirannya kepadauntuk dinasti lokal yang ambisius, telah berhenti ada sebagai entitas politik, dengan khalifah Abbasiyah sebagaidireduksi menjadi pion tak berdaya dari [[Buwaihi]];.{{sfn|Kennedy|2004|pp=185–197}} sementaraPada saat yang sama, rezim Fathimiyah telah tumbuh lebih kuat dan jauh lebih kaya, dan sekarang memiliki pasukan yang besar dan disiplin. Kali ini Fathimiyah menghadapi sedikit perlawanan, dan Mesir ditaklukkan. Pada tahun 972, istana Fathimiyah pindah ke Mesir dan mendirikan dirinya di ibu kota baru, [[Kairo]], di utara Fustat.{{sfn|Lev|1988|pp=193–196}}{{sfn|Halm|1991|pp=363–371}}
== Referensi ==
{{Reflist|20em30em}}
== Sumber ==
* {{cite bookjournal | last = BrettBloom | first = MichaelJonathan M. | titleauthor-link = TheJonathan RiseM. ofBloom the| Fatimids:title = The WorldMosque of theQarafa Mediterraneanin andCairo the| Middleurl East= inhttps://www.archnet.org/publications/3020 the| Fourthjournal Century= of[[Muqarnas the(journal)|Muqarnas: Hijra,An TenthAnnual Centuryon CEIslamic Art and Architecture]] | seriesvolume = TheIV Medieval Mediterranean | volumeyear = 301987 | publisher = E.J. Brill | location = Leiden | yearissn = 2001 | isbn = 900732-04-11741-5 | url = {{Google Books|BqCdfhW3nVwC|plainurl=y}} 2992|ref={{sfnrefsfnRef|BrettBloom|20011987}} }}
* {{cite book | last = Brett | first = Michael | title = The Rise of the Fatimids: The World of the Mediterranean and the Middle East in the Fourth Century of the Hijra, Tenth Century CE | series = The Medieval Mediterranean | volume = 30 | publisher = Brill | location = Leiden | year = 2001 | isbn = 9004117415 | url = {{Google Books|BqCdfhW3nVwC|plainurl=y}}|ref={{SfnRef|Brett|2001}} }}
* {{Das Reich des Mahdi|ref={{sfnref|Halm|1991}} }}
* {{TheDas ProphetReich anddes the Age of the Caliphates | edition = SecondMahdi|ref={{sfnrefSfnRef|KennedyHalm|20041991}} }}
* {{The Prophet and the Age of the Caliphates| edition = Second|ref={{sfnRef|Kennedy|2004}} }}
* {{cite journal | last = Lev | first = Yaacov | title = The Fāṭimid Conquest of Egypt – Military Political and Social Aspects | pages = 315–328 | journal = Israel Oriental Studies | year = 1979 | volume = 9 | issn = 0334-4401 |ref={{sfnref|Lev|1979}} }}
* {{cite journal | last = Lev | first = Yaacov | title = The Fāṭimids and Egypt 301–358/914–969 | pages = 186–196 | journal = Arabica | year = 1988 | volume = 35 | issue = 2 | doi = 10.1163/157005888X00332|ref={{sfnrefSfnRef|Lev|1988}} }}
* {{cite book | last=Madelung | first=Wilferd | author-link = Wilferd Madelung | chapter = The Fatimids and the Qarmatīs of Bahrayn | pages = 21–73 | title=Mediaeval Isma'ili History and Thought | editor-last = Daftary | editor-first = Farhad | editor-link = Farhad Daftary | year = 1996 | publisher=[[Cambridge University Press]] | location = Cambridge | isbn=978-0-521-00310-0 | chapter-url={{Google books|8eebGQXgPcQC|page=21|plainurl=y}}|ref={{sfnref|Madelung|1996}} }}
[[Kategori:919]]
{{Portal bar|Mesir|Sejarah}}
[[Kategori:921]]
{{DEFAULTSORT:Invasi Fathimiyah ke Mesir 0914-0915}}
[[Kategori:Invasi Mesir]]
[[Kategori:Konflik tahun 910-an]]
[[Kategori:914Konflik tahun 920-an]]
[[Kategori:915910-an di Kekhalifahan Fathimiyah]]
[[Kategori:910-an di Kekhalifahan Abbasiyah]]
[[Kategori:Sejarah militer Kekhalifahan Fathimiyah]]
[[Kategori:Sejarah militer Kekhalifahan Abbasiyah]]
[[Kategori:Abad ke-10 di Mesir]]
[[Kategori:Abad ke-10 di Kekhalifahan Abbasiyah]]
[[Kategori:Invasi Mesir]]
[[Kategori:Mesir di bawah Kekhalifahan Abbasiyah]]
[[Kategori:910-an di Kekhalifahan Fathimiyah]]
|