Lawang Sakepeng: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k fix |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 7:
== Aturan permainan ==
[[File:Lawang Sakepeng instrument 1.ogg|thumb|Instrumen iringan musik Lawang Sakepeng]]
Atraksi Lawang sekepeng diiringi oleh alat musik pengiring yaitu berupa 2 (dua) buah gendang manca, 1 (satu) buah garantung atau biasa disebut gong suku Dayak. Tradisi pencak silat yang ditampilkan dalam tradisi Lawang sakepeng merupakan perpaduan antara seni bela diri dan gerakan-gerakan tari tradisional suku Dayak, seperti tari kinyah atau tari perang. Atraksi dilakukan oleh dua orang berbeda sisi, dipisahkan oleh gapura, pasangan pesilat itu mewakili pihak laki-laki dan perempuan. Mereka saling beradu bukan untuk berkelahi, melainkan untuk mencapai tujuan bersama.<ref>{{Cite news|url=https://travel.kompas.com/read/2016/03/29/093400827/.Lawang.Sakepeng.Berjuang.ke.Satu.Tujuan|title="Lawang Sakepeng", Berjuang ke Satu Tujuan|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2019-04-11|editor-last=Asdhiana|editor-first=I Made}}</ref> Para pesilat berusaha memutus rintangan yang di pasang di Lawang sakepeng yang berbentuk gapura dan diberi 3 utas rintangan benang, pada benang penghalang dibuat berbaris 3 dari atas ke bawah dan dipasang bunga agar kelihatan indah dan menarik. Dilakukan oleh dua lelaki dewasa yang memiliki kepandaian bermain silat, namun sekarang ada yang menggunakan empat orang lelaki dewasa yang saling berhadapan dengan formasi 1 lawan 1 atau 2 lawan 2 dari kedua belah pihak laki-laki dan perempuan. Agar pihak laki-laki dapat masuk dan menikahi calon istri maka harus mampu melewati Lawang (gapura) yang diberikan tali pemisah, nah tali ini yang harus diputuskan oleh para penari sakepeng. Dengan kemahiran bermain silat itu, para pemain harus paham cara dan trik kapan waktunya untuk menyerang serta memukul lawan tanpa mengakibatkan cedera dan mampu pula menangkis serangan lawan. Pemain Lawang sakepeng harus memutuskan tali pemisah tadi adalah pemain dari pihak mempelai laki-laki. Filosofi benang pertama adalah menggambarkan putusnya halangan marabahaya yang terdapat dalam hidup dan kehidupan berkeluarga, tali kedua menggambarkan putusnya hubungan yang tidak baik antara keduanya untuk melakukan aktivitas berumah tangga, sedangkan tali ketiga adalah memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan maut.<ref>{{Cite web|url=https://mediacenter.palangkaraya.go.id/ritual-lawang-sakepeng-budaya-dalam-perkawinan-adat-dayak-ngaju-kalteng/|title=Ritual ‘Lawang Sakepeng” Budaya Dalam Perkawinan Adat Dayak Ngaju Kalteng|last=Andika Afriadhy|date=2018-11-17|website=Media Center Isen Mulang Palangka Raya|language=id-ID|access-date=2019-04-11}}</ref>
|