Tanpa atma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
translate notes
Faredoka (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 97:
 
=== Mahāparinirvāṇa Sūtra ===
Berbeda dengan aliran-aliran ''madhyamika'', [[Mahāparinirvāṇa Sūtra]] menggunakan "bahasa positif" untuk menunjukkan "realitas absolut". Menurut Paul Williams, Sūtra Mahāyāna Mahāparinirvāṇa mengajarkan esensi yang mendasari, "Diri", atau "Atman".{{sfn|Williams|1989|pp=98–99}} "Diri sejati" ini adalah Benih Kebuddhaan ([[Tathāgatagarbha]]) yang diyakini hadir dalam semua makhluk hidup, dan disadari oleh mereka yang telah tercerahkan. Sebagian besar ahli menganggap ajaran Tathāgatagarbha dalam Sūtra Mahāparinirvāṇa yang menegaskan 'esensi alamiah' dalam setiap makhluk hidup setara dengan 'Diri',{{refn|Wayman dan Wayman tidak setuju dengan pandangan ini, dan mereka menyatakan bahwa ''Tathāgatagarbha'' bukanlah diri maupun makhluk hidup, bukan jiwa, maupun kepribadian.{{sfn|Williams|1989|p=107}}|group=note}} dan hal ini bertentangan dengan ajaran tanpa-atma (''anatta'') dalam sebagian besar teks dalam kitab-kitab Buddhis. Hal ini menyebabkan para alhli berpendapat bahwa Sūtra Tathāgatagarbha ditulis untuk mempromosikan Buddhisme kepada non-Buddhis.{{sfn|Williams|1989|pp=104–105, 108}}<ref>{{cite book|author=Merv Fowler|year=1999|url=https://books.google.com/books?id=A7UKjtA0QDwC|title=Buddhism: Beliefs and Practices|publisher=Sussex Academic Press|isbn=978-1-898723-66-0|pages=101–102}}. '''Mengutip:''' "Beberapa teks literatur ''tathāgatagarbha'', seperti ''MahaparinirvanaMahāparinirvāṇa SutraSūtra'', sebenarnya merujuk pada ''ātman'', meskipun teks-teks lain berhati-hati untuk menghindari istilah tersebut karena pandangan tersebut bertentangan langsung dengan ajaran umum Buddhisme tentang ''anatta''. Memang, perbedaan antara konsep umum India tentang ''ātman'' dan konsep Buddhis yang populer tentang Benih Kebuddhaan sering kali kabur sampai-sampai berbagai penulis menganggapnya sebagai sinonim."</ref>
 
Menurut Sallie B. King, Sūtra Mahāyāna Mahāparinirvāṇa tidak mewakili suatu inovasi besar.{{sfn|King|1991|p=14}} Inovasi terpentingnya adalah menghubungkan istilah ''buddhadhātu'' dengan ''tathāgatagarbha''.{{sfn|King|1991|p=14}} Menurut King, ''sūtra'' tersebut agak tidak sistematis,{{sfn|King|1991|p=14}} yang membuatnya "menjadi s''ūtra'' yang bermanfaat bagi para siswa dan komentator di kemudian hari, yang terpaksa membuat tatanan mereka sendiri dan membawanya ke dalam teks".{{sfn|King|1991|p=14}} ''Sūtra'' tersebut berbicara tentang sifat-sifat Buddha dalam begitu banyak cara yang berbeda sehingga para sarjana Tiongkok membuat daftar jenis-jenis Benih Kebuddhaan yang dapat ditemukan dalam teks tersebut.{{sfn|King|1991|p=14}} Salah satu pernyataan tersebut adalah:
Baris 112:
 
=== Metode pengajaran ===
Menurut Paul Williams, SutraSūtra MahaparinirvanaMahāparinirvāṇa menggunakan istilah “Diri” (Atman) untuk memenangkan hati para pertapa non-Buddhis. Ia mengutip dari ''sūtra'' tersebut:{{sfn|Williams|1989|p=100}}
 
{{quote|Benih Kebuddhaan sebenarnya bukanlah diri. Demi [membimbing] makhluk hidup, saya menggambarkannya sebagai Diri.<ref name="Youru Wang 2003, page 58">Youru Wang, ''Linguistic Strategies in Daoist Zhuangzi and Chan Buddhism: The Other Way of Speaking.'' Routledge, 2003, hlm. 58.</ref>}}