Ukiyo-e: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k revisi terjemahan Produksi cetakan
Baris 266:
 
=== Produksi cetakan ===
{{Main|WoodblockCetak printingbalok inkayu Japandi Jepang}}
[[File:Yoshiiku (1862) key block face b.jpg|thumb|alt=Carved woodblock for printing|Balok Utama untuk cetakan, karya [[Utagawa Yoshiiku]], 1862]]
 
CetakanPembuatan cetakan ukiyo-e dihasilkan melaluimelibatkan kerja sama timantar pengrajin dari beberapaberbagai lokakarya;, di mana sangat jarang seorang desainer mengerjakan pemotongan balok kayu sendiri.{{sfn|Faulkner|Robinson|1999|p=27}} jarang sekali desainer memotong sendiri balok kayunya.{{sfn|Penkoff|1964|p=21}} ProsesnyaProses terbagiproduksi menjadiini melibatkan empat peran utama: penerbit, yang bertugasbertanggung jawab memesan, mempromosikan, dan mendistribusikan cetakan; seniman, yang membuatmerancang desain; pemahat kayu, yang menyiapkanmempersiapkan balok cetak; dan pencetak, yang mencetak desain ditersebut ataspada kertas.{{sfn|Salter|2001|p=11}} Biasanya hanya nama seniman dan penerbit yang dicantumkantercantum pada cetakan yang sudah selesaijadi.{{sfn|Salter|2001|p=61}}
 
Cetakan ukiyo-e dicetak secara manual padamenggunakan [[Washi|kertas buatan tangan]],{{sfn|Michener|1959|p=11}} bukan denganalih-alih mesin cetak seperti yang digunakan di Barat.{{sfn|Penkoff|1964|p=1}} SenimanProsesnya membuat gambardimulai dengan tintaseniman diyang atasmenggambar desain pada kertas tipis, yangdengan ditempeltinta,{{sfn|Salter|2001|p=64}} kemudian kertas tersebut ditempelkan pada balok kayu ceri{{efn|Traditional Japanese woodblocks were cut along the grain, as opposed to the blocks of Western [[wood engraving]], which were cut across the grain. In both methods, the dimensions of the woodblock was limited by the girth of the tree.{{sfn|Statler|1959|pp=34–35}} In the 20th century, [[plywood]] became the material of choice for Japanese woodcarvers, as it is cheaper, easier to carve, and less limited in size.{{sfnm|1a1=Statler|1y=1959|1pp=34–35|2a1=Salter|2y=2001|1p=64}}}} dan digosok dengan minyak hingga lapisan atas kertas dapatbisa dihilangkandihapus, menyisakan lapisan tembus pandang yangsebagai digunakanpanduan bagi pemahat kayu sebagai panduan. Pemahat kemudianlalu memotong bagian yang bukan area hitam, menyisakanmeninggalkan area timbulyang untukakan dicetak dengan tinta.{{sfn|Faulkner|Robinson|1999|p=27}} Proses ini biasanya menghancurkan gambar asli.{{sfn|Salter|2001|p=64}}
 
CetakanPada dibuatsaat denganpencetakan, balok cetak diletakkan menghadap ke atas agar pencetak bisadapat mengaturmengontrol tekanan untukguna menghasilkan berbagai efek, yang bervariasi dan mengawasi bagaimana tinta {{transl|ja|sumi}} berbasis air terserapdiserap oleh kertas.{{sfn|Penkoff|1964|p=1}}{{sfn|Bell|2004|p=225}} EfekSelain tambahanitu, termasukefek khusus sering ditambahkan, seperti efek [[PaperKertas embossingtimbul|timbul]], yang dihasilkandilakukan dengan menekan balok kayu tanpa tinta untuk membuatmenciptakan tekstur sepertitekstur—misalnya pola kain atau jaring ikan.{{sfn|Bell|2004|p=246}} Efek lainnya mencakup ''burnishing''{{sfn|Bell|2004|p=247}} (menggosok kertas dengan [[agate|batu akik]] untuk mencerahkan warna),{{sfn|Frédéric|2002|p=884}} [[varnish|pernis]], [[overprinting|teknik cetak tumpang]], taburan logam atau [[mika]], dan semprotan untuk meniru efek salju.{{sfn|Bell|2004|p=247}}
 
Sebagai bentuk seni komersial, perkembangan ''ukiyo-e'' sangat bergantung pada peran penerbit.{{sfn|Harris|2011|p=62}} Industri penerbitan ukiyo-e dikenal sangat kompetitif;, dengan lebih dari seribu penerbit diketahuitercatat pernah beroperasi sepanjang sejarah ''ukiyo-e''. Jumlah penerbit mencapaiPada puncaknya sekitardi 250 padatahun 1840-an dan 1850-an, terdapat sekitar 250 penerbit aktif,{{sfn|Marks|2012|p=180}}—sekitar 200 di antaranyamana sekitar 200 berada di Edo{{sfn|Salter|2006|p=19}}—dan mulai menurunNamun, setelah Jepang membuka diri ke dunia luar, jumlah penerbit berkurang drastis, hingga tersisa sekitar 40 penerbit tersisa pada awal abad ke-20. Penerbit memiliki hak atas balok cetak dan hak cipta, dan sejak akhir abad ke-18, hak cipta{{sfn|Marks|2012|p=180}} yang sejak akhir abad ke-18 ditegakkan melalui Perkumpulan Penerbit Buku dan Cetakan.{{efn|{{nihongo3|"Picture Book and Print Publishers Guild"|地本問屋|Jihon Toiya}}{{sfn|Marks|2012|p=10}}}}{{sfn|Marks|2012|p=10}}{{sfn|Marks|2012|p=10}} Cetakan yang dicetakdiproduksi berulang kali menghasilkanmemberikan keuntungan besar, karenabagi penerbit dapat menggunakan kembalikarena balok kayu dapat digunakan kembali tanpa adanya biaya tambahan untuk seniman atau pemahat. Balok kayu ini bahkan sering diperdagangkan atau dijual ke penerbit lain atau pegadaian.{{sfn|Marks|2012|p=18}}{{sfn|Marks|2012|p=10}} Selain captanda seniman, penerbitcetakan biasanya juga menandaimencantumkan cetakancap denganpenerbit, capyang mereka—mulaibervariasi dari logo sederhana hingga desain yang lebih rumit, yang mencakupmencantumkan alamat atau informasi lainnyatambahan.{{sfn|Marks|2012|p=21}}
 
[[File:Tsutaya Jūzaburō seal.jpg|thumb|left|alt=A publisher's seal in the shape of a flower within a stylized mountain|Cap penerbit [[Tsutaya Jūzaburō]], yang menerbitkan karya [[Utamaro]] dan [[Sharaku]] pada tahun 1790-an]]
 
DesainerPara desainer cetak diharuskan menjalani masa magang sebelum diizinkan menghasilkanmembuat cetakankarya dengan nama mereka sendiri.{{sfn|Marks|2012|p=13}} Desainer muda diharapkanumumnya menanggung sebagian atau seluruh biaya pemahatan balok kayu. SeiringNamun, ketika ketenaran mereka meningkat, penerbit biasanya mulai menanggung biaya initersebut, dansehingga seniman dapat menuntut bayaran yang lebih tinggi.{{sfn|Marks|2012|pp=13–14}}
 
DiDalam budaya Jepang pra-modern, seseorang dapat memiliki beberapa nama sepanjang hidupnya. Nama seorang seniman ''ukiyo-e'' terdiri dari {{transl|ja|gasei}} (nama keluarga seni) diikutidan {{transl|ja|azana}} (nama seni pribadi). {{transl|ja|Gasei}} biasanya berasal dari sekolah seni tempat senimanmereka belajar, seperti Utagawa atau Torii,{{sfn|Marks|2012|p=22}} sedangkansementara {{transl|ja|azana}} sering mengadopsi karakter dari nama seni gurunyaguru mereka. Sebagai contoh, banyak murid Toyokuni ({{lang|ja|豊国}}) mengambilbanyak yang mengadopsi karakter {{nihongo||国|"kuni"}} daridalam namanyanama mereka, termasukseperti Kunisada ({{lang|ja|国貞}}) dan Kuniyoshi ({{lang|ja|国芳}}).{{sfn|Marks|2012|p=13}} PergantianPerubahan nama sepanjang karier senimanseringkali seringmenimbulkan kali membingungkankebingungan;{{sfn|Merritt|1990|pp=ix–x}} Hokusai, misalnya, Hokusai menggunakan lebih dari seratus nama sepanjangselama kariernya yang berlangsung 70 tahun.{{sfn|Link|Takahashi|1977|p=32}}
 
Cetakan ''ukiyo-e'' dipasarkan secaradiproduksi massal,{{sfn|Harris|2011|p=62}} dan pada pertengahan abad ke-19, sirkulasi cetakanperedarannya dapatbisa mencapai ribuan.{{sfn|Ōkubo|2008|pp=153–154}} Pengecer dan pedagang keliling menjual cetakan-cetakan ini dengan harga yang terjangkau bagi warga kota yang makmur.{{sfnm|1a1=Harris|1y=2011|1p=62|2a1=Meech-Pekarik|2y=1982|2p=93}} Dalam beberapa kasus, cetakan berfungsi''ukiyo-e'' bahkan digunakan sebagai media iklan untuk desain kimono karya seniman ukiyo-e.{{sfn|Harris|2011|p=62}} MulaiSejak paruh kedua abad ke-17, cetakan ukiyo-e sering kali dijual sebagaidalam bagian daribentuk seri,{{sfn|Marks|2012|p=21}} i, di mana setiap cetakan dicapdiberi dengantanda nama seri dan nomor urutan cetakan dalam seri tersebut.{{sfn|King|2010|pp=48–49}} Teknik pemasaran ini sangatberhasil sukses,menarik karenaminat kolektor, cenderungyang membeli cetakanmerasa baruterdorong untuk melengkapi seri mereka.{{sfn|Marks|2012|p=21}} PadaContoh abadterkenal ke-19,adalah seri sepertikarya Hiroshige's, ''Fifty-three Stations of the Tōkaidō'', karyayang Hiroshigeterdiri mencakupdari puluhan cetakan, dan sangat populer pada abad ke-19.{{sfn|King|2010|pp=48–49}}
{{Clear}}