Penyakit refluks laringofaring: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rudiwaka (bicara | kontrib)
k +{{Penyakit sistem pencernaan}}
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
 
Baris 23:
|image=Pharynx (PSF).png
|deaths=}}
'''Penyakit refluks larangofaring''' ('''RLF'''; {{Lang-en|Laryngpharinx reflux}}, LPR) adalah penyakit yang disebabkan aliran balik dari [[Lambung|cairan lambung]] menuju [[laring]], [[faring]], dan [[Sistem pernapasan|saluran pernapasan]] lainnya.<ref name="Ax in Children">{{cite journal|last1=Galluzzi|first1=F|last2=Schindler|first2=A|last3=Gaini|first3=RM|last4=Garavello|first4=W|date=October 2015|title=The assessment of children with suspected laryngopharyngeal reflux: An Otorhinolaringological perspective.|journal=International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology|volume=79|issue=10|pages=1613–9|doi=10.1016/j.ijporl.2015.07.037|pmid=26279249}}</ref> Cairan lambung yang masuk merupakan dampak dari kerusakan [[membran mukosa]] esofagus dan tampilan klinisnya sering didefinisikan sebagai kelanjutan dari [[Penyakit refluks gastroesofagus|refluks gastroesofagus]], walau ada perbedaan patofisiologi.<ref name="LPR and GERD">{{cite journal|last1=Johnston|first1=Nikki|last2=Dettmar|first2=Peter W.|last3=Strugala|first3=Vicki|last4=Allen|first4=Jacqui E.|last5=Chan|first5=Walter W.|date=October 2013|title=Laryngopharyngeal reflux and GERD|journal=Annals of the New York Academy of Sciences|volume=1300|issue=1|pages=71–79|bibcode=2013NYASA1300...71J|doi=10.1111/nyas.12237|pmid=24117635}}</ref>
 
Pada penderita RLF biasanya menunjukan gejala-gejala seperti batuk, suara serak, disfagia, sensasi globus, dan sakit tenggorok.<ref name="comorbidity">{{cite journal|last1=Cazzola|first1=M|last2=Segreti|first2=A|last3=Calzetta|first3=L|last4=Rogliani|first4=P|date=January 2013|title=Comorbidities of asthma: current knowledge and future research needs.|journal=Current Opinion in Pulmonary Medicine|volume=19|issue=1|pages=36–41|doi=10.1097/MCP.0b013e32835b113a|pmid=23114561|s2cid=20667404}}</ref><ref name="How to Approach Laryngopharyngeal Reflux: An Otolaryngology Perspective.">{{cite journal|last1=Dhillon|first1=VK|last2=Akst|first2=LM|date=August 2016|title=How to Approach Laryngopharyngeal Reflux: An Otolaryngology Perspective.|journal=Current Gastroenterology Reports|volume=18|issue=8|pages=44|doi=10.1007/s11894-016-0515-z|pmid=27417389|s2cid=7007929}}</ref> Pada kondisi lanjut dapat muncul tanda-tanda infeksi [[Rhinitis|hidung]], [[Sinusitis|sinus]], [[Otitis media|telinga]], dan [[Sesak napas|paru]].<ref name="comorbidity" /><ref name="How to Approach Laryngopharyngeal Reflux: An Otolaryngology Perspective." />
Baris 30:
 
== Tanda dan gejala ==
Penderita RLF biasanya akan mengeluhkan rasa tersangkut di tenggorok ([[sensasi globus]]), mendehem (''throat clearing''), [[batuk]], dan suara serak. Dapat diikuti keluhan lain seperti nyeri tenggorok, [[dahak]] tertumpuk di tenggorok, sesak napas, mulut berbau ([[halitosis]]), hingga sulit menelan ([[disfagia]]).<ref name=":1" /> Pada sekitar 25% kasus, gejala [[esofagus]] seperti rasa seperti terbakar di dada juga dapat ditemui.<ref name=":0" /><ref name=":4">{{Cite journal|last=Koufman|first=James A.|last2=Aviv|first2=Jonathan E.|last3=Casiano|first3=Roy R.|last4=Shaw|first4=Gary Y.|date=2002-07|title=Laryngopharyngeal Reflux: Position Statement of the Committee on Speech, Voice, and Swallowing Disorders of the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery|url=http://dx.doi.org/10.1067/mhn.2002.125760|journal=Otolaryngology–Head and Neck Surgery|volume=127|issue=1|pages=32–35|doi=10.1067/mhn.2002.125760|issn=0194-5998}}</ref> Keluhan lebih lanjut dapat menyebabkan keluhan pada hidung, sinus, dan paru.<ref name=":0" />
 
Keluhan rasa tersangkut di tenggorok serta mendehem kemungkinan disebabkan oleh dua teori. Teori pertama karena paparan langsung asam [[pepsin]] dari [[lambung]] hingga menimbulkan kerusakan jaringan laring dan sekitarnya. Kerusakan jaringan menyebabkan [[silia]] pada mukosa laring rusak, sehingga menyebabkan lendir menumpuk. Teori kedua karena paparan isi lambung pada bagian bawah esofagus sehingga menimbulkan [[refleks vagal]]. Refleks tersebut menyebabkan penyempitan [[bronkus]] dan menimbulkan efek mendehem dan [[batuk]].<ref>{{Cite book|last=Iannuzzi|first=Ralph A.|date=2020|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-3-030-48890-1_12|title=Laryngopharyngeal and Gastroesophageal Reflux|location=Cham|publisher=Springer International Publishing|isbn=978-3-030-48889-5|pages=109–118}}</ref>
Baris 50:
 
== Penatalaksanaan ==
Penatalaksanaan RLF meliputi kombinasi [[Diet (nutrisi)|diet]], modifikasi perilaku, obat, dan tindakan [[Bedah mulut dan maksilofasial|bedah]].<ref name=":3" /> Penderita RLF dianjutkan untuk mengurangi porsi makan dan membiasakan makan terakhir 2-4 jam sebelum berbaring. Penderita juga diminta untuk menghindari makanan-makanan yang dapat menurunkan tonus otos sfingter esofagus, seperti makanan bersoda, mengantung [[Kafeina|kafein]], soda, alkohol, mint, coklat, buah-buahan asam, cuka, dan rokok.<ref name=":0" /> Penderita juga diminta meninggikan bantal saat berbaring dan mengurangi stres.<ref name=":4" />
 
Penatalaksanaan RLF dengan obat paling utama dengan menggunakan [[penghambat pompa proton]] (PPI), sama seperti terapi obat pada [[Penyakit refluks gastroesofagus|refluks gastroesofagus]] (GERD). Hal membedakan adalah dosis dan durasi terapi. Pada RLF, dosisnya dua kali lipat dari dosis GERD dengan durasi terapi tiga hingga enam bulan. Derivat PPI yang dipergunakan antara lain [[omeprazol]], [[lansoprazol]], dan [[pantoprazol]]. PPI dapat dikombinasikan dengan zat proteksi mukosa seperti [[sukralfat]].<ref name=":1" /><ref>{{Cite journal|last=Lam|first=Paul|last2=Wei|first2=William Ignace|last3=Hui|first3=Yau|last4=Ho|first4=Wai-kuen|date=2006-05|title=Prevalence of pH-documented laryngopharyngeal reflux in Chinese patients with clinically suspected reflux laryngitis|url=http://dx.doi.org/10.1016/j.amjoto.2005.09.012|journal=American Journal of Otolaryngology|volume=27|issue=3|pages=186–189|doi=10.1016/j.amjoto.2005.09.012|issn=0196-0709}}</ref>