Lubuk Benteng, Bathin III, Bungo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariefcomputer (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Ariefcomputer (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 232:
'''Adat bersendi syarak  syarak Bersendi kitabbullah, alam tebentang jadikan guru'''
 
Sebelum Islam masuk, orangmanusia memanfa’atkanmemanfaatkan alam menjadikanuntuk dijadikan sebagai sumber hukum dalam mengatur hidupkehidupan dan kehidupannya. Mereka mendapat panduanbimbingan dalam hidupnya dalam menjalanimenjalankan kegiatanaktivitas sehari-hari, bergaulbersosialisasi dan bermasyarakatbersosialisasi, mereka mengikuti hukum-hukum alam sekelilingnyadisekitarnya dalam menatamengatur kehidupannya.
 
Hukum alam adalah hukum yang nyata, tidak dapat dibantahterbantahkan, sakral, nyata dan tidak berubah, hukum-hukum itu dinyatakandituangkan dengandalam bentuk selukoperibahasa,  pepatahucapan dan kinisekarang dengan peribahasa kuno maupundan peribahasa baru. Seluko dalam​​dalam pantun, selukoSeluko dalam​​dalam gurindam dan selukoSeluko dalam​​dalam sya’irpuisi, dalam selukoSeluko itulah​​merupakan ayat-ayat hukum alam. Itulah yang disebutdikatakan dalam falsafahnya filsafatnya: ''”Alam tebentang jadikan guru“ (''Alam terungkap sebagai guru) dalam hukum adat.
 
Setelah masuknya Islam, agama yang diridhoidiridhai Allah untukbagi umat manusia, yang diturunkan melalui RasulnyaRasul-Nya, Nabi Muhammad SAW, dengan KitabNYaKitabnya Al Qur’anulkarim. Alam dijadiakandisediakan oleh Allah SWT, hukum-hukum alam sebagai sumber hukum adat itu adalahmerupakan ciptaan Allah SWT, makanyaoleh hukumkarena adatitu tidak ada hukum adat yang bertentangan dengan Hukum-hukum Allah. Bacalah apa yang kesemuanya ada disekeliklingdi sekitar kita, jika tidak terbacabisa membacanya maka lihatlah dalamdi kitabnyakitab Al Qur’anQur'an yang diterangkandijelaskan  melalui AlHadits HadisNabi Nabi.Muhammad  SAW..
 
SetelahPasca Perang Padri, pertentangan kaumkonflik adat dengandan syarak yang diadu dombadipertentangkan oleh bangsa Belanda pada abad XIX di Minang Kabau diakhiriberakhir dengan kesepakatan kaumantara adat dan kaum syarak  yang dikenal dengan Piagam Bukit Marapalam. Yang isiIsi Piagam Tersebuttersebut adalah : ''“Adat bapaneh, syarak balindung, Syaraksyarak mangato, adat mamakai “''mamakai” Artinya adat bapaneh ialahadalah adat bagaikanistiadat seperti tubuhjasad, syarak balindung artinya sebagai tubuh bathinraga/jiwa batin, artinya badanraga dan jiwaruh tidak berceraiterpisahkan, syarak mangato artinya syarak memberikanmemberi hukum-hukum dan syari’atsyariat, adat mamakai artinya adat mengamalkan apa-apaapapun yang difatwakandi fatwakan oleh syarak.
 
Kesimpulan Piagam tersebut lazim disebut "''Adat jo Syarak sanda manyanda"'', kemudian lebih lazim lagi disebut orang ''"'''Adat besendi Syarak, Syarak besendi Kitabullah"'''''<nowiki/>'''. ''"'''''<nowiki/>''Panakik pisau siraut, panungkek batang simantung, siludang ambik keniru. Satitik jadikan laut, sekepal jadikan gunung, '''Alam tebentang jadikan guru'''''<nowiki/>'''".'''
 
=== [[Bahasa]] ===