Syech Jangkung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Raden Salman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Raden Salman (bicara | kontrib)
Perbaikan Deskripsi dan Penataan Bidang
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 14:
*Panembahan Tandhoh Ing Landhoh Miyana|birth_place=[[Kesultanan Demak]]}}
 
'''Raden Syarifuddin''' atau sering disebut '''Syekh Jangkung''' adalah putra [[Sunan Muria]] dengan Dewi Sujinah, beliau dikenal sebagai ulama berkharisma dan ahli Tasawuf sekaligus murid dan cucu [[Sunan Kalijaga]].
'''Saridin''' atau sering disebut '''Syeh Jangkung''' adalah salah satu penyebar agama Islam di Indonesia yang terkenal di [[Karesidenan Pati]]. Selain terkenal di [[Kabupaten Pati|Pati]], Jawa Tengah, ''Saridin'' atau ''Syech Jangkung'' ternyata juga diakui sebagai leluhur atau nenek moyang warga Dusun Dukuh yang terletak di Desa Glagah Kecamatan Glagah Kabupaten [[Kabupaten Banyuwangi|Banyuwangi]], [[Jawa Timur]] dan Desa Lendah di Kulonprogo,DIY Serta di sejarah keturunan anak cucu syech jangkung yang [[Inlands Bestuur|pangreh praja]] antara tahun 1700 masehi s/d 1900 masehi di [[Karesidenan Pati]] menikah dengan [[Kesultanan Cirebon|trah Tubagus]] Panembahan Ratu I Sultan Zainul Arifin (cicit [[Sunan Gunung Jati]]) Kesultanan Cirebon, trah Mataram,trah pangeran Kudus(Sarengat), trah citrasoma,trah condronegara bupati pati dan keturunan Syech Jangkung yaitu Putra Tertua Syekh Jangkung Raden Bagus Momok Landoh adalah anak Syekh Jangkung dan Nyai Ageng Sarini (Putri dari Pakeringan/kawisguwo/trah sunan giri) Makam sebelahnya Nyai Ageng Sombro / Nyai Ageng Miyana (Nyai Ageng Branjung) di Komplek Makam Kyai Ageng Raden Miyana /Kyai Ageng Raden Dharmoyono Surgi(Trah Sunan Giri) Makam Jati Kembar Landoh Kayen Kab.Pati., serta ada Dr.[[Moewardi]] adalah [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan Nasional Kemerdekaan Indonesia]] yang gugur sebagai [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan Kusuma bangsa]] yang masih keturunan langsung dari '''Syech Jangkung''', [[Sunan Muria]] dan [[Sunan Kalijaga]] dari Raden Moekmin/Raden Tirtakusuma (Pangeran Tengah) putra syech jangkung dan Raden Ayu Pandanarum putri [[Kesultanan Cirebon]] Panembahan Ratu I Sultan Zainul Arifin garis silsilah ayah Dr.[[Moewardi]] Yaitu [[Kesultanan Cirebon|Mas Sastrowardojo/Raden Soemito Sastrowardojo]].Syech Jangkung dan [[Gelar kebangsawanan Jawa|Raden Ayu Retno Jinoli]] Putri [[Kesultanan Mataram|Sultan Mataram]] ke 2 Sultan [[Anyakrawati]] Raden Mas djolang dan Ratu Tulung Ayu, Syekh Jangkung dan istri Raden Ayu Retnodiluwih putri dari [[Kesultanan Palembang]] memiliki anak Raden ayu Dyah Sunti, Syekh Jangkung dan istri Nyai Ageng Bakirah (putri Ki Ageng Prayaguna) gebanganom Semawis Demak memiliki anak Raden Kulup (Pangeran Dagan ariningong), serta istri dari putri khatib tuban / Ki Ageng Miguruh, <ref>https://www.patinews.com/mengungkap-sosok-saridin-syeh-jangkung/amp/</ref>
 
Selain terkenal di [[Kabupaten Pati|Pati]], Jawa Tengah, ''Saridin'' atau ''Syech Jangkung'' ternyata juga diakui sebagai leluhur warga Dusun Dukuh yang terletak di Desa Glagah Kecamatan Glagah Kabupaten [[Kabupaten Banyuwangi|Banyuwangi]], [[Jawa Timur]] dan Desa Lendah di Kulonprogo, DIY.
==Profil==
'''[[Saridin]]''' tokoh spiritual Panembahan Tandhoh Landhoh yang dulu mendiami Kabupaten Pati di zaman era bupatinya [[Ki Panjawi]] dan anaknya [[Ki Panjawi]] yaitu Adipati Wasis Jayakusuma [[Adipati Pragola]] yang ke I Wasis Joyo Kusumo yang bergelar Adipati Pragola I/Adipati Pathi Seda Ing Biting Taji Makam Gunung Pati Kota Semarang Berputra Adipati Pragola II/Adipati Pathi Seda Kadhaton Makam Sendang Sani Kab.Pati , di zaman itu ada satu tokoh yang turut andil menyebarkan agama Islam bagi masyarakat setempat. Dia adalah Syech Jangkung putra dari '''[[Sunan Muria]]''' dan Dewi Sujinah Putri [[Sunan Ngudung]], beliau dikenal warga sebagai ulama berkharisma dan ahli Tasawuf sekaligus murid dan cucu [[Sunan Kalijaga]].
 
Serta tercatat dalam sejarah keturunan syech jangkung yang [[Inlands Bestuur|pangreh praja]] antara tahun 1700 masehi s/d 1900 masehi di [[Karesidenan Pati]] menikah dengan trah Panembahan Ratu I Cirebon, trah Mataram, trah Pangeran Kudus (Sarengat), trah Citrasoma, trah Condronegara.
Konon, Syech Jangkung diutus [[Sunan Kalijaga]] menyiarkan Islam pertama kali di sebuah desa bernama Desa Miyono.
 
Masa hidup Saridin Syech Jangkung yang Lahir di tahun 1540 an masehi untuk mengasah kewaskitaan dan ilmunya waktu dari anak - anak hingga dewasa, melalui pengetahuan agama bersantri bersama [[sunan Kudus]] (hingga sunan Kudus Wafat di tahun 1550 an masehi) hingga selesai santri di zaman Panembahan Kudus(Kali/Poncowati). Saridin juga mendapatkan ilmu agama islam oleh [[Sunan Muria]] ayah saridin (hingga sunan Muria Wafat di tahun 1560 an masehi) dan memperdalam ilmu dan kewaskitaan bersama sang kakek [[Sunan Kalijaga]](hingga tahun 1570 an masehi "bukti otentik" yaitu [[Sunan Kalijaga]] mengalami periode waktu di tahun saat [[Panembahan Senopati|Danang Sutawijaya]] mendirikan awal [[Kesultanan Mataram]] di tahun 1586 masehi sebagai pengganti [[Kesultanan Pajang]] untuk memerintah di [[Jawa|Tanah Jawa]]) serta menurut [[Babad Tanah Jawi]] versi Meisma, dinyatakan [[Sunan Kalijaga]] pernah datang ke tempat kediaman [[Panembahan Senopati]] di [[Kesultanan Mataram|Mataram]] memberikan saran bagaimana cara membangun kota. Dengan demikian, [[Sunan Kalijaga]] diperkirakan hidupnya lebih dari 130 tahun lamanya yakni sejak pertengahan abad ke-1455 masehi sampai dengan akhir abad 1590 masehi. Hal ini dapat dihubungkan dengan gelar kepala Perdikan Kadilangu semula [[Sunan Kalijaga]] dilanjutkan oleh anaknya yaitu Sunan Hadi di tahun 1590 an masehi, tetapi gelar [[Susuhunan|"Sunan Hadi"]] di gunakan pada [[Anyakrawati|Mas Jolang]] di [[Kesultanan Mataram|Mataram]] dengan gelar [[Anyakrawati|"Sunan Hadi Prabu Hanyokrowati"]] di tahun 1601 masehi s/d 1613 masehi), dan gelar kepala Perdikan Kadilangu sebelumnya [[Susuhunan|"Sunan Hadi"]] itu diganti dengan sebutan "Panembahan Hadi". Dengan demikian, [[Sunan Kalijaga]] sudah diganti putranya sebagai Kepala Perdikan Kadilangu sebelum zaman [[Anyakrawati|Mas Jolang]] yaitu sejak berdirinya [[Kesultanan Mataram]] Pemerintahan [[Panembahan Senopati|Danang Sutawijaya]] (1590 masehi).
== Riwayat ==
'''[[Saridin]]''' tokoh spiritual Panembahan Tandhoh Landhoh yang dulu mendiami Kabupaten Pati di zaman era bupatinya [[Ki Panjawi]] dan anaknya [[Ki Panjawi]] yaitu Adipati Wasis Jayakusuma [[Adipati Pragola]] yang ke I.
 
Wasis Joyo Kusumo yang bergelar Adipati Pragola I/Adipati Pathi Seda Ing Biting Taji Makam Gunung Pati Kota Semarang Berputra Adipati Pragola II/Adipati Pathi Seda Kadhaton Makam Sendang Sani Kab. Pati.
 
Konon, Syech Jangkung diutus [[Sunan Kalijaga]] menyiarkan Islam pertama kali di sebuah desa bernama Desa Miyono. Masa hidup Saridin Syech Jangkung yang Lahir di tahun 1540 an masehi untuk mengasah kewaskitaan dan ilmunya waktu dari anak - anak hingga dewasa, melalui pengetahuan agama bersantri bersama [[sunan Kudus]] (hingga sunan Kudus Wafat di tahun 1550 an masehi) hingga selesai santri di zaman Panembahan Kudus(Kali/Poncowati). Saridin juga mendapatkan ilmu agama islam oleh [[Sunan Muria]] ayah saridin (hingga sunan Muria Wafat di tahun 1560 an masehi) dan memperdalam ilmu dan kewaskitaan bersama sang kakek [[Sunan Kalijaga]](hingga tahun 1570 an masehi "bukti otentik" yaitu [[Sunan Kalijaga]] mengalami periode waktu di tahun saat [[Panembahan Senopati|Danang Sutawijaya]] mendirikan awal [[Kesultanan Mataram]] di tahun 1586 masehi sebagai pengganti [[Kesultanan Pajang]] untuk memerintah di [[Jawa|Tanah Jawa]]) serta menurut [[Babad Tanah Jawi]] versi Meisma, dinyatakan [[Sunan Kalijaga]] pernah datang ke tempat kediaman [[Panembahan Senopati]] di [[Kesultanan Mataram|Mataram]] memberikan saran bagaimana cara membangun kota. Dengan demikian, [[Sunan Kalijaga]] diperkirakan hidupnya lebih dari 130 tahun lamanya yakni sejak pertengahan abad ke-1455 masehi sampai dengan akhir abad 1590 masehi. Hal ini dapat dihubungkan dengan gelar kepala Perdikan Kadilangu semula [[Sunan Kalijaga]] dilanjutkan oleh anaknya yaitu Sunan Hadi di tahun 1590 an masehi, tetapi gelar [[Susuhunan|"Sunan Hadi"]] di gunakan pada [[Anyakrawati|Mas Jolang]] di [[Kesultanan Mataram|Mataram]] dengan gelar [[Anyakrawati|"Sunan Hadi Prabu Hanyokrowati"]] di tahun 1601 masehi s/d 1613 masehi), dan gelar kepala Perdikan Kadilangu sebelumnya [[Susuhunan|"Sunan Hadi"]] itu diganti dengan sebutan "Panembahan Hadi". Dengan demikian, [[Sunan Kalijaga]] sudah diganti putranya sebagai Kepala Perdikan Kadilangu sebelum zaman [[Anyakrawati|Mas Jolang]] yaitu sejak berdirinya [[Kesultanan Mataram]] Pemerintahan [[Panembahan Senopati|Danang Sutawijaya]] (1590 masehi).
dan Pernikahan Syekh Jangkung Saridin dengan [[Gelar kebangsawanan Jawa|Raden Ayu Retno Jinoli]] di Tahun 1595 an masehi Putri [[Kesultanan Mataram|Sultan Mataram]] ke 2 Sultan [[Anyakrawati]] Raden Mas djolang dan Ratu Tulung Ayu.(pada tahun 1595 masehi Raden Mas djolang masih menjabat sebagai Adipati Anom/Putra Mahkota).
 
Baris 30 ⟶ 35:
Syeh Jangkung (Saridin) wafat tahun 1563 Tahun Saka Jawa tepatnya tanggal 15 Rajab atau Hari Minggu Pahing tanggal 20 Oktober 1641 masehi berselang waktu 4 tahun kemudian adik ipar Syekh Jangkung yaitu [[Sultan Agung Hanyokrokusumo]] Wafat di tahun 1645 Masehi.
 
==Gelar danGelar Silsilah==
Asal Usul Nama Syeh Jangkung<ref>https://surau.co/syeh-jangkung/</ref> ialah untuk memudahkan dalam berucap kata Syarifuddin dalam logat jawa memang agak kesulitan, sehingga kata Syarifuddin berubah menjadi “Saridin”. Gelar “Syeh” bagi Saridin, beliau mendapatkannya dari negara Ngerum (Andalusia, saat itu sebagai pusat perawi Hadits dan pusat kerajaan Islam terbesar didunia). Adapun gelar “Syeh Jangkung” beliau dapat dari gurunya dan juga kakeknya yaitu Raden Syahid [[Sunan Kalijaga]]. Karena Saridin ini selalu dijangkung oleh gurunya. Makna kata di jangkung menurut bahasa Indonesia dilindungi, diayomi, dipelihara, dididik, dan selalu dalam naungannya.
 
== Keluarga ==
Silsilah Syekh Syarifuddin ( Sunan Landoh ) menurut Naskah Pustoko Darah Agung adalah sebagai berikut :
=== Silsilah ===
Silsilah Syekh Syarifuddin ( SunanSyekh LandohJangkung ) menurut Naskah Pustoko Darah Agung adalah sebagai berikut :
#[[Abdul Muthalib]] (Adipati Mekah)
#Sayyid [[Abbas bin Abdul-Muththalib]]
Baris 59 ⟶ 66:
#Syekh Mas Said ( [[Sunan Kalijaga]] )
#Syekh Umar Said ( [[Sunan Muria]] )
#Syekh Syarifuddin ( SunanSyekh LandohJangkung ).
 
Silsilah Gusti Raden Ayu Retno Jinoli menurut Naskah Pustoko Darah Agung Rangkainya sebagai berikut (1)[[Kertabhumi|Prabu Brawijaya/Bhre Kerthabumi]] (2)[[Bondan Kejawan|Raden Bondan Kejawan]] (3)[[Ki Getas Pandawa]] (4)[[Ki Ageng Sela|Raden Bagus Songgom/Ki Ageng Sela]] (5)[[Ki Ageng Enis|Raden Bagus Enis/Ki Ageng Enis]] (6)[[Ki Ageng Pamanahan|Raden Bagus Kacung/Ki Ageng Pamanahan]] (7)[[Panembahan Senopati|Raden Bagus "Srubut" Dananjaya/ Danang Sutawijaya (Panembahan Senopati)]] (8)[[Anyakrawati|Raden Mas Djolang]] (9)Gusti Raden Ayu Retno Jinoli.
Silsilah Syekh Syarifuddin ( Sunan Landoh ) dari jalur Ibu Sayyidah Dewi Sujinah adalah sebagai berikut :
#Nabi [[Muhammad]] SAW
#Sayyidah [[Fatimah az-Zahra]]
#Al Imam [[Husain bin Ali]]
#Al Imam [[Ali bin Husain|Ali Zainal Abidin]]
#Al Imam [[Muhammad al-Baqir]]
#Al Imam [[Ja'far ash-Shadiq]]
#Al Imam [[Ali al-Uraidhi]]
#Al Imam [[Muhammad an-Naqib]]
#Al Imam [[Isa ar-Rumi]]
#Al Imam [[Ahmad al-Muhajir]]
#As Sayyid Abdullah /[[Ubaidillah bin Ahmad]]
#As sayyid Alawi bin Abdullah/[[Alawi bin Ubaidillah]]
#As Sayyid Muhammad Shahibus Shaumah
#As Sayyid Alawi Ats Tsani
#As Sayyid [[Ali Khali' Qasam]]
#As Sayyid [[Muhammad Shahib Mirbath]]
#As Sayyid Alawi Ammil Faqih
#As Sayyid [[Abdul Malik bin Alwi]] [[Azmatkhan]]
#As Sayyid Amir Khan Abdullah
#As Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin
#As Sayyid [[Jamaluddin Akbar al-Husaini]]
#As Sayyid Maulana Ibrahim Zainuddin As-Samarqandy (Gesikharjo, Tuban)
#As Sayyid Ali Murthada ( [[Raden Santri Gresik]] )
#As Sayyid Utsman Haji ( [[Sunan Ngudung]] )
#Sayyidah Dewi Sujinah ( Komplek Makam Keluarga [[Sunan Kudus]], di menara kudus )
#Syekh Syarifuddin ( Sunan Landoh ).
 
dari jalur KI Panjawi sebagai berikut Silsilah Gusti Raden Ayu Retno Jinoli (1)[[Sunan Kalijaga]] (2)[[Nyai Ageng Ngerang|Raden Ayu Panengah / Nyai Ageng Ngerang III]] (3)[[Ki Panjawi|Ki Panjawi Bupati Pati]] (4)Ratu Mas Waskita Jawi (5)[[Anyakrawati|Raden Mas Djolang]] (6)Gusti Raden Ayu Retno Jinoli.
==Kemampuan==
Saridin waktu kecilnya saat masih anak - anak menjadi santri di perguruan [[Sunan Kudus]] Kemampuannya di atas para santri yang merasa diri senior. tetapi juga [[Sunan Kudus]] merupakan paman Saridin dari (ibu "Sidin" panggilan kesayangan ibu syeh jangkung) dewi sujinah adalah adik [[Sunan Kudus]]. Sebagai murid baru dalam bidang agama, orang Miyono itu lebih pintar ketimbang para santri lain.
 
Belum lagi soal kemampuan dalam ilmu kasepuhan. Hal itu membuat dia harus menghadapi persoalan tersendiri di perguruan tersebut. Dan itulah dia tunjukkan ketika beradu argumentasi dengan sang guru soal air dan ikan.
 
Untuk menguji kewaskitaan Saridin, [[Sunan Kudus]] bertanya, “Apakah setiap air pasti ada ikannya?” Saridin dengan ringan menjawab, “Ada, Kanjeng [[Sunan Kudus]].”
 
Mendengar jawaban itu, sang guru memerintah seorang murid memetik buah kelapa dari pohon di halaman. Buah kelapa itu dipecah. Ternyata kebenaran jawaban Saridin terbukti. Dalam buah kelapa itu memang ada sejumlah ikan. Karena itulah [[Sunan Kudus]] atau Djafar Sodiq sebagai guru tersenyum simpul.
Akan tetapi santri murid-murid lain yang iri dan tidak suka hal tersebut menganggap Saridin lancang dan pamer kepintaran. Karena itu lain hari, ketika bertugas mengisi bak mandi dan tempat wudu, para santri mengerjai dia. Para santri mempergunakan semua ember untuk mengambil air.
 
Saridin tidak enak hati. Karena ketika para santri yang mendapat giliran mengisi bak air, termasuk dia, sibuk bertugas, dia menganggur karena tak kebagian ember. Dia meminjam ember kepada seorang santri.
 
Namun apa jawab santri itu? ”Kalau mau bekerja, itu kan ada keranjang.” Dasar Saridin. Keranjang itu dia ambil untuk mengangkut air. Dalam waktu sekejap bak mandi dan tempat wudu itu penuh air. Santri lain pun hanya bengong.
 
==Kerbau Landoh==
Setelah diresmikan oleh [[Sultan Agung Hanyokrokusumo]] dan dengan disaksikan oleh para bupati dan abdi dalem Mataram, namany aberubah menjadi "Panembahan Landoh". Syekh Jangkung Saridin membuka perguruan dengan nama "Panembahan Landoh ""Sigit Kalimosodo" di Miyono dan memiliki 25 Desa di (Distrik Landoh-Tayu) daerah pati yang dalam waktu relatif singkat tersebar luas sampai di Kudus dan sekitarnya. Kendati demikian, Saridin bersama anak lelakinya,[[Gelar kebangsawanan Jawa|Raden Bagus Momok Landoh/Raden Saretno]], [[Gelar kebangsawanan Jawa|Raden Kulup (Pangeran Dagan)]], [[Gelar kebangsawanan Jawa|Raden Tirtokusumo(pangeran Tengah)]] beserta murid-muridnya, tetap bercocok tanam.
 
=== Daftar Putra-Putri ===
Di Dalam Serat [[https://www.sastra.org/kisah-cerita-dan-kronikal/riwayat-dan-perjalanan/946-seh-jangkung-sumaatmaka-1931-1816-pupuh-13-26|Serat Seh Jangkung Babad Landoh]], Seh Jangkung Panembahan Landhoh Memiliki 4 anak di antaranya;
 
Baris 116 ⟶ 83:
(4.) Pangeran Landoh/Pangeran Dagan/Raden Kulub/Raden Bagus Momok Kulub Hasan Haji (Bani Raden Kulub Hasan Haji adalah anak Syekh Jangkung dan Nyai Ageng Bakirah binti Ki Ageng Prayaguna (Bakul Legen), Pangeran Dagan/Raden Kulub Menikah dengan Raden Ayu Putri Prajakusuma Memiliki Anak Raden Ishak/Pangeran Landoh Natakusuma/Pangeran Natakusuma Menikah dengan Raden Ayu Rara Sulbiyah Berputra Kyai Ageng Raden Sadad/ Kyai Ageng Masad (Raden Kidang Sembrana Landoh).
 
'''Saridin''' atau sering disebut '''Syeh Jangkung''' adalah salah satu penyebar agama Islam di Indonesia yang terkenal di [[Karesidenan Pati]]. Selain terkenal di [[Kabupaten Pati|Pati]], Jawa Tengah, ''Saridin'' atau ''Syech Jangkung'' ternyata juga diakui sebagai leluhur atau nenek moyang warga Dusun Dukuh yang terletak di Desa Glagah Kecamatan Glagah Kabupaten [[Kabupaten Banyuwangi|Banyuwangi]], [[Jawa Timur]] dan Desa Lendah di Kulonprogo,DIY Serta di sejarah keturunan anak cucu syech jangkung yang [[Inlands Bestuur|pangreh praja]] antara tahun 1700 masehi s/d 1900 masehi di [[Karesidenan Pati]] menikah dengan [[Kesultanan Cirebon|trah Tubagus]] Panembahan Ratu I Sultan Zainul Arifin (cicit [[Sunan Gunung Jati]]) Kesultanan Cirebon, trah Mataram,trah pangeran Kudus(Sarengat), trah citrasoma,trah condronegara bupati pati dan keturunan Syech Jangkung yaitu Putra Tertua Syekh Jangkung Raden Bagus Momok Landoh adalah anak Syekh Jangkung dan Nyai Ageng Sarini (Putri dari Pakeringan/kawisguwo/trah sunan giri) Makam sebelahnya Nyai Ageng Sombro / Nyai Ageng Miyana (Nyai Ageng Branjung) di Komplek Makam Kyai Ageng Raden Miyana /Kyai Ageng Raden Dharmoyono Surgi(Trah Sunan Giri) Makam Jati Kembar Landoh Kayen Kab.Pati., serta ada Dr.[[Moewardi]] adalah [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan Nasional Kemerdekaan Indonesia]] yang gugur sebagai [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan Kusuma bangsa]] yang masih keturunan langsung dari '''Syech Jangkung''', [[Sunan Muria]] dan [[Sunan Kalijaga]] dari Raden Moekmin/Raden Tirtakusuma (Pangeran Tengah) putra syech jangkung dan Raden Ayu Pandanarum putri [[Kesultanan Cirebon]] Panembahan Ratu I Sultan Zainul Arifin garis silsilah ayah Dr.[[Moewardi]] Yaitu [[Kesultanan Cirebon|Mas Sastrowardojo/Raden Soemito Sastrowardojo]].Syech Jangkung dan [[Gelar kebangsawanan Jawa|Raden Ayu Retno Jinoli]] Putri [[Kesultanan Mataram|Sultan Mataram]] ke 2 Sultan [[Anyakrawati]] Raden Mas djolang dan Ratu Tulung Ayu, Syekh Jangkung dan istri Raden Ayu Retnodiluwih putri dari [[Kesultanan Palembang]] memiliki anak Raden ayu Dyah Sunti, Syekh Jangkung dan istri Nyai Ageng Bakirah (putri Ki Ageng Prayaguna) gebanganom Semawis Demak memiliki anak Raden Kulup (Pangeran Dagan ariningong), serta istri dari putri khatib tuban / Ki Ageng Miguruh, <ref>https://www.patinews.com/mengungkap-sosok-saridin-syeh-jangkung/amp/</ref>
Silsilah Gusti Raden Ayu Retno Jinoli menurut Naskah Pustoko Darah Agung Rangkainya sebagai berikut (1)[[Kertabhumi|Prabu Brawijaya/Bhre Kerthabumi]] (2)[[Bondan Kejawan|Raden Bondan Kejawan]] (3)[[Ki Getas Pandawa]] (4)[[Ki Ageng Sela|Raden Bagus Songgom/Ki Ageng Sela]] (5)[[Ki Ageng Enis|Raden Bagus Enis/Ki Ageng Enis]] (6)[[Ki Ageng Pamanahan|Raden Bagus Kacung/Ki Ageng Pamanahan]] (7)[[Panembahan Senopati|Raden Bagus "Srubut" Dananjaya/ Danang Sutawijaya (Panembahan Senopati)]] (8)[[Anyakrawati|Raden Mas Djolang]] (9)Gusti Raden Ayu Retno Jinoli.
 
== Kemampuan ==
dari jalur KI Panjawi sebagai berikut Silsilah Gusti Raden Ayu Retno Jinoli (1)[[Sunan Kalijaga]] (2)[[Nyai Ageng Ngerang|Raden Ayu Panengah / Nyai Ageng Ngerang III]] (3)[[Ki Panjawi|Ki Panjawi Bupati Pati]] (4)Ratu Mas Waskita Jawi (5)[[Anyakrawati|Raden Mas Djolang]] (6)Gusti Raden Ayu Retno Jinoli.
Saridin waktu kecilnya saat masih anak - anak menjadi santri di perguruan [[Sunan Kudus]] Kemampuannya di atas para santri yang merasa diri senior. tetapi juga [[Sunan Kudus]] merupakan paman Saridin dari (ibu "Sidin" panggilan kesayangan ibu syeh jangkung) dewi sujinah adalah adik [[Sunan Kudus]]. Sebagai murid baru dalam bidang agama, orang Miyono itu lebih pintar ketimbang para santri lain.
 
Belum lagi soal kemampuan dalam ilmu kasepuhan. Hal itu membuat dia harus menghadapi persoalan tersendiri di perguruan tersebut. Dan itulah dia tunjukkan ketika beradu argumentasi dengan sang guru soal air dan ikan.
 
Untuk menguji kewaskitaan Saridin, [[Sunan Kudus]] bertanya, “Apakah setiap air pasti ada ikannya?” Saridin dengan ringan menjawab, “Ada, Kanjeng [[Sunan Kudus]].”
 
Mendengar jawaban itu, sang guru memerintah seorang murid memetik buah kelapa dari pohon di halaman. Buah kelapa itu dipecah. Ternyata kebenaran jawaban Saridin terbukti. Dalam buah kelapa itu memang ada sejumlah ikan. Karena itulah [[Sunan Kudus]] atau Djafar Sodiq sebagai guru tersenyum simpul.
Akan tetapi santri murid-murid lain yang iri dan tidak suka hal tersebut menganggap Saridin lancang dan pamer kepintaran. Karena itu lain hari, ketika bertugas mengisi bak mandi dan tempat wudu, para santri mengerjai dia. Para santri mempergunakan semua ember untuk mengambil air.
 
Saridin tidak enak hati. Karena ketika para santri yang mendapat giliran mengisi bak air, termasuk dia, sibuk bertugas, dia menganggur karena tak kebagian ember. Dia meminjam ember kepada seorang santri.
 
Namun apa jawab santri itu? ”Kalau mau bekerja, itu kan ada keranjang.” Dasar Saridin. Keranjang itu dia ambil untuk mengangkut air. Dalam waktu sekejap bak mandi dan tempat wudu itu penuh air. Santri lain pun hanya bengong.
 
== Kerbau Landoh ==
Setelah diresmikan oleh [[Sultan Agung Hanyokrokusumo]] dan dengan disaksikan oleh para bupati dan abdi dalem Mataram, namany aberubaha berubah menjadi "Panembahan Landoh". Syekh Jangkung Saridin membuka perguruan dengan nama "Panembahan Landoh ""Sigit Kalimosodo" di Miyono dan memiliki 25 Desa di (Distrik Landoh-Tayu) daerah pati yang dalam waktu relatif singkat tersebar luas sampai di Kudus dan sekitarnya. Kendati demikian, Saridin bersama anak lelakinya,[[Gelar kebangsawanan Jawa|Raden Bagus Momok Landoh/Raden Saretno]], [[Gelar kebangsawanan Jawa|Raden Kulup (Pangeran Dagan)]], [[Gelar kebangsawanan Jawa|Raden Tirtokusumo(pangeran Tengah)]] beserta murid-muridnya, tetap bercocok tanam.
 
Sebagai tenaga bantu untuk membajak sawah,[[Gelar kebangsawanan Jawa|Raden Bagus Momok Landoh/Raden Saretno]] minta dibelikan seekor kerbau milik seorang warga Dukuh Landoh. Meski kerbau itu boleh dibilang tidak lagi muda umurnya, tenaganya sangat diperlukan sehingga hampir tak pernah berhenti dipekerjakan di sawah.
Baris 128 ⟶ 110:
Dalam peristiwa tersebut, masalah bangkit dan tegarnya kembali kerbau Landoh yang sudah mati itu konon karena Saridin telah memberikan sebagian umurnya kepada binatang tersebut. Dengan demikian, bila suatu saat Saridin yang bergelar Syeh Jangkung meninggal, kerbau itu juga mati.
 
Hingga usia Saridin uzur, kerbau itu masih tetap kuat untuk membajak di sawah.
Hingga usia Saridin uzur, kerbau itu masih tetap kuat untuk membajak di sawah. Ketika Syeh Jangkung dipanggil menghadap Yang Kuasa pada tanggal 14 - 15 Rojab 1563 Tahun Saka Jawa / 19 - 20 Oktober 1641 masehi yang hingga kini masyarakat di sekitar makam syekh jangkung di landoh Kayen, pati memperingati haul syekh jangkung di tanggal 14 - 15 rojab, dan di makam syekh jangkung juga terdapat makam istri Syekh Jangkung yaitu Nyai Ageng Bakirah Ibunda Raden Kulub (Pangeran Dagan Ariningong)(Putri Ki Prayoguna Bakul Legen), R.A.Retno jinoli, dan R.A.Pandanarum, serta 500 meter di sebelah utara dari lokasi makam Syekh Jangkung terdapat Makam Anak laki laki Syekh Jangkung yaitu [[Gelar kebangsawanan Jawa|Raden Bagus Momok Landoh]] (Sigit Gus Momok Landoh).
 
Dan saat kerbau tersebut harus disembelih. Yang aneh, meski sudah dapat dirobohkan dan pisau tajam digunakan menggorok lehernya, ternyata tidak mempan.
Baris 136 ⟶ 118:
 
Barangsiapa memiliki lulang kerbau Landoh, konon orang tersebut tidak mempan dibacok senjata tajam. Jika kulit kerbau itu masih lengkap dengan bulunya. Keyakinan itu barangkali timbul bermula ketika kerbau Landoh disembelih, ternyata tidak bisa putus lehernya.
 
== Pemakaman ==
Syeh Jangkung wafat pada tanggal 14 - 15 Rojab 1563 Tahun Saka Jawa atau 19 - 20 Oktober 1641.
 
Hingga kini masyarakat di sekitar makam syekh jangkung di landoh Kayen, pati memperingati haul syekh jangkung pada tanggal 14 - 15 rojab.
 
Di sekitar makam syekh jangkung juga terdapat makam istri Syekh Jangkung yaitu Nyai Ageng Bakirah Ibunda Raden Kulub (Pangeran Dagan Ariningong)(Putri Ki Prayoguna Bakul Legen), R.A.Retno jinoli, dan R.A.Pandanarum.
 
Serta 500 meter di sebelah utara dari lokasi makam Syekh Jangkung terdapat Makam Anak laki laki Syekh Jangkung yaitu [[Gelar kebangsawanan Jawa|Raden Bagus Momok Landoh]] (Sigit Gus Momok Landoh).
 
==Referensi==