Muktazilah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bourguoese565 (bicara | kontrib)
k Memperbaiki ejaan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Bourguoese565 (bicara | kontrib)
Menambah informasi dan sumber
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 9:
 
== Ajaran utama ==
Mu'tazilah atau Muktazilah memiliki lima dasar ajaran utama yang disebut ''ushul al-khamsah'', yakni:
Ajaran Mu'taziliyah kurang diterima oleh kebanyakan ulama [[Sunni]] karena aliran ini beranggapan bahwa akal manusia lebih baik dibandingkan ''nash''/[[wahyu]].<ref>{{Cite web|last=Setiawan|first=Bram|date=2022-04-13|title=Muktazilah, Aliran Islam yang Mengutamakan Akal dalam Teologi|url=https://ramadan.tempo.co/read/1581464/muktazilah-aliran-islam-yang-mengutamakan-akal-dalam-teologi|website=Tempo|language=id|access-date=2023-11-14}}</ref> Oleh karena itu, penganut aliran ini cenderung menginterpretasikan ayat-ayat Alquran secara lebih bebas dibanding kebanyakan umat muslim.
Muktazilah memiliki lima ajaran utama yang disebut ''ushul al-khamsah'', yakni:
 
# [['''Al-Tauhid]]. Merekaالتوحيد berpendapat:'''
#* Allah adalah tunggal. Sifat Allah adalah dzat-Nya itu sendiri. Allah tidak boleh diserupakan dengan makhluk. Sehingga dalam hal ini Muktazilah sangat menentang keras pemberian atribut [[Antropomorfisme]] pada Tuhan.<ref>{{Cite journal|last=Dhanani|first=Alnoor|date=2014-07-01|title=Basran Mu'tazilite Theology: Abu 'Ali Muhammad b. Khallad's Kitab al-Usul and Its Reception|url=https://go.gale.com/ps/i.do?p=AONE&sw=w&issn=00030279&v=2.1&it=r&id=GALE%7CA396604130&sid=googleScholar&linkaccess=abs&userGroupName=anon%7E8b9f3ef2&aty=open-web-entry|journal=The Journal of the American Oriental Society|language=English|volume=134|issue=3|pages=548–550}}</ref><ref>{{Cite book|last=Al-Qadi Abd Al-Jabbar|title=Sharḥ al-Uṣūl al-Khamsa (شرح الأصول الخمسة)|location=Baghdad|url-status=live}}</ref>
#* Sifat Allah adalah zat-Nya itu sendiri.
#* [[Alquran|Al-Quran]] adalah makhluk. Definisi dari makhluk disini adalah segala sesuatu yang diciptakan Allah. Sehingga Al-Quran sudah pasti merupakan ciptaan Allah. Jadi Al-Quran tidaklah mungkin bersifat kekal (qadim) bersama dengan dzat Allah.<ref>{{Cite journal|last=Campanini|first=Massimo|date=2012-01|title=The Mu‘tazila in Islamic History and Thought|url=https://compass.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1749-8171.2011.00273.x|journal=Religion Compass|language=en|volume=6|issue=1|pages=41–50|doi=10.1111/j.1749-8171.2011.00273.x|issn=1749-8171}}</ref>
#* [[Alquran]] adalah makhluk.
# '''Al-'Adl العدل - Keadilan Tuhan.''' Dalam menghadapi permasalahan adanya kejahatan dan kesengsaraan di dunia. Muktazilah mencoba menyelesaikan wacana teologis bahwa karena Allah itu maha adil dan bijaksana, Dia tidak mungkin memerintahkan dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan akal. Allah tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan kesejahteraan makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Oleh karena itu, segala kejahatan, kekejaman, dan kesengsaraan yang ada di dunia harus dianggap sebagai sesuatu yang bersumber murni dari kesalahan manusia, yang timbul karena kehendak bebas manusia.<ref>{{Cite book|last=Martin|first=Richard C.|last2=Woodward|first2=Mark|last3=Atmaja|first3=Dwi Surya|last4=Atmaja|first4=Dwi S.|date=1997-10|url=https://books.google.com/books?id=R03YAAAAMAAJ&q=defenders+of+reason|title=Defenders of Reason in Islam: Mu'tazililism from Medieval School to Modern Symbol|publisher=Oneworld Publications|isbn=978-1-85168-147-1|language=en}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Campanini|first=Massimo|date=2012-01|title=The Mu‘tazila in Islamic History and Thought|url=https://compass.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1749-8171.2011.00273.x|journal=Religion Compass|language=en|volume=6|issue=1|pages=41–50|doi=10.1111/j.1749-8171.2011.00273.x|issn=1749-8171}}</ref>
#* [[Allah]] di alam akhirat kelak tak terlihat mata manusia. Yang terjangkau mata manusia bukanlah Ia.
# '''Al-Wa'd wa al-Wa'id الوعد و الوعيد - Janji dan Ancaman'''. Muktazilah percaya bahwa Allah tidak akan ingkar janji: memberi pahala pada seseorang yang berbuat kebaikan dan memberi siksa pada seseorang yang berbuat kejahatan.<ref>{{Cite book|last=Al-Khayyat|first=|date=1957|title=Kitab al-Intisar|pages=93|url-status=live}}</ref>
# Keadilan-Nya. Mereka berpendapat bahwa Allah SWT akan memberi imbalan pada manusia sesuai perbuatannya.
# '''Al-Manzilah bayna al-Manzilatayn المنزلة بين المنزلتين - Posisi di Antara Dua Posisi.''' Konsep ini dicetuskan [[Wasil bin Atha']] yang membuatnya berpisah dari gurunya yakni [[Hasan al-Bashri|Hasan Al-Bashri]], bahwa seorang Muslim yang berdosa besar, statusnya bukan digolongkan sebagai mukmin ataupun kafir, melainkan masuk ke dalam golongan fasik.<ref>{{Cite book|last=Martin|first=Richard C.|last2=Woodward|first2=Mark|last3=Atmaja|first3=Dwi Surya|last4=Atmaja|first4=Dwi S.|date=1997-10|url=https://books.google.com/books?id=R03YAAAAMAAJ&q=defenders+of+reason|title=Defenders of Reason in Islam: Mu'tazililism from Medieval School to Modern Symbol|publisher=Oneworld Publications|isbn=978-1-85168-147-1|language=en}}</ref>
# Janji dan ancaman. Mereka berpendapat Allah takkan ingkar janji: memberi pahala pada muslimin yang baik dan memberi siksa pada muslimin yang jahat.
# '''Al-amr bil Ma'ruf wa al-Nahy 'an al Munkar الأمر بالمعروف و النهي عن المنكر - Menyeru Kepada Kebaikan dan Mencegah Kemungkaran.''' Muktazilah memberikan penafsiran khusus dalam arti bahwa meskipun Allah memerintahkan apa yang benar dan melarang apa yang salah, penggunaan akal memungkinkan seorang Muslim dalam banyak kasus untuk mengidentifikasi sendiri apa yang benar dan apa yang salah, bahkan tanpa bantuan wahyu. Hanya untuk beberapa persoalan khusus, wahyu diperlukan untuk menentukan apakah tindakan tersebut benar atau salah.<ref>{{Cite book|last=Fakhry|first=Majid|date=2016|url=https://www.rep.routledge.com/articles/thematic/ethics-in-islamic-philosophy/v-1|title=Ethics in Islamic philosophy|location=London|publisher=Routledge|isbn=978-0-415-25069-6|edition=1|doi=10.4324/9780415249126-h018-1}}</ref>
# Posisi di antara 2 posisi. Ini dicetuskan [[Wasil bin Atha']] yang membuatnya berpisah dari gurunya, bahwa mukmin yang berdosa besar, statusnya berada di antara mukmin dengan kafir.
# Amar ma’ruf (tuntutan berbuat baik) dan nahi munkar (mencegah perbuatan yang tercela). Ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/[[fikih]].
 
Aliran Muktazilah berpendapat dalam masalah [[qada]] dan [[qadar]], bahwa manusia sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Manusia dihisab berdasarkan perbuatannya, sebab ia sendirilah yang menciptakannya.