Kesultanan Bima: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
BayuAjisaka (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
BayuAjisaka (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 35:
[[Berkas:Wilayah Kekuasaan Kerajaan Bima Di Puncak Kejayaannya Pada Abad 15.jpg|jmpl|Wilayah Kekuasaan Kerajaan Bima di Puncak Kejayaannya Pada Abad 15 di Bawah Kepemimpinan Tureli Manggampo Bilmana.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de Sultan van Bima TMnr 10018801.jpg|jmpl|Sultan Muhammad Salahuddin (bertahta 1915-1951)]]
'''Kesultanan Bima''' (كسلطانن بيما) adalah kerajaan [[Islam]] yang didirikan pada abad 17, tanggal 7 Februari 1621 [[Masehi]] berdasarkan tanggal masuk Islamnya raja terakhir Bima atau sultan pertama Bima. Sultan pertamanya adalah raja ke-27 (versi lain menyebut ke-47 juga ke-37 {{Sfn|Haris|2006|p=19}}) dari [[Kerajaan Mbojo]] Bima yang bernama La Kai, kemudian setelah masuk Islam berganti nama menjadi Abdul Kahir
[[Berkas:Aksara Bima Kuno, disebut Tunti Nggahi Mbojo.jpg|jmpl|Aksara Bima Kuno yang termasuk turunan aksara Brahmi-Pallawa-Kawi. Diperkenalkan pertama kali di era kepemimpinan Ruma Sangaji Manggampo Jawa, disebut '''Tunti Mbojo'''.]]
[[Berkas:Bima Baru Aksara Bima Baru, disebut Tunti Bou.jpg|jmpl|Aksara Bima Baru, yang mendapat pengaruh dari hubungan dagang yang intens dengan Bugis-Makassar sekitar abad 16/17, disebut '''Tunti Bou'''. Sebelum digantikan dengan Aksara Pegon/Arab Melayu pada 13 Maret 1645 M, lima tahun setelah pengangkatan Sultan Bima Ke-2.]]
Baris 65:
== Imperium Nusantara Timur Selatan ==
Puncak kejayaan Bima terjadi pada abad ke-15, ketika kerajaan ini menguasai seluruh Pulau Sumbawa dan melakukan ekspansi ke luar pulau, termasuk ke Pulau Sumba, Manggarai, Sabu/Sawu, Ende, Larantuka, Komodo, hingga kepulauan Alor di bawah kepemimpinan Tureli Manggampo Bilmana berdasarkan naskah kuno BO Bima yang berisi catatan-catatan aktivitas harian raja-raja Bima.
Seiring menguatnya pengaruh Bangsa Barat di Nusantara, wilayah kekuasaan Kesultanan Bima perlahan menyusut. Hingga pada abad ke-19 M, hanya menyisakan Pulau Sumbawa bagian timur, [[Kabupaten Manggarai|Manggarai]], dan pulau‑pulau kecil di [[Selat Alas]]. Wilayah Kesultanan Bima berbatasan langsung dengan [[Laut Jawa]] di utara dan [[Samudra Hindia|Samudera Hindia]] di selatan. Di Pulau Sumbawa, wilayah Kesultanan Bima dibagi menjadi tiga distrik utama yaitu [[Belo, Palibelo, Bima|Belo]], [[Bolo, Bima|Bolo]], dan [[Sape, Bima|Sape]]. Tiap distrik dipimpin oleh seorang pemimpin distrik yang disebut ''Djeneli''. Distrik kemudian dibagi lagi menjadi perkampungan-perkampungan yang dipimpin oleh kepala kampung. Wilayah Kesultanan Bima di Manggarai dibagi menjadi daerah [[Reok, Manggarai|Reo]] dan daerah [[Pota, Sambi Rampas, Manggarai Timur|Pota]]. Pemimpin masing-masing distrik bergelar ''naib'' yang bertanggung jawab langsung kepada sultan. Para ''naib'' ini memimpin para ''galarang'', dan kepala kampung.{{Sfn|Haris|2006|p=18}}
|