Peperangan Johor–Jambi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EJHalfz (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi
EJHalfz (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 24:
Puncak ketegangan yang telah berlangsung puluhan tahun adalah meletusnya perang besar antara Jambi-Johor tahun 1667. Dua (2) tahun sebelum perang meletus, di mana penguasa [[Jambi]] Sultan Agung wafat lalu diganti oleh putranya Raden Penulis, gelar Sultan Abdul Mahyi Sri Ingolopo (1665 – 1690). Puncak ketegangan yang telah berlangsung puluhan tahun adalah meletusnya perang besar antara [[Jambi]] dengan [[Johor]] tahun 1667. Dalam perang ini [[Jambi]] mendapat serangan pasukan [[Johor]]. [[Palembang]] ikut terlibat peperangan dengan memihak [[Johor]]. Sedangkan petualang [[Bugis]] pimpinan Daeng Mangika, ikut pula berkhianat dengan membantu[[Johor]] dan menyerang Jambi. Dalam perang ini [[Jambi]] mengalami kekalahan dan menderita banyak menderita kerugian.
Kekalahan [[Jambi]] dalam perang melawan [[Johor]] tahun 1667 menyebabkan Sultan Abdul Mahyi Sri Ingologo sangat marah karena kekalahan ini adalah penghinaan oleh Sultan Abdul Jalil Riayat Syah Johor. Dalam situasi sulit yang sedang dihadapi sultan Jambi itu, maka Belanda menawarkan kerja sama dan Jambi menerima uluran tangan [[Belanda]] tersebut. Kemarahan sultan [[Jambi]] lalu diungkapkannya dalam sebuah surat tantangan untuk Sultan [[Johor]]. Surat sultan Jambi sengaja dibuatnya dengan nama dan cap surat diletakkan di atas kepala surat. Dalam tradisi Melayu bilamana nama dan cap surat di atas kepala surat, artinya negeri yang menerima surat tersebut adalah wilayah taklukan negeri pengirim surat. Membaca surat sultan [[Jambi]] itu maka Raja Bujang atau Sultan Abdul Jalil Riayat Syah sangat murka, seolah-olah negeri Jambi lebih berkuasa dari pada Johor. Surat ini dipandang sebagai penghinaan yang menyakitkan segenap rakyat Johor yang berdaulat. Setelah pengiriman surat ini masing-masing pihak telah dapat merasakan bahwa peperangan akan terulang lagi.
 
== Kedua (1673) ==
{{main|Perang Johor–Jambi (1673)}}
Pada awal tahun 1673 ada usaha [[Johor]] untuk berdamai dengan [[Jambi]] melalui [[Belanda]] sebagai perantara, namun mengalami kegagalan. Karena kegagalan perdamaian ini maka [[Jambi]] dan [[Johor]] telah bersiap diri menghadapi segala kemungkinan pecah perang [[Jambi]]­ [[Johor]] ke II. Tidak menunggu lama dalam bulan April tahun 1673 perang [[Jambi]]-[[Johor]] memang terulang kembali dengan skala lebih besar. Belanda dan Palembang serta petualang Bugis pimpinan Daeng Mangika mendukung Jambi. Perang Jambi-Johor ke II ini, diawali dengan serangan Jambi ke pusat/jantung ibu negeri Johor di Johor Lama, yang terletak di pinggiran sungai Johor. Angkatan perang Jambi menduduki ibu negeri di Johor Lama, sultan Abdul Jalil Riayat Syah bersama pembantunya melarikan diri ke [[Pahang]] dan Datuk Bendahara Johor ditawan [[Jambi]]. Dalam perang tahun 1673 ini, [[Johor Lama]] dapat dihancurkan. Dan [[Kuala Tungkal]] dapat direbut kembali oleh [[Jambi]].
 
== Lihat pula ==