Diponegoro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Baris 73:
Pada 27 Februari 1807, Pangeran Diponegoro kembali menikah untuk kedua kalinya dengan putri dari Raden Tumenggung Natawijaya III, seorang bupati dari Panolan Jipang, Kesultanan Yogyakarta, bernama Raden Ajeng Supadmi, itupun atas permintaan Sultan [[Hamengkubuwana III]].<ref name=":8" /> Diponegoro kemudian bercerai tiga tahun setelah pernikahannya tersebut dan dianugerahi seorang anak bernama Pangeran Diponingrat, yang memiliki sifat arogan menurut Putra Diponegoro II.<ref name=":8" />
 
Pernikahan ketiga terjadi pada tahun 1808 dengan R.A. Retnadewati, seorang putri kiai di wilayah selatan Yogyakarta. Istri pertama dan ketiga Pangeran, yakni Madubrongto dan Retnadewati meninggal ketika Diponegoro masih tinggal di Tegalrejo. Sang Pangeran kemudian menikah kembali pada tahun 1810 dengan Raden Ayu Citrawati, puteri dari Raden Tumenggung Rangga Parwirasentika dengan salah satu isteri selir. Namun, sang istri Raden Ayu Citrawati meninggal tidak lama setelah melahirkan anaknya, akibat kerusuhan di Madiun. Sang bayi kemudian diserahkan kepada Ki Tembi untuk diasuh dan diberi nama Singlon (nama samaran) dan terkenal dengan nama Raden Mas Singlon.<ref name=":17">{{Cite web|url=http://diponegoro.pahlawan.perpusnas.go.id/biography/|title=Biografi terkait Diponegoro|last=|first=|date=|website=diponegoro.pahlawan.perpusnas.go.id|access-date=2020-03-22|archive-date=2020-03-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20200322105747/http://diponegoro.pahlawan.perpusnas.go.id/biography/|dead-url=yes}}</ref>
 
Pangeran kembali menikah kelimakeempat kalinya pada 28 September 1814 dengan Raden Ayu Maduretno, putri dari Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Ratu Maduretna (putri Hamengkubuwana II). Sang istri, Raden Ayu Maduretno merupakan saudara seayah dengan [[Sentot Prawirodirdjo|Sentot Prawiradirdja]], tetapi lain ibu. Raden Ayu Maduretno diangkat menjadi permaisuri bergelar Kanjeng Ratu Kedaton I pada 18 Februari 1828, ketika Pangeran Diponegoro dinobatkan sebagai Sultan Abdulhamid. Pada Januari 1828, sang Pangeran kembali menikah untuk keenamkelima kalinya dengan Raden Ayu Retnoningrum, putri Pangeran Penengah atau Dipawiyana II. Pernikahan ketujuhkeenam dengan Raden Ayu Retnaningsih, putri Raden Tumenggung Sumaprawira, seorang bupati Jipang Kepadhangan; pernikahan kedelapan dengan R.A. Retnakumala, putri Kiai Guru Kasongan.<ref name=":17"/><ref>{{Cite web|url=https://daerah.sindonews.com/read/1103524/29/kisah-pangeran-diponegoro-dan-wanita-wanita-di-sekelilingnya-1461424872|title=Kisah Pangeran Diponegoro dan Wanita-wanita di Sekelilingnya|website=SINDOnews.com|language=id-ID|access-date=2020-03-22}}</ref>
 
Dari hasil beberapa kali pernikahannya tersebut, Pangeran Diponegoro memiliki 1211 putra dan 5 orang putri, yang saat ini seluruh keturunannya tersebut hidup tersebar di berbagai penjuru dunia, di antaranya [[Jawa]], [[Madura]], [[Sulawesi]], [[Maluku]], [[Australia]], [[Serbia]], [[Jerman]], [[Belanda]], dan [[Arab Saudi]].<ref>{{Cite web|url=https://www.liputan6.com/regional/read/2493678/pangeran-diponegoro-dan-wanita-wanita-cantik|title=Pangeran Diponegoro dan Wanita-wanita Cantik|last=|first=|date=2016-04-27|website=Liputan6.com|language=id|access-date=2020-03-22}}</ref>
 
Pangeran Diponegoro juga dikenal sebagai pribadi yang suka melucu dan bercanda, meski lebih banyak menghabiskan hidup di pengasingan. Terkadang, dia sangat benci dengan komandan tentaranya yang dianggapnya pengecut.<ref name=":1" />