Suku Bauzi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Etnik |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 7:
|poptime=2009: kurang lebih '''1.500 Jiwa''' sampai '''2.000 Jiwa'''.
|rels=Mayoritas [[Kristen Protestan]], namun masih banyak pula yang menganut [[Animisme]], [[Animatisme]], [[Dinamisme]] dan [[Totem]]
|related=
}}
'''Suku Bauzi''', disebut juga dengan '''Baudi''', '''Bauri''' atau '''Bauji''', merupakan satu dari sekitar 260-an suku asli yang kini mendiami Tanah Papua. Oleh lembaga misi dan bahasa Amerika Serikat bernama Summer Institute of Linguistics (SIL), suku ini dimasukan dalam daftar 14 suku paling terasing. [[Badan Pusat Statistik]] (BPS) Papua pun tak ketinggalan memasukan suku Bauzi kedalam daftar 20-an suku terasing yang telah teridentifikasi.
== Sejarah singkat ==
Baris 18:
Sebagai suku yang menempati kawasan terisolir, sebagian lelaki Bauzi masih mengenakan cawat. Ini berupa selembar daun atau kulit pohon yang telah dikeringkan lalu diikat dengan tali pada ujung alat kelamin. Mereka juga memasang hiasan berupa tulang pada lubang hidung. Sedangkan para wanita mengenakan selembar daun atau kulit kayu yang diikat dengan tali di pinggang untuk menutupi auratnya. Tapi tidak mengenakan penutup dada. Pada acara pesta adat dan penyambutan tamu, kaum lelaki dewasa akan mengenakan hiasan di kepala dari bulu kasuari dan mengoles tubuh dengan air sagu. Sebagian besar suku ini masih hidup pada taraf meramu, berburu dan semi nomaden (berpindah-pindah). Karena itu, mereka membuat sejumlah peralatan seperti, panah, tombak, parang, pisau belati, dan lain-lain untuk berburu.
[[File:Alat tusuk dari tulang kuskus.jpg|thumb|Alat tusuk dari tulang [[Phalanger|Kuskus]]]]
Mereka berburu binatang hutan seperti babi, kasuari, kus-kus dan burung. Buruan itu dimasak dengan cara dibakar atau bakar batu. Selain itu, Suku Bauzi juga menokok sagu sebagai makanan pokok dan menanam umbi-umbian. Namun jarang mengkonsumsi sayur-sayuran. Itulah sebabnya pada anak-anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui dari suku ini sering mengalami gejala kurang gizi dan animea. Meski terbatas, mereka juga memiliki pengetahuan mengenai cara pengobatan alami dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan hutan (etno-medicine). Suku Bauzi sejak awal hidup secara nomaden, menyesuaikan diri dengan kebutuhan makanan dan kenyamanan suatu wilayah. Mereka membangun bifak di pinggiran sungai dan hutan agar membantu proses perburuan, meramu atau berkebun.
|