Ulrich Zwingli: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 60:
Pada tanggal 1 Januari 1519, Zwingli memberikan khotbah pertamanya di Zürich. Menyimpang dari praktik yang umum dilakukan pada saat itu untuk mendasari khotbah pada pengajaran Injil dari Minggu tertentu, Zwingli, menggunakan Perjanjian Baru [[Erasmus]] sebagai panduan, mulai membaca dari [[Injil Matius]], memberikan tafsirannya selama khotbah, sebuah metode yang dikenal sebagai ''[[lectio continua]]''.<ref>{{Harvnb|Old|1998|pp=46–47}}</ref> Ia terus membacakan dan menafsirkan kitab tersebut pada hari-hari Minggu berikutnya hingga ia mencapai akhir kitab dan melanjutkan menggunakan cara yang sama dengan [[Kisah Para Rasul]], [[Epistola|surat-surat Perjanjian Baru]], dan akhirnya [[Perjanjian Lama]]. Tujuannya untuk melakukan hal ini tidak jelas, tetapi dalam khotbah-khotbahnya ia menggunakan nasihat untuk mencapai perbaikan moral dan gerejawi yang merupakan tujuan yang sebanding dengan reformasi Erasmian. Beberapa waktu setelah 1520, model teologis Zwingli telah berkembang menjadi sebuah bentuk unik yang bukan Erasmian maupun [[Lutheran]]. Para ahli memiliki berbagai pendapat mengenai bagaimana ia mengembangkan model uniknya sendiri.<ref>{{Harvnb|Gäbler|1986|pp=44–45}}</ref> Salah satu pandangan adalah bahwa Zwingli terdidik sebagai seorang humanis Erasmian dan Luther memainkan peran yang menentukan dalam mengubah teologinya.<ref>{{Harvnb|Gäbler|1986|p=46}}. Pendukung pandangan ini meliputi Oskar Farner dan Walther Köhler.</ref>
Zwingli's theological stance was gradually revealed through his sermons. He attacked moral corruption and in the process he named individuals who were the targets of his denunciations. Monks were accused of indolence and high living. In 1519, Zwingli specifically rejected the [[veneration]] of saints and called for the need to distinguish between their true and fictional accounts. He cast doubts on hellfire, asserted that unbaptised children were not damned, and questioned the power of [[excommunication]]. His attack on the claim that [[Tithe|tithing]] was a divine institution, however, had the greatest theological and social impact. This contradicted the immediate economic interests of the foundation. One of the elderly canons who had supported Zwingli's election, Konrad Hofmann, complained about his sermons in a letter. Some canons supported Hofmann, but the opposition never grew very large. Zwingli insisted that he was not an innovator and that the [[Sola scriptura|sole basis of his teachings was Scripture]].<ref>{{Harvnb|Gäbler|1986|pp=49–52}}</ref><ref>{{Harvnb|Potter|1976|p=66}}</ref>
|