Aksara Nusantara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Assyari374 (bicara | kontrib)
k +image
k Penambahan beberapa daftar aksara dan pengeditan beberapa informasi terkait aksara
 
Baris 41:
* [[Aksara Pallawa]]
* [[Aksara Nagari]]
* [[Aksara Kawi]] (Aksara Jawa Kunodan Sumatera)
* [[Aksara Buda]]
* [[Aksara Sunda Kuno]] (pada abad 21 direvitalisasi dan disederhanakan menjadi [[Aksara Sunda Baku]])
Baris 51:
** [[Aksara Incung]]
** [[Aksara Lampung]] (Had Lampung)
** [[Aksara Rejang]] (Surat Ulu)
 
* Aksara yang berkembang di wilayah Jawa:
Baris 59:
 
* Aksara yang berkembang di wilayah Kalimantan:
** Aksara Iban/Dunging (Dungingnon-Brahmik)
 
* Aksara yang berkembang di Bali dan Nusa Tenggara:
** [[Aksara Bali]]
** Aksara Bima/Mbojo
** AksaraSatera SamawaJontal
** Aksara Lota Ende
** [[Aksara Sasak]]
 
* Aksara yang berkembang di wilayah Sulawesi:
** [[Aksara Bonda]] (non-Brahmik)
** [[Aksara Lontara]]
** [[Aksara Makassar]] (Ukiri Jangang-jangang)
** [[Aksara Malesung]] (non-Brahmik)
 
*Aksara yang berkembang di wilayah Kepulauan Maluku:
** [[Aksara Alifuru]] (non-Brahmik)
 
Semua aksara Nusantara di atas memiliki konteks dan intensitas penggunaan yang bervariasi antar masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan. Secara umum, aksara Nusantara pada periode tersebut memiliki peran yang substansial dalam masyarakat penggunanya, meski penggunaannya sebagai tulisan sehari-hari sering kali dibarengi dengan huruf Arab dan Latin. Penggunaan aksara Nusantara baru mengalami penurunan yang signifikan pada pertengahan abad 20 M, dan kini seluruh aksara Nusantara hanya digunakan dalam konteks terbatas. Dalam konteks pengguna yang menurun drastis, terdapat berbagai upaya untuk merevitalisasi penggunaan aksara Nusantara di berbagai daerah dengan pendekatan yang berbeda-beda, misal dengan kampanye penggunaan atau penyederhanaan ortografi tradisionanaltradisional.
 
== Variasi ==
 
Seiring perubahan zaman, budaya, dan bahasa masyarakat penggunanya, suatu aksara dapat mengalami perubahan jumlah huruf, bentuk huruf maupun bunyinya, walaupun tetap saja dianggap sebagai bagian dari aksara induknya; atau dengan kata lain, tidak terpecah menjadi aksara baru. Demikianlah misalnya [[Abjad Arab]] yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Arab]] sedikit berbeda dengan Abjad Arab yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Melayu]], atau juga [[Alfabet Latin]] yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Latin]] sedikit berbeda dengan Alfabet Latin yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Jerman]]. Dalam perjalanan sejarahnyapunsejarahnya pun Aksara Nusantara tidak luput dari kecenderungan untuk memunculkan variasi-variasi baru yang tetap mempertahankan kaidah inti aksara induknya.
 
Beberapa variasi Aksara Nusantara antara lain:
* Variasi [[Aksara Kawi]] (Aksara Jawa Kuno)
** Aksara Kayuwangi: Aksara ini merupakan Aksara Kawi yang ditulis dengan bentuk membundar miring. Disebut Aksara Kayuwangi karena variasi ini banyak dijumpai pada prasasti dari sebelum hingga setelah masa pemerintahan [[Rakai Kayuwangi]], [[Raja Mataram]] (855 - 885). Oleh para ahli epigrafi Indonesia, variasi ini dianggap sebagai jenis tulisan Kawi yang paling indah.
** Aksara Kuadrat: Aksara ini merupakan Aksara Kawi yang ditulis dengan bentuk huruf menyerupai kotak / bujursangkar. Dari situlah variasi ini memperoleh namanya. Variasi ini banyak dijumpai pada prasasti dari masa [[Kerajaan Kediri]] dan [[Kerajaan Singasari]].
** Aksara Majapahit: Aksara ini merupakan Aksara Kawi yang tiap hurufnya ditulis dengan banyak hiasan sehingga kadang kala sulit dikenali / sulit dibaca. Disebut Aksara Majapahit karena variasi ini banyak dijumpai dari masa Kerajaan Majapahit.
** Aksara Pasca-Pallawa Sumatera: Aksara ini merupakan aksara Pasca-Pallawa/Kawi yang berkembang di wilayah Sumatera.
* Variasi [[Aksara Batak]]
** Aksara Toba: Variasi ini merupakan Aksara Batak yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Toba]].
** Aksara Karo: Variasi ini merupakan Aksara Batak yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Karo]].
** Aksara DairiPakpak: Variasi ini merupakan Aksara Batak yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Dairi]].
** Aksara Simalungun: Variasi ini merupakan Aksara Batak yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Simalungun]].
** Aksara Mandailing: Variasi ini merupakan Aksara Batak yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Mandailing]].
* Variasi [[AksaraSurat Lampung]]/Ulu
** Aksara Incung untuk menuliskan [[bahasa Kerinci]]
** Aksara Ulu untuk menuliskan dialek Pasemah
** Aksara Ulu untuk menuliskan dialek Serawai
Baris 100 ⟶ 103:
** [[Aksara Komering|Aksara Ulu]] untuk menuliskan [[Bahasa Komering]]
** [[Aksara Ogan|Aksara Ulu]] untuk menuliskan [[Bahasa Ogan]]
** [[Surat Lampung|Aksara Lampung]] untuk menuliskan [[Bahasa Lampung]]
** Aksara Lampung lama untuk menuliskan Bahasa Lampung kuno
* Variasi [[Aksara Jawa]]
** Aksara Jawa untuk menuliskan [[Bahasa Jawa]].
Baris 115 ⟶ 120:
**Aksara Sunda untuk menuliskan Bahasa Sunda Kuno pada [[Prasasti Astana Gede|prasasti Kawali]].
**Aksara Sunda untuk menuliskan [[Bahasa Cirebon|bahasa Jawa dialek Cirebon]].
*Variasi [[Aksara Lontara]][[Berkas:Aksara Lontara di Bandara Sultan Hasanuddin.jpg|jmpl|270x270px|Aksara Lontara di Bandara Sultan Hasanuddin]]Variasi [[Aksara Lontara]]
** [[Aksara Jangang-jangang]]: Variasi dengan bentuk-bentuk huruf tersendiri untuk menuliskan Bahasa Makassar.
** [[Aksara Bilang-bilang]]: Variasi dengan bentuk-bentuk tersendiri untuk menuliskan Bahasa Bugis.
Baris 122 ⟶ 127:
** [[Aksara Bugis]]: Variasi ini merupakan Aksara Lontara yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Bugis]].
** Aksara Lontara yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Luwu]].
** Aksara Lontara yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa BimaMandar]].
** Aksara Bima: Variasi ini merupakan Aksara Lontara yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Bima]].
** Satera Jontal: Variasi ini merupakan Aksara Lontara yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Sumbawa]].
* Variasi [[Aksara Arab|Aksara berbasis Arab]]
** [[Aksara Jawi|Aksara Jawi/Jawöe/Gundhil]]: Variasi ini merupakan aksara berbasis [[Abjad Arab|Arab]] yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Melayu]], [[Bahasa Minangkabau|Minangkabau]], dan [[Bahasa Banjar|Banjar]].
** [[Huruf Pegon|Aksara Pegon]]: Variasi ini merupakan aksara berbasis [[Abjad Arab|Arab]] yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Jawa]] (termasuk [[Bahasa Osing|Osing]]), [[Bahasa Madura|Madura]], dan [[Bahasa Sunda|Sunda]].
** Aksara Serang: Variasi ini merupakan aksara berbasis [[Abjad Arab|Arab]] yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Bugis]] dan [[Bahasa Makassar|Makassar]].
** Aksara Buri Wolio: Variasi ini merupakan aksara berbasis [[Abjad Arab|Arab]] yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Wolio]] (Buton).
 
== Sejarah ==