Negeri 5 Menara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Harisetia1 (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala
 
Baris 1:
'''''Negeri 5 Menara''''' adalah novel karya Ahmad Fuadi <ref>{{Cite book|last=Hidayat|first=Yeni|date=2021-10-09|url=https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=-ylHEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA23&dq=negeri+5+menara+novel&ots=KwGTvZ7nJ6&sig=L956zUPkrNVJvY0mCg9LNWac2JM&redir_esc=y#v=onepage&q=negeri%205%20menara%20novel&f=false|title=KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI|publisher=Penerbit YLGI|pages=2|language=id|url-status=live}}</ref>yang diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2009. Novel ini bercerita tentang kehidupan Alif Fikri, seorang santri asal Maninjau, Sumatera Barat yang bersekolah di Pondok Madani (PM) Ponorogo, [[Jawa Timur]], bersama lima teman-teman santrinya yang disebut Sahibul Menara. 5 anak santri yang menuntut ilmu di pesantern Gontor yang memiliki kebiasaan unik, yaitu setiap menjelang adzan maghrib mereka berkumpul di bawah menara masjid sambil memandang ke awan. Mereka memandang awan sambil membayangkan impian mereka; seperti Alif membayangkan awan bentuknya benua Amerika, sebuah negara yang ingin dia kunjungi setelah lulus nanti. Sedangkan keempat temannya menggambarkan awan seperti negara Arab Saudi , Mesir, dan negara di benua Eropa.<ref>{{Cite web|title=RESENSI NOVEL NEGERI 5 MENARA – SMA Martia Bhakti|url=https://mabhak.sch.id/archives/2366|language=en-US|access-date=2024-07-08}}</ref>Cerita novel ini diteruskan dengan novel ''Ranah 3 Warna'' (2011) dan ''Rantau 1 Muara'' (2013). Novel ini telah diadaptasi menjadi sebuah film pada tahun 2013 dan sebuah serial web pada tahun 2019.
 
== [[Sinopsis novel|Sinopsis]] ==
Alif adalah seorang remaja yang hidup di daerah Danau Maninjau dan baru lulus dari Madrasah Tsanawiyah bersama teman sekaligus saingannya Randai. Mereka sama-sama ingin bersaing masuk [[Institut Teknologi Bandung]] setelah lulus Sekolah Menengah Atas, tetapi orang tua Alif ingin dia meneruskan pendidikan ke sekolah Islam lagi. Alif awalnya tidak mau sampai dia mendapat pesan dari kerabatnya yang lulusan Pondok Madani, sebuah sekolah Islam di Ponorogo yang lulusannya fasih berbahasa asing dan punya karier di luar negeri. Alif pun tertarik dan menjadi santri di sana.
 
Di Pondok Madani, Alif mengikuti aturan-aturan yang ketat, mulai dari hanya boleh berbicara bahasa Inggris dan Arab hingga kewajiban membantu jaga malam. Di pondok, Alif diajarkan "mantra" berbahasa Arab ''man jadda wajadda'' yang artinya, "Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil." Mantra ini memotivasi Alif dalam kehidupannya di pondok. Di waktu senggang, Alif terbiasa berkumpul di bawah menara masjid bersama lima temannya: Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Karena tempat berkumpul mereka, mereka berenam biasa dipanggil Sahibul Menara. Pada suatu hari saat berkumpul, mereka melihat awan dan mendapat inspirasi untuk mimpi mereka masing-masing: Alif ingin pergi ke benua Amerika, Raja ingin ke Eropa, Atang ke Afrika, Baso ke Asia, dan Said dan Dulmajid ingin tetap di [[Indonesia]].
 
Selama empat tahun belajar di Pondok Madani, Alif mulai menekuni jurnalisme sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Pada tahun terakhir, Baso pulang ke Gowa karena permasalahan ekonomi keluarga. Di sisi lain, Alif iri pada Randai yang sudah lulus SMA dalam tiga tahun dan mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari pondok agar bisa segera mengikutinya ke ITB. Namun, ayah Alif datang dan mengubah pikirannya. Alif pun mengikuti ujian akhir pondok bersama Raja, Said, Dulmajid, dan Atang. Mereka berlima lulus dan pulang ke kampung halaman masing-masing.