Muhammad Daud Syah dari Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Baris 1:
{{Infobox royalty
|name = Sultan Alauddin Muhammad Daud Syah II
|title = '''Paduka Seri Al-[[Sultan]] Dan [[Yang di-Pertuan MuhammadBesar]] DaudNegeri Syah[[Aceh]] JohanXX BerdaulatXV'''
|image = COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de Sultan van Atjeh TMnr 10001853.jpg
|caption = Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat, sultanSultan Aceh yang terakhir
|succession = [[Daftar penguasa Aceh|Sultan Aceh]]
|reign = [[1874]] – [[1903]]
|coronation = -
|predecessor = [[Sultan Mahmud Syah]]
|successor = Tengku Mahkota Aceh [[Tuanku Raja Ibrahim]] ''Tidak ada, jabatan dihapuskan ulih belanda''
|birth_name = -
|birth_date = -
Baris 20:
|spouses-type =
|house = -
|father = Teugku Hajji Zeinal Abidin Syah Ibni Almarhum Sultan Hajji Alauddin Mahmudd Syah II
|father = -
|mother = -
|othertitles =
Baris 26:
}}
 
'''Almarhum Sultan Alauddin Muhammad Daud Syah II''' merupakan [[Sultan Aceh|Sultan]] [[Kesultanan Aceh|Aceh]] terakhir atau Sultan ke-35.

Sultan Daud dinobatkan menjadi [[sultan]] di [[Masjid Tua Indrapuri]] pada tahun [[1874]]<ref>{{Cite web |url=http://www.geocities.com/raihan_rosse/MetodePENELITIAN.htm |title=Uli Roslaini. ''Revitalisasi Bangunan Bersejarah di Banda Aceh'' |access-date=2005-01-23 |archive-date=2005-01-23 |archive-url=https://web.archive.org/web/20050123102657/http://www.geocities.com/raihan_rosse/MetodePENELITIAN.htm |dead-url=no }}</ref> sampai menyerah kepada [[Belanda]] pada tanggal [[10 Januari]] [[1903]].
 
Ia kemudian diasingkan oleh [[Hindia Belanda]] ke [[Pulau Ambon|Ambon]] dan terakhir dipindah ke [[Batavia]] sampai wafatnya pada tanggal [[6 Februari]] [[1939]].<ref name="polem">{{Cite web |url=http://www.nad.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=2293&Itemid=362 |title=Panglima Polem di situs NAD |access-date=2007-06-14 |archive-date=2007-09-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070928121429/http://www.nad.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=2293&Itemid=362 |dead-url=yes }}</ref> Sultan Daud merupakan cucu dari [[Sultan Mansur Syah]], yang sampai tahun [[1884]] merupakan Wali dari Tuanku Hasyim, anak dari Sultan sebelumnya yang juga merupakan pamannya yaitu [[Sultan Mahmud Syah]].<ref>REID, Anthony. '''''Asal Usul Konflik Aceh''': Dari Perebutan Pantai Timur Sumatra hingga Akhir Kerajaan Aceh Abad ke-19''. [[Jakarta]]: [[Yayasan Obor Indonesia]], [[2005]]. Halaman 335. ISBN 979-461-534-X</ref><ref>{{Cite web|url=http://portalsatu.com/read/Blog/belanda-merusak-batu-nisan-aceh-sultan-muhammad-daud-syah-lapor-khalifah-turki-28974|title=Belanda Merusak Batu Nisan Aceh, Sultan Muhammad Daud Syah Lapor Khalifah Turki - PORTALSATU.com|website=portalsatu.com|language=id|access-date=2020-02-07|archive-date=2020-02-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20200207142925/http://portalsatu.com/read/Blog/belanda-merusak-batu-nisan-aceh-sultan-muhammad-daud-syah-lapor-khalifah-turki-28974|dead-url=yes}}</ref>
<!--
 
===Kemunduran Aceh===
 
Sejarawan berbeda pendapat dalam hal kapan Perang Aceh berakhir. Beberapa menyatakan pada tahun 1903, ketika Sultan Daud menyerah kepada Belanda. Tetapi sejarawan lainnya menyatakan bahwa perang tersebut tidak benar-benar berhenti pada tahun 1903, karena Belanda tetap menghadapi perang gerilya yang meningkat walaupun semenjak menyerahnya sultan.<ref name="history">{{en}}[http://www.aceh.net/acehinindonesiahistory.html ''History of Aceh'' by Ibrahim Alfian]</ref>
Sejarawan berbeda pendapat dalam hal kapan Perang Aceh berakhir. Beberapa menyatakan pada tahun 1903, ketika Sultan Daud II menyerah kepada Belanda.
 
Sejarawan berbeda pendapat dalam hal kapan Perang Aceh berakhir. Beberapa menyatakan pada tahun 1903, ketika Sultan Daud menyerah kepada Belanda. Tetapi sejarawan lainnya menyatakan bahwa perang tersebut tidak benar-benar berhenti pada tahun 1903, karena Belanda tetap menghadapi perang gerilya yang meningkat walaupun semenjak menyerahnya sultan.<ref name="history">{{en}}[http://www.aceh.net/acehinindonesiahistory.html ''History of Aceh'' by Ibrahim Alfian]</ref>
 
Sultan Muhammad Daud sendiri memimpin perang gerilya dari Kutaraja, sekarang Banda Aceh, pada tahun 1907.
Walaupun usaha ini gagal dan ia ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Ambon kemudian Batavia, perlawanannya ini kemudian menginspirasi pejuang gerilya.
 
Hingga akhir hayatnya Sultan Muhammad Daudsyah tidak pernah menyatakan tunduk dan menyerahkan kedaulatan Aceh kepada Belanda, hal inilah yang membuat Belanda berang dan mengasingkan Sultan ke Luar Aceh.
 
Meskipun Sultan Telah ditangkap pada 1904, namun beliau masih menyusun strategi perlawanan dari tahanan rumah di Banda Aceh, hal ini diketahui pihak Belanda melalui surat yang diberikan kepada Pejuang dalam sebuah penyerangan terhadap pertahanan Belanda.
 
Belanda pun masih mendapatkan perlawanan kuat di Pidie, Aceh Tengah, Aceh Barat dan Aceh Tenggara. Hingga Sultan terpakasa di asingkan keluar Aceh pada 1907 bersama Permaisurinya Tengku Putroe Gamba Gadeng dan Putra Mahkota Tuanku Raja Ibrahim. Belanda berhasil mengambil kendali sebagian besar Aceh pada tahun 1912. Tetapi sejumlah sejarawan lainnya menyatakan bahwa perang Aceh tidak benar-benar berhenti sampai Belanda menyerah kepada Jepang pada 1942.
 
Belanda berhasil mengambil kendali sebagian besar Aceh pada tahun 1912.
 
Tetapi sejumlah sejarawan lainnya menyatakan bahwa perang Aceh tidak benar-benar berhenti sampai Belanda menyerah kepada Jepang pada 1942.
Sultan Muhammad Daud sendiri memimpin perang gerilya dari Kutaraja, sekarang Banda Aceh, pada tahun 1907. Walaupun usaha ini gagal dan ia ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Ambon kemudian Batavia, perlawanannya ini kemudian menginspirasi pejuang gerilya. Hingga akhir hayatnya Sultan Muhammad Daudsyah tidak pernah menyatakan tunduk dan menyerahkan kedaulatan Aceh kepada Belanda, hal inilah yang membuat Belanda berang dan mengasingkan Sultan ke Luar Aceh. Meskipun Sultan Telah ditangkap pada 1904, namun beliau masih menyusun strategi perlawanan dari tahanan rumah di Banda Aceh, hal ini diketahui pihak Belanda melalui surat yang diberikan kepada Pejuang dalam sebuah penyerangan terhadap pertahanan Belanda.
Belanda pun masih mendapatkan perlawanan kuat di Pidie, Aceh Tengah, Aceh Barat dan Aceh Tenggara. Hingga Sultan terpakasa di asingkan keluar Aceh pada 1907 bersama Permaisurinya Tengku Putroe Gamba Gadeng dan Putra Mahkota Tuanku Raja Ibrahim. Belanda berhasil mengambil kendali sebagian besar Aceh pada tahun 1912. Tetapi sejumlah sejarawan lainnya menyatakan bahwa perang Aceh tidak benar-benar berhenti sampai Belanda menyerah kepada Jepang pada 1942.
<ref name="history"/>