Karuna (Buddhisme): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
translate catatan
Faredoka (bicara | kontrib)
-pikiran +batin
Baris 3:
{{Istilah Buddhis|title=''karuṇā''|en=compassion|bn=করুণা<br/>(kôruṇa)|my=ကရုဏာ|my-Latn=ɡəjṵnà|zh=慈悲|zh-Latn=cíbēi|ja=慈悲|ja-Latn=jihi|km=ករុណា|km-Latn=kârŭna|ko=비|ko-Latn=|lo=|mnw=|mnw-Latn=|shn=|shn-Latn=|si=කරුණා|ta=கருணை <br>(karu{{IAST|ṇ}}ai)|th=กรุณา|th-Latn=karuna|bo=སྙིངརྗེ|bo-Latn=|vi=từ bi, từ ái, bác ái, từ tâm, nhân từ|id=belas kasih; belas kasihan; welas asih}}
{{Buddhisme|dhamma}}
'''Belas kasih''', '''belas kasihan''', atau '''welas asih''' ([[Bahasa Pali|Pali]]: '''''{{IAST|karuṇā}}'''''; [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: करुण, {{transliteration|pi|karuṇā}}) merupakan suatu konsep penting dalam semua aliran [[Buddhisme]].<ref>Terkait dengan kata tersebut dalam bahasa Sanskerta, lihat [https://www.sanskrit-lexicon.uni-koeln.de/scans/MWScan/MWScanpdf/mw0255-karaTa.pdf "''{{IAST|karuṇā}}''"] dalam rujukan {{Harvard citation text|Monier-Williams|1964}}, bentuk kata benda dari kata tersebut didefinisikan sebagai "''pity'' (rasa kasihan), ''compassion'' (belas kasih)".<br />{{•}}Untuk kata tersebut dalam bahasa Pali, lihat [http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.1:1:356.pali "''{{IAST|karuṇā}}''"]. {{Webarchive|url=https://archive.today/20120711002204/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.1:1:356.pali|date=2012-07-11}} dalam rujukan {{Harvard citation text|Rhys Davids|Stede|1921–25}}, didefinisikan sebagai "''pity'' (rasa kasihan), ''compassion'' (belas kasih)".<br />{{•}}Para cendekiawan, penerjemah, dan penafsir kontemporer secara konsisten menerjemahkan kata tersebut sebagai “''compassion''”, bukan “''pity''”. Hal ini dapat dilihat, misalnya, dalam rujukan (diurutkan secara kronologis) {{Harvard citation text|Warder|2004}}, {{Harvard citation text|Buddhaghosa|1999}}, {{Harvard citation text|Saddhatissa|2003}}, {{Harvard citation text|Thanissaro|1994}}, {{Harvard citation text|Salzberg|1995}}, {{Harvard citation text|Gethin|1998}}, dan {{Harvard citation text|Bodhi|2000}}.</ref> ''{{IAST|Karuṇā}}'' (belas kasih) adalah salah satu dari empat sifat luhur ([[Brahmavihāra]]), bersama dengan [[Cinta kasih (Buddhisme)|cinta kasih]] (''{{transliteration|pi|mettā}}''), [[Simpati (Buddhisme)|simpati]] (''{{transliteration|pi|mudita}}''), dan [[keseimbangan batin]] (''{{transliteration|pi|upekkhā}}''). Dalam ajaran Buddha, keempat sifat ini harus dikembangkan dan dipancarkan ke segala arah untuk menyucikan pikiranbatin, menghindari akibat buruk, serta membawa kebahagiaan.
 
Bagi penganut aliran [[Theravāda]], pengembangan sifat {{transliteration|pi|karuṇā}} merupakan cara untuk mencapai kehidupan yang bahagia saat ini dan [[kelahiran kembali]] di [[Loka (Buddhisme)|surga]]. Buddha diyakini memilih untuk mengajarkan [[Dhamma]] karena belas kasih terhadap makhluk hidup. ''{{IAST|Karuṇā}}'' juga dianggap sebagai faktor mental indah dalam [[tradisi Abhidhamma]], dengan karakteristik untuk mengembangkan kualitas yang melenyapkan penderitaan untuk menghilangkan penderitaan makhluk lain. Dalam kitab [[Visuddhimagga]], {{transliteration|pi|karuṇā}} digambarkan sebagai harapan untuk menghilangkan ketidaksejahteraan dan penderitaan (''ahita-[[dukkha]]-apanaya-kāmatā'') dari orang lain, dengan "musuh jauh" berupa kekejaman dan "musuh dekat" berupa dukacita sentimental.
Baris 20:
Dalam [[Tripitaka Pali]], [[Siddhattha Gotama|Buddha Gotama]] menganjurkan pengembangan empat kondisi mental yang bajik ini baik bagi [[Perumah tangga (Buddhisme)|para perumah tangga]] maupun [[Biksu|para biksu]]-[[biksuni]].<ref>Misalnya saja, di [[Kesamutti Sutta]] ([[Aṅguttara Nikāya|AN]] 3.65), Sang Buddha berbicara tentang semua Siswa Mulia ({{Transl|pi|Ariya-[[Sāvaka]]}}) yang mengembangkan ''brahmavihāra''. {{Harvard citation text|Thanissaro|1994}}</ref> Ketika seseorang mengembangkan keempat keadaan ini, Sang Buddha menasihatinya untuk memancarkannya ke segala arah, seperti dalam frasa kanonis umum berikut mengenai ''{{IAST|karuṇā}}'':
{{Blockquote|Ia terus-menerus meliputi arah pertama—begitu pula arah kedua, ketiga, dan keempat—dengan [[Perhatian penuh (Buddhisme)|perhatian-penuh]] yang dipenuhi dengan ''karuṇā''. Dengan demikian, ia terus-menerus meliputi atas, bawah, & sekeliling, di mana-mana & dalam seluruh alam semesta yang meliputi segalanya dengan perhatian-penuh yang dipenuhi dengan belas kasih: berlimpah, luas, tak terukur, bebas dari permusuhan, bebas dari niat jahat.<ref>{{harvtxt|Thanissaro|1994}}. "Empat arah" merujuk pada arah timur, selatan, barat, dan utara.</ref>}}
Praktik seperti ini diyakini dapat menyucikan pikiranbatin seseorang, menghindari akibat-akibat buruk, menuntun pada kebahagiaan dalam kehidupan sekarang, dan, jika ada [[Punarbawa|kelahiran kembali]] karena kekuatan [[Karma dalam Buddhisme|karma]] di masa depan, menghasilkan kelahiran di [[Loka (Buddhisme)|alam surga]].<ref>{{Harvard citation text|Thanissaro|1994}}. Mengenai alam surga tempat seseorang yang mengembangkan ''{{IAST|karuṇā}}'' terlahir kembali, {{Harvard citation text|Thanissaro|2006}} mengidentifikasinya sebagai alam dewa yang bercahaya (''ābhassara''), yang rentang hidupnya berlangsung selama dua ''kappa''.</ref>
 
Dalam [[Tripitaka Pali]], Buddha juga digambarkan memilih untuk mengajar [[Dhamma]] “atas dasar belas kasihan terhadap makhluk hidup.”<ref>Dalam bahasa Pali, {{transliteration|pi|sattesu... kāruññataṃ paṭicca}}, ditemukan di [[Digha Nikaya|DN]] 3.6 (terkait [[Buddha Vipassī]]), [[Majjhima Nikaya|MN]] 26.21 dan [[Saṁyutta Nikāya|SN]] 6.1, lihat, misalnya, {{harvtxt|Bodhi|2000|pages=233, 430, ''cat''. 362}}; dan {{harvtxt|Thanissaro|1997}}. Beberapa referensi lain dalam Tripitaka Pali mengenai tindakan Buddha yang berdasarkan “belas kasih” tidak berhubungan secara langsung dengan {{transliteration|pi|karuṇā}} tetapi berhubungan dengan istilah {{transliteration|pi|anukampā}}, yang juga diartikan sebagai "kasihan" (''mercy'') dalam {{harvtxt|Rhys Davids|Stede|1921–25|page=34}}.</ref>
Baris 38:
=== Visuddhimagga ===
{{Lihat pula|Visuddhimagga}}
Kitab komentar untuk [[Suttanipāta]] dan kitab [[Visuddhimagga]] menjelaskan bahwa {{transliteration|pi|karuṇā}} adalah harapan untuk menghilangkan ketidaksejahteraan dan penderitaan ({{transliteration|pi|ahita-[[dukkha]]-apanaya-kāmatā}}) dari orang lain, sedangkan {{transliteration|pi|mettā}} adalah harapan untuk mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan ({{transliteration|pi|hita-[[sukha]]-upanaya-kāmatā}}) bagi orang lain.<ref name=":52">[[Sutta Nipata|Sn]]-[[Atthakatha|A]] 128 (disitasi oleh {{harvtxt|Rhys Davids|Stede|1921–25|page=197}}; lihat pula, {{harvtxt|Buddha Dharma Education Association & BuddhaNet}}. Demikian pula dengan kitab [[Visuddhimagga]] IX.105–109 pascakanonis, memberikan penjelasan lebih lanjut, seperti dengan metafora yang menggambarkan {{transliteration|pi|mettā}} sebagai harapan seorang ibu agar anaknya (sehat) tumbuh besar dan {{transliteration|sa|karuṇā}} sebagai harapan seorang ibu agar anaknya yang sakit bisa sembuh, {{harvtxt|Buddhaghosa|1999|pages=313–14}}.</ref> Selain itu, kitab Visuddhimagga juga menjelaskan "musuh jauh" ({{transliteration|pi|dūrapaccatthika}}) dan "musuh dekat" ({{transliteration|pi|āsannapaccatthika}}) dari setiap sifat dalam [[Brahmavihāra]]:<ref name=":7">{{multiref2|{{harvtxt|Buddhagosha|2010|loc=2.99}}|{{cite web|url=https://www.insightmeditationcenter.org/books-articles/dhamma-lists/|title=Dhamma Lists: Insight Meditation Center|website=www.insightmeditationcenter.org}}}}</ref>{{Tabel empat sifat luhur}}
"Musuh jauh" ''{{IAST|karuṇā}}'' adalah kekejaman, suatu kondisi pikiranbatin yang jelas-jelas bertentangan. “Musuh dekat” (kualitas yang secara dangkal menyerupai ''{{IAST|karuṇā}}'', tetapi sebenarnya secara halus berlawanan dengannya) dari ''{{IAST|karuṇā}}'' adalah perasaan dukacita sentimental (''domanassa''): di sini, seseorang juga ingin menghilangkan penderitaan, tetapi dilandasi alasan yang sebagian bersifat egois (melekat) sehingga bukan merupakan motivasi yang murni.<ref name=":7" />
 
== Mahāyāna ==