Masalah lingkungan hidup di Jepang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5 |
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
||
Baris 1:
[[Polusi]] lingkungan di Jepang telah menyertai industrialisasi sejak [[zaman Meiji]]. Salah satu kasus paling awal adalah keracunan tembaga yang disebabkan oleh drainase dari [[Ashio Copper Mine]] di [[Prefektur Tochigi]], mulai pada awal tahun 1878. Banjir berulang terjadi di cekungan [[Sungai Watarase]], dan 1.600 hektar lahan pertanian dan kota-kota dan desa-desa di prefektur Tochigi dan [[Gunma]] rusak oleh air banjir, yang mengandung senyawa tembaga anorganik berlebihan dari Ashio mine.<ref>[http://www.unu.edu/unupress/unupbooks/uu35ie/uu35ie04.htm The Ashio Copper mine pollution case: The origins of environmental destruction] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101202024654/http://unu.edu/unupress/unupbooks/uu35ie/uu35ie04.htm
Jepang adalah importir utama dunia untuk sumber daya alam yang dapat habis dan terbarukan{{Citation needed|date=August 2013}} dan salah satu konsumen terbesar [[bahan bakar fosil]].<ref>{{Cite web|url=https://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=13711|title=Japan is the second largest net importer of fossil fuels in the world.|date=Nov 7, 2013|website=US Energy Information Administration}}</ref>
Baris 30:
===Pengelolaan sampah===
Jepang membakar hampir dua pertiga limbahnya di [[Insinerasi|insinerator]] kota dan industri.<ref name="Archived copy">{{cite web
|url = http://www.chem.unep.ch/pops/POPs_Inc/press_releases/pressrel-99/pr33.htm
|title = Archived copy
Baris 44:
===Tenaga nuklir===
{{see also|Tenaga nuklir di Jepang}}
Jepang mempertahankan sepertiga dari produksi listriknya dari pembangkit listrik tenaga nuklir. Sementara mayoritas warga Jepang umumnya mendukung penggunaan [[reaktor nuklir]] yang ada, sejak [[bencana nuklir Fukushima Daiichi|kecelakaan nuklir]] di [[Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima I|Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi]] pada 11 Maret 2011, dukungan ini tampaknya telah bergeser ke mayoritas menginginkan Jepang untuk menghapus tenaga nuklir. Mantan Perdana Menteri Naoto Kan adalah politisi terkemuka pertama yang secara terbuka menyuarakan penentangannya terhadap ketergantungan Jepang pada energi nuklir dan menyarankan penghapusan sumber energi nuklir secara bertahap menuju sumber energi terbarukan lainnya.<ref>[https://www.reuters.com/article/japan-nuclear-debate-idUSL3E7F70K320110408 Reuters]</ref><ref>[http://www.iaea.org/Publications/Reports/gponi_report2005.pdf Global Public Opinion on Nuclear Issues and the IAEA] {{webarchive |url=https://web.archive.org/web/20080409124139/http://www.iaea.org/Publications/Reports/gponi_report2005.pdf |date=April 9, 2008 }}, [[International Atomic Energy Agency]]</ref> Keberatan terhadap rencana pembangunan pembangkit lebih lanjut juga meningkat sejak gempa bumi dan tsunami 11 Maret yang memicu melelehnya tiga reaktor di pembangkit listrik Fukushima dai ichi di Jepang Timur.<ref>http://www.theaustralian.com.au/news/breaking-news/japan-pm-naoto-kan-vows-nuclear-free-future/story-fn3dxity-1226109855727</ref>
Pengolahan [[limbah radioaktif]] juga menjadi bahan diskusi di Jepang. Bahan bakar nuklir bekas baru [[Rokkasho Reprocessing Plant|pabrik pemrosesan ulang]] dibangun di [[Rokkasho, Aomori|Rokkasho]] pada tahun 2008, situs [[Repositori geologi dalam|repositori limbah nuklir bawah tanah]] untuk [[Limbah tingkat tinggi|HLW]] dan [[Limbah tingkat rendah|LLW]] belum diputuskan. Beberapa kota setempat mengumumkan rencana untuk melakukan studi lingkungan di lokasi pembuangan, tetapi kelompok warga sangat menentang rencana tersebut.
Baris 60:
===Perencanaan Kota===
[[File:2 Chome Hamamatsuchō, Minato-ku, Tōkyō-to 105-0013, Japan - panoramio (1).jpg|thumb|right|Bangunan padat di Hamamatsucho, Tokyo.]]
Upaya pembangunan kembali secara nasional besar-besaran setelah [[Perang Dunia II]], dan perkembangan dekade berikutnya, menyebabkan urbanisasi dan konstruksi lebih lanjut. Industri konstruksi di Jepang adalah salah satu yang terbesar, dan sementara Jepang memelihara banyak sekali taman dan ruang alami lainnya, bahkan di jantung kotanya, hanya ada sedikit batasan besar tentang di mana dan bagaimana konstruksi dapat dilakukan. [[Alex Kerr (Ahli Jepang)|Alex Kerr]], dalam bukunya "Lost Japan" dan "Dogs & Demons",<ref>Lost Japan: {{ISBN|0-86442-370-5}}; Dogs & Demons: {{ISBN|0-14-101000-2}}</ref> adalah salah satu dari sejumlah penulis yang sangat berfokus pada masalah lingkungan yang terkait dengan industri konstruksi Jepang, dan kekuatan lobi industri yang mencegah pengenalan undang-undang zonasi yang lebih ketat dan masalah lingkungan lainnya.
===Pengelolaan sampah elektronik===
|