Suksesi takhta Tiongkok: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
revisi |
+ |
||
Baris 2:
[[Monarki Tiongkok]] memiliki berbagai metode untuk menentukan '''suksesi takhta Tiongkok''' sebelum institusi tersebut digulingkan pada tahun 1911. [[Dinasti Yuan]] yang dipimpin [[bangsa Mongol]] mempraktikkan sistem [[Tanistri|tanistro darah]], atau persaingan antarsaudara, sementara [[Dinasti Ming]] lebih menyukai sistem [[primogenitur]], dengan seorang kaisar digantikan oleh putra sulungnya. Selama Dinasti Qing yang dipimpin [[bangsa Manchu]], seorang kaisar akan menulis sebuah dekret untuk memilih salah satu putranya secara rahasia. Seorang kaisar dapat memiliki banyak putra dari wanita dengan berbagai pangkat, sehingga pewarisnya mungkin tidak jelas sampai diumumkan.
Secara umum, suksesi Tiongkok dapat diklasifikasikan sebagai warisan pascakematian dan warisan dari ayah kepada anak. Kaisar memilih penerus dari antara anak-anaknya. Ada preferensi kuat untuk anak tertua dari permaisuri. Jika kaisar tidak memiliki anak laki-laki, dia dapat mengadopsi, biasanya dari kerabat dari klan yang sama. Wilayah kekuasaan tidak pernah dibagi di antara para ahli waris. Saudara perempuan dan anak perempuan tidak menjadi faktor dalam proses suksesi. Janda permaisuri sering kali bertindak sebagai [[pembuat raja]], dan terkadang memerintah atas hak mereka sendiri tanpa mengeklaim gelar monarki. [[turun takhta|Turun takhta dengan sukarela]] dimungkinkan, tetapi jarang terjadi.<ref>David R. Olson, Michael Cole, ''[https://books.google.com/books?id=9C_IIVzVteAC Technology, Literacy, and the Evolution of Society]'', Psychology Press, 2013, p. 51.</ref>
==Lihat pula==
|