Perasaan (Buddhisme): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
+missing refs
Faredoka (bicara | kontrib)
ubah struktuur
Baris 1:
{{Buddhist_term|title=''vedanā''|pi={{IAST|vedanā}}|sa=वेदना ({{IAST|vedanā}})|zh=受 (shòu)|vi=受 (thụ, thọ)|ja=受 (ju)|ko=수 (su)|km=វេទនា|km-Latn=vétônéa|bo=ཚོར་བ།|bo-Latn=[[Wylie transliteration|Wylie]]: tshor ba; <br />[[THL Simplified Phonetic Transcription|THL]]: tsorwa|en=feeling, sensation, feeling-tone|my=ဝေဒနာ|my-Latn=wèdənà|mnw=ဝေဒနာ|mnw-Latn=wètənɛ̀a|shn=ဝူၺ်ႇတၼႃႇ|shn-Latn=woj2 ta1 naa2|tl=ᜊ᜔ᜇᜀᜈᜀ (bedana)|th=เวทนา|th-Latn=wetthana|id=perasaan}}
{{Buddhisme|dhamma}}
Dalam [[Buddhisme]], '''perasaan''' ([[Bahasa Pali|Pāli]] dan [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: '''''vedanā''''' वेदना) mengacu pada perasaan<ref>Generally, ''vedanā'' is considered to ''not'' include full-blown "emotions." See the section [[Vedanā#"Feeling," not "emotion"|"Feeling," not "emotion"]] below.</ref> atau sensasi<ref>Lihat, misalnya, Rhys Davids & Stede (1921-25), hlm. 648, entri untuk "Vedanā" (diakses 2008-01-09 dari "University of Chicago" di http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2277.pali), yang awalnya mendefinisikan kata Pali ini secara sederhana sebagai "perasaan (''feeling''), sensasi (''sensation'')."</ref> menyenangkan, tidak menyenangkan, dan netral yang terjadi ketika [[Landasan indra|organ indra]] internal seseorang [[Kontak (Buddhisme)|berkontak]] dengan objek indra eksternal dan [[Kesadaran (Buddhisme)|kesadaran]] terkait. ''Vedanā'' diidentifikasikan sebagai [[Valensi (psikologi)|valensi]] atau "''hedonic tone''" dalam psikologi.
{{Nidana|float=right}}
Dalam [[Buddhisme]], '''perasaan''' ([[Bahasa Pali|Pāli]] dan [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: '''''vedanā''''' वेदना) mengacu pada perasaan<ref>Generally, ''vedanā'' is considered to ''not'' include full-blown "emotions." See the section [[Vedanā#"Feeling," not "emotion"|"Feeling," not "emotion"]] below.</ref> atau sensasi<ref>Lihat, misalnya, Rhys Davids & Stede (1921-25), hlm. 648, entri untuk "Vedanā" (diakses 2008-01-09 dari "University of Chicago" di http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2277.pali), yang awalnya mendefinisikan kata Pali ini secara sederhana sebagai "perasaan (''feeling''), sensasi (''sensation'')."</ref> menyenangkan, tidak menyenangkan, dan netral yang terjadi ketika [[Landasan indra|organ indra]] internal seseorang [[Kontak (Buddhisme)|berkontak]] dengan objek indra eksternal dan [[Kesadaran (Buddhisme)|kesadaran]] terkait. ''Vedanā'' diidentifikasikan sebagai [[Valensi (psikologi)|valensi]] atau "''hedonic tone''" dalam psikologi.
 
Perasan diidentifikasi dalam ajaran Buddha sebagai berikut:
Baris 14 ⟶ 13:
Dalam konteks dua belas tautan (''nidāna''), [[Nafsu kehausan (Buddhisme)|nafsu keinginan]] dan [[Kemelekatan (Buddhisme)|kemelekatan/keterikatan]] terhadap ''vedanā'' menyebabkan [[Penderitaan (Buddhisme)|penderitaan]]; sebaliknya, [[Samatha-vipassanā|kesadaran]] [[Samādhi|terkonsentrasi]] dan [[pemahaman jernih]] terhadap ''vedanā'' dapat mengarah pada [[Bodhi|kecerahan]] dan [[Nirwana|padamnya]] sebab-sebab penderitaan.
 
== DefinisiTheravāda ==
{{Cetasika|universal}}
=== Theravāda ===
Bhikkhu Bodhi menyatakan:
 
: Perasaan adalah [[faktor mental]] yang merasakan objek. Ini adalah mode afektif ketika objek dialami. Kata Pali ''vedanā'' tidak menandakan emosi (yang nampaknya merupakan fenomena kompleks yang melibatkan berbagai faktor mental yang menyertainya), namun kualitas [[Afektivitas|afektif]] semata dari sebuah pengalaman, yang bisa menyenangkan, menyakitkan, atau netral....<ref name="bodhi1">{{Cite book|last=Bodhi|first=Bhikkhu|date=6 November 2012|url=https://books.google.com/books?id=ACrogsyJmoAC&q=Vedan%C4%81|title=Bhikkhu Bodhi (2003), hlm. 80|isbn=9781938754241}}</ref>
 
[[Nina van Gorkom]] menyatakan:
 
: Ketika kita mempelajari Abhidhamma, kita belajar bahwa '''vedanā''<nowiki/>' tidak sama dengan apa yang kita maksud dengan "perasaan" dalam bahasa konvensional. Perasaan adalah ''[[Namarupa|nāma]]'', ia mengalami sesuatu. Perasaan tidak pernah muncul sendirian; ia menyertai ''citta'' dan [[Faktor mental|''cetasika'']] lainnya dan dikondisikan oleh mereka. Jadi, perasaan adalah ''nāma'' yang terkondisi. ''Citta'' tidak merasakan, ia mengenali objek dan ''vedanā'' merasakan...
 
: Semua perasaan memiliki fungsi ''mengalami rasa, aroma suatu objek'' ([[Aṭṭhasālinī]], I, Bagian IV, Bab I, 109). Kitab Aṭṭhasālinī menggunakan perumpamaan untuk menggambarkan bahwa perasaan mengalami rasa suatu objek dan bahwa ''citta'' serta ''cetasika'' lain yang muncul bersama dengan perasaan mengalami rasa tersebut hanya sebagian saja. Seorang juru masak yang telah menyiapkan makanan untuk raja hanya mencicipi makanan tersebut dan kemudian menawarkannya kepada raja yang menyukai rasanya:
 
:: ... dan sang raja, sebagai tuan, ahli, dan majikan, memakan apa pun yang disukainya, begitu pula sekadar mencicipi makanan oleh si juru masak bagaikan kenikmatan sebagian dari objek tersebut oleh dhamma-dhamma yang tersisa (''citta'' dan berbagai ''cetasika'' lainnya), dan seperti halnya si juru masak mencicipi sebagian makanan, maka dhamma-dhamma yang tersisa menikmati sebagian dari objek tersebut, dan seperti halnya sang raja, sebagai tuan, ahli, dan majikan, memakan makanan sesuai keinginannya, demikian pula perasaan, sebagai tuan, ahli, dan majikan, menikmati rasa dari objek tersebut, dan oleh karena itu dikatakan bahwa kenikmatan atau pengalaman adalah fungsinya.
 
=== TheravādaPenjelasan ===
: Jadi, semua perasaan memiliki kesamaan, yakni mengalami 'rasa' suatu objek. ''Citta'' dan ''cetasika'' pendamping lainnya juga mengalami objek tersebut, namun perasaan mengalaminya dengan caranya sendiri yang merupakan ciri khasnya.<ref name="gorkom12">Gorkom (2010), [http://www.zolag.co.uk/Cetasikas/html_node/Feeling.html#Feeling Definition of Feeling]</ref>
 
=== Mahāyāna ===
Kitab [[Abhidharma-samuccaya]] menyatakan:
 
: Apakah ciri khusus ''vedanā'' yang mutlak? Yaitu untuk mengalami. Dengan kata lain, dalam pengalaman apapun, apa yang kita alami adalah kematangan individu dalam setiap tindakan positif atau negatif sebagai hasil akhirnya.<ref name="g12">Guenther (1975), Kindle Locations 329-331.</ref>
 
Mipham Rinpoche menyatakan:<ref name="eric12">Kunsang (2004), hlm. 21.</ref>
 
: Perasaan/sensasi diartikan sebagai kesan.
: Agregat perasaan/sensasi dapat dibagi menjadi tiga: menyenangkan, menyakitkan, dan netral. Atau, ada lima: kesenangan jasmani, kesenangan mental, kesakitan jasmani, kesakitan mental, dan perasaan/sensasi netral.
: Dalam hal dukungan, ada enam perasaan/sensasi yang dihasilkan dari kontak...
 
Alexander Berzin menguraikan faktor mental ini sebagai ''perasaan'' (''tshor-ba'', Skt. ''vedanā) suatu tingkat kebahagiaan''. Dia menyatakan:<ref>{{Cite web|title=Overview of Buddha-Nature|url=https://studybuddhism.com/en/advanced-studies/lam-rim/buddha-nature/overview-of-buddha-nature|website=studybuddhism.com}}</ref>
 
: Ketika kita mendengar kata "perasaan" dalam konteks Buddhisme, yang dimaksud di sini hanyalah: merasakan tingkat kebahagiaan atau kebahagiaan tertentu, di suatu tempat dalam spektrum tersebut. Jadi, atas dasar kesadaran kontak yang menyenangkan—yang mudah terlintas dalam pikiran—kita merasa bahagia. Kebahagiaan adalah: kami ingin itu terus berlanjut. Dan, atas dasar kesadaran kontak yang tidak menyenangkan—yang tidak mudah datang ke pikiran, pada dasarnya kita ingin menyingkirkannya—kita merasa tidak bahagia. “Ketidakbahagiaan” adalah kata yang sama dengan “penderitaan” (''mi-bde-ba,'' Skt. ''duḥkha''). Ketidakbahagiaan adalah: Saya tidak ingin meneruskan ini; Saya ingin berpisah dari ini.
 
: Dan kesadaran kontak netral. Kami merasa netral tentang hal itu—tidak ingin meneruskannya atau menghentikannya...
 
=== Hubungan dengan "emosi" ===
''Vedanā'' adalah [[Valensi (psikologi)|valensi]] atau "''hedonic tone''" yang berbeda dari psikologi emosional, yang diidentifikasi dan diisolasi secara neurologis.
 
Guru-guru kontemporer, seperti [[Bhikkhu Bodhi]] dan [[Chögyam Trungpa]] Rinpoche, mengklarifikasi hubungan antara ''vedanā'' (sering diterjemahkan sebagai "perasaan") dan gagasan Barat tentang "emosi."
 
Bhikkhu Bodhi menulis:
 
: “Kata Pali ''vedanā'' tidak menandakan emosi (yang nampaknya adalah sebuah fenomena kompleks yang melibatkan berbagai faktor mental yang menyertainya), namun kualitas [[Afektivitas|afektif]] semata dari sebuah pengalaman, yang bisa menyenangkan, menyakitkan, atau netral.”<ref name="bodhi1"/>
 
Chögyam Trungpa Rinpoche menulis:
: "Dalam kasus [yakni dalam ajaran Buddha] 'perasaan' bukanlah pengertian perasaan yang biasa kita pahami. Perasaan ini bukanlah perasaan yang kita anggap serius, seperti, misalnya, ketika kita berkata, 'Dia menyakiti perasaanku.' Perasaan seperti ini yang kita anggap serius termasuk dalam [[Gugusan (Buddhisme)|''skandha'']] keempat dan kelima dari ''[[saṅkhāra]]'' dan [[Kesadaran (Buddhisme)|kesadaran]] ."<ref>Trungpa (2001), hlm. 32.</ref>
== Atribut ==
Secara umum, [[Tripitaka Pali]] menguraikan ''vedanā'' dalam tiga "jenis" dan enam "jenis." Beberapa diskursus (''sutta'') membahas pencacahan alternatif yang mencakup hingga 108 jenis.
 
==== Tiga jenis, dan enam jenis ====
{{Diagram Chachakka|figno=1}}Dalam seluruh diskursus [[Tripitaka Pali|kanonis]] ([[Suttapiṭaka|Sutta Piṭaka]]), Sang [[Siddhattha Gotama|Buddha]] mengajarkan bahwa ada tiga jenis ''vedanā'':
 
:* menyenangkan (''[[sukha]]'')
:* tidak menyenangkan ( ''[[Penderitaan (Buddhisme)|dukkhādukkha]]'' )
:* bukan tidak-menyenangkan maupun bukan menyenangkan ( ''adukkham-asukhāadukkhamasukha'', "ambivalen", terkadang disebut "netral" dalam terjemahan) <ref>See, for instance, [[Samyutta Nikaya|SN]] 36.5, ''Datthabba Sutta'' [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn36/sn36.005.nypo.html (Nyanaponika, 1983).]
In the Visuddhimagga 460, there is a similar but different threefold enumeration: wholesome (''kusalā''), unwholesome (''akusalā'') and indefinite (''avyākatā'') (Rhys Davids & Stede, 1921–25, ''ibid'').</ref>
 
Baris 78 ⟶ 34:
:* perasaan yang timbul dari kontak tubuh, sentuhan, dan kesadaran-tubuh
:* perasaan yang timbul dari kontak batin (''mano''), objek-batin (''[[Darma|dhamma]]''), dan kesadaran-batin<ref>See, for example, the ''Chachakka Sutta'' ([[Majjhima Nikaya|MN]] 148) which ascribes to the Buddha the following words:
 
: "'The six classes of feeling should be known.' Thus was it said. In reference to what was it said? Dependent on the eye & forms there arises consciousness at the eye. The meeting of the three is contact. With contact as a requisite condition there is feeling. Dependent on the ear & sounds there arises consciousness at the ear. The meeting of the three is contact. With contact as a requisite condition there is feeling. Dependent on the nose & aromas there arises consciousness at the nose. The meeting of the three is contact. With contact as a requisite condition there is feeling. Dependent on the tongue & flavors there arises consciousness at the tongue. The meeting of the three is contact. With contact as a requisite condition there is feeling. Dependent on the body & tactile sensations there arises consciousness at the body. The meeting of the three is contact. With contact as a requisite condition there is feeling. Dependent on the intellect & ideas there arises consciousness at the intellect. The meeting of the three is contact. With contact as a requisite condition there is feeling. 'The six classes of feeling should be known.' Thus was it said...." [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.148.than.html (Thanissaro, 1998.)]
For other references to the "six classes of feeling/sensation," see the ''Sattaṭṭhāna Sutta'' ([[Samyutta Nikaya|SN]] 22.57) [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn22/sn22.057.than.html (Thanissaro, 1997b)], and the ''Vedanā Sutta'' ([[Saṁyutta Nikāya|SN]] 25.5) [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn25/sn25.005.than.html (Thanissaro, 2004).]</ref>
 
==== Dua, tiga, lima, enam, 18, 36, 108 jenis ====
Dalam beberapa diskursus (''sutta''), banyak jenis ''vedanā'' disinggung berkisar antara dua sampai 108, sebagai berikut:
 
Baris 94 ⟶ 51:
Dalam [[Sastra Pali|kepustakaan Pali]] yang lebih luas, dari pencacahan di atas, kitab [[Visuddhimagga]] pasca-kanonis menyoroti lima jenis ''vedanā'': kesenangan fisik (''sukha''); ketidaksenangan fisik (''dukkha''); kesenangan batiniah (''somanassa''); ketidaksenangan batiniah (''domanassa''); dan, ketenangan (''upekkhā'').<ref>Vism. 461 (Rhys Davids & Stede, 1921-25, hlm. 648, [https://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2277.pali entry for "Vedanā."]; see this entry also regarding the distinction between "modes" and "types."</ref>
 
=== Kerangka kerja kanonis ===
{{Diagram gugusan|figno=2}}{{Pengembangan konsentrasi}}''Vedanā'' merupakan fenomena penting dalam kerangka-kerangka yang sering diidentifikasi dalam Tripitaka Pali berikut ini:
 
* "lima [[Gugusan (Buddhisme)|gugusan]]"
* dua belas kondisi (''nidāna'') [[Kemunculan Bersebab]]
* empat "dasar perhatian-penuh"{{Nidana|float=right}}
 
==== Gugusan batin ====
''Vedanā'' adalah salah satu dari lima kelompok unsur kehidupan (Sanskerta: ''[[Gugusan (Buddhisme)|skandha]]''; Pali: ''khandha'') yang melekat (Sanskerta: ''[[Kemelekatan (Buddhisme)|upādāna]]''; lihat Figur 2 di sebelah kanan). Dalam Tripitaka Pali, seperti yang ditunjukkan di atas, perasaan muncul dari kontak antara organ indra, objek indera, dan kesadaran.
 
==== Kondisi sentral ====
Dalam [[Kemunculan Bersebab]] (Sanskerta: ''[[Kemunculan Bersebab|pratītyasamutpāda]]''; Pali: ''{{IAST|paṭiccasamuppāda}}''), Sang Buddha menjelaskan bahwa:
 
Baris 112 ⟶ 69:
Dalam kitab [[Visuddhimagga]] pasca-kanonis yang disusun abad ke-5, perasaan (''vedanā'') diidentifikasikan sebagai sesuatu yang muncul ''secara simultan'' dan ''tak terpisahkan'' dari kesadaran (''[[Kesadaran (Buddhisme)|viññāṇa]]'') dan batin-dan-jasmani (''[[nāmarūpa]]'').<ref>Explicitly, in terms of the language of the [[Abhidhamma]], the Visuddhimagga (XVII, 201-228) identifies that the conditions (''nidāna'') of consciousness, mind-body, the six senses, contact and feeling are related (''paccaya'') by conascence, mutuality, support, kamma-result, nutriment, association and presence. (Note that feeling is ''not'' related by dissociation to its precursors.)</ref> Di sisi lain, meski teks ini mengidentifikasi perasaan sebagai ''faktor penentu'' keinginan dan akibat batiniahnya yang mengarah pada penderitaan, hubungan kondisional antara perasaan dan nafsu-keinginan tidak diidentifikasi sebagai sesuatu yang terjadi bersamaan maupun sebagai sesuatu yang diperlukan secara karma.<ref>In particular, [[Visuddhimagga|Vsm]] XVI, 238 identifies the sole relationship between feeling and craving to be "decisive support."</ref>
 
==== Dasar perhatian-penuh ====
Di seluruh Tripitaka Pali, terdapat referensi pada empat "landasan perhatian-penuh" (''[[satipaṭṭhāna]]''): tubuh (''kāya''), perasaan (''vedanā''), kondisi batin/kesadaran (''citta''), dan fenomena batiniah (''[[Darma|dhammā]]''[[Darma|)]]. Keempat landasan ini diakui di antara tujuh kelompok kualitas yang menunjang pencerahan (''[[bodhipakkhiyādhammā]]''). Penggunaan istilah ''vedanā'' dan ''satipaṭṭhāna'' lainnya dalam praktik [[Meditasi (Buddhisme)|meditasi Buddhis]] dapat ditemukan dalam [[Satipaṭṭhāna Sutta]] dan [[Ānāpānasati Sutta]].
 
==== Praktik kebijaksanaan ====
Setiap jenis ''vedanā'' disertai oleh kecenderungan atau obsesi yang mendasarinya (''[[anusaya]]''). Kecenderungan yang mendasari ''vedanā'' yang menyenangkan adalah kecenderungan ke arah [[Nafsu kehausan (Buddhisme)|nafsu]], untuk ''vedanā'' yang tidak menyenangkan, kecenderungan ke arah [[Kebencian (Buddhisme)|kebencian]], dan untuk ''vedanā'' yang tidak menyenangkan maupun tidak menyenangkan, kecenderunganya ke arah [[Ketidaktahuan (Buddhisme)|ketidaktahuan]].<ref>''Chachakka Sutta'' ("Six Sets of Six," [[Majjhima Nikāya|MN]] 148). See for instance, the following statement attributed to the Buddha [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.148.than.html (trans. Thanissaro, 1998)]:
 
: 'Dependent on the eye & forms there arises consciousness at the eye. The meeting of the three is contact. With contact as a requisite condition, there arises what is felt either as pleasure, pain, or neither pleasure nor pain. If, when touched by a feeling of pleasure, one relishes it, welcomes it, or remains fastened to it, then one's passion-obsession gets obsessed. If, when touched by a feeling of pain, one sorrows, grieves, & laments, beats one's breast, becomes distraught, then one's resistance-obsession gets obsessed. If, when touched by a feeling of neither pleasure nor pain, one does not discern, as it actually is present, the origination, passing away, allure, drawback, or escape from that feeling, then one's ignorance-obsession gets obsessed....'</ref>
 
Dalam Tripitaka Pali, disebutkan bahwa [[Meditasi (Buddhisme)|bermeditasi]] dengan konsentrasi (''[[samādhi]]'') pada ''vedanā'' dapat menuntun pada perhatian mendalam (''sati'') dan pemahaman jernih (''[[sampajañña]]'') (lihat Tabel di sebelah kanan).<ref>[[Aṅguttara Nikāya|AN]] 4.41: for Pali, see SLTP (n.d); for English translations, see Nyanaponika & Bodhi (1999), hlm. 88-89, Thanissaro (1997a), Upalavanna (n.d.).</ref> Dengan pengembangan ini, seseorang dapat mengalami langsung di dalam dirinya sendiri realitas [[Kefanaan|ketidakkekalan]] (''[[Ketidakkekalan (Buddhisme)|anicca]]'') dan sifat [[Kemelekatan (Buddhisme)|kemelekatan]]/keterikatan (''upādāna''). Hal ini pada akhirnya dapat mengarah pada pembebasan batin (''[[Nirwana|nibbāna]]'').
 
=== Hubungan dengan "emosi" ===
[[Bhikkhu Bodhi]] mengklarifikasi hubungan antara ''vedanā'' (sering diterjemahkan sebagai "perasaan") dan gagasan Barat tentang "emosi". Bhikkhu Bodhi menulis:
 
: “Kata Pali ''vedanā'' tidak menandakan emosi (yang nampaknya adalah sebuah fenomena kompleks yang melibatkan berbagai faktor mental yang menyertainya), namun kualitas [[Afektivitas|afektif]] semata dari sebuah pengalaman, yang bisa menyenangkan, menyakitkan, atau netral.”<ref name="bodhi1" />
=== Tradisi Abhidhamma ===
{{Cetasika|universal}}
 
Dalam terjemahannya untuk kitab [[Abhidhammatthasaṅgaha]], Bhikkhu Bodhi menyatakan:
 
: Perasaan adalah [[faktor mental]] yang merasakan objek. Ini adalah mode afektif ketika objek dialami. Kata Pali ''vedanā'' tidak menandakan emosi (yang nampaknya merupakan fenomena kompleks yang melibatkan berbagai faktor mental yang menyertainya), namun kualitas [[Afektivitas|afektif]] semata dari sebuah pengalaman, yang bisa menyenangkan, menyakitkan, atau netral....<ref name="bodhi1">{{Cite book|last=Bodhi|first=Bhikkhu|date=6 November 2012|url=https://bookswww.googlesaraniya.com/books?id=ACrogsyJmoAC&q=Vedan%C4%81/meditation/Bhikkhu_Bodhi-Comprehensive_Manual_of_Abhidhamma.pdf|title=Bhikkhu Bodhi (2003), hlm. 80|isbn=9781938754241|url-status=live}}</ref>
 
Bhikkhu[[Nina Bodhivan Gorkom]] menyatakan:
 
: Ketika kita mempelajari Abhidhamma, kita belajar bahwa '''vedanā''<nowiki/>' tidak sama dengan apa yang kita maksud dengan "perasaan" dalam bahasa konvensional. Perasaan adalah ''[[Namarupa|nāma]]'', ia mengalami sesuatu. Perasaan tidak pernah muncul sendirian; ia menyertai ''citta'' dan [[Faktor mental|''cetasika'']] lainnya dan dikondisikan oleh mereka. Jadi, perasaan adalah ''nāma'' yang terkondisi. ''Citta'' tidak merasakan, ia mengenali objek dan ''vedanā'' merasakan...
 
: Semua perasaan memiliki fungsi ''mengalami rasa, aroma suatu objek'' ([[Aṭṭhasālinī]], I, Bagian IV, Bab I, 109). Kitab Aṭṭhasālinī menggunakan perumpamaan untuk menggambarkan bahwa perasaan mengalami rasa suatu objek dan bahwa ''citta'' serta ''cetasika'' lain yang muncul bersama dengan perasaan mengalami rasa tersebut hanya sebagian saja. Seorang juru masak yang telah menyiapkan makanan untuk raja hanya mencicipi makanan tersebut dan kemudian menawarkannya kepada raja yang menyukai rasanya:
 
:: ... dan sang raja, sebagai tuan, ahli, dan majikan, memakan apa pun yang disukainya, begitu pula sekadar mencicipi makanan oleh si juru masak bagaikan kenikmatan sebagian dari objek tersebut oleh dhamma-dhamma yang tersisa (''citta'' dan berbagai ''cetasika'' lainnya), dan seperti halnya si juru masak mencicipi sebagian makanan, maka dhamma-dhamma yang tersisa menikmati sebagian dari objek tersebut, dan seperti halnya sang raja, sebagai tuan, ahli, dan majikan, memakan makanan sesuai keinginannya, demikian pula perasaan, sebagai tuan, ahli, dan majikan, menikmati rasa dari objek tersebut, dan oleh karena itu dikatakan bahwa kenikmatan atau pengalaman adalah fungsinya.
 
: Jadi, semua perasaan memiliki kesamaan, yakni mengalami 'rasa' suatu objek. ''Citta'' dan ''cetasika'' pendamping lainnya juga mengalami objek tersebut, namun perasaan mengalaminya dengan caranya sendiri yang merupakan ciri khasnya.<ref name="gorkom12">Gorkom (2010), [http://www.zolag.co.uk/Cetasikas/html_node/Feeling.html#Feeling Definition of Feeling]</ref>
 
=== Mahāyāna ===
Kitab [[Abhidharma-samuccaya]] menyatakan:
 
: Apakah ciri khusus ''vedanā'' yang mutlak? Yaitu untuk mengalami. Dengan kata lain, dalam pengalaman apapun, apa yang kita alami adalah kematangan individu dalam setiap tindakan positif atau negatif sebagai hasil akhirnya.<ref name="g12">Guenther (1975), Kindle Locations 329-331.</ref>
 
Mipham Rinpoche menyatakan:<ref name="eric12">Kunsang (2004), hlm. 21.</ref>
 
: Perasaan/sensasi diartikan sebagai kesan.
: Agregat perasaan/sensasi dapat dibagi menjadi tiga: menyenangkan, menyakitkan, dan netral. Atau, ada lima: kesenangan jasmani, kesenangan mental, kesakitan jasmani, kesakitan mental, dan perasaan/sensasi netral.
: Dalam hal dukungan, ada enam perasaan/sensasi yang dihasilkan dari kontak...
 
Alexander Berzin menguraikan faktor mental ini sebagai ''perasaan'' (''tshor-ba'', Skt. ''vedanā) suatu tingkat kebahagiaan''. Dia menyatakan:<ref>{{Cite web|title=Overview of Buddha-Nature|url=https://studybuddhism.com/en/advanced-studies/lam-rim/buddha-nature/overview-of-buddha-nature|website=studybuddhism.com}}</ref>
 
: Ketika kita mendengar kata "perasaan" dalam konteks Buddhisme, yang dimaksud di sini hanyalah: merasakan tingkat kebahagiaan atau kebahagiaan tertentu, di suatu tempat dalam spektrum tersebut. Jadi, atas dasar kesadaran kontak yang menyenangkan—yang mudah terlintas dalam pikiran—kita merasa bahagia. Kebahagiaan adalah: kami ingin itu terus berlanjut. Dan, atas dasar kesadaran kontak yang tidak menyenangkan—yang tidak mudah datang ke pikiran, pada dasarnya kita ingin menyingkirkannya—kita merasa tidak bahagia. “Ketidakbahagiaan” adalah kata yang sama dengan “penderitaan” (''mi-bde-ba,'' Skt. ''duḥkha''). Ketidakbahagiaan adalah: Saya tidak ingin meneruskan ini; Saya ingin berpisah dari ini.
 
: Dan kesadaran kontak netral. Kami merasa netral tentang hal itu—tidak ingin meneruskannya atau menghentikannya...
 
=== Hubungan dengan "emosi" ===
Guru-guru kontemporer, seperti [[Bhikkhu Bodhi]] dan [[Chögyam Trungpa]] Rinpoche, mengklarifikasi hubungan antara ''vedanā'' (sering diterjemahkan sebagai "perasaan") dan gagasan Barat tentang "emosi"." Chögyam Trungpa Rinpoche menulis:
: "Dalam kasus [yakni dalam ajaran Buddha] 'perasaan' bukanlah pengertian perasaan yang biasa kita pahami. Perasaan ini bukanlah perasaan yang kita anggap serius, seperti, misalnya, ketika kita berkata, 'Dia menyakiti perasaanku.' Perasaan seperti ini yang kita anggap serius termasuk dalam [[Gugusan (Buddhisme)|''skandha'']] keempat dan kelima dari ''[[saṅkhāra]]'' dan [[Kesadaran (Buddhisme)|kesadaran]] ."<ref>Trungpa (2001), hlm. 32.</ref>
== Terjemahan alternatif ==
Terjemahan alternatif untuk istilah ''vedanā'' adalah: