Radikalisasi algoritmik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 14:
Contoh kasusnya adalah rencana serangan teroris yang berujung penangkapan terhadap beberapa remaja di [[Wina]], [[Austria]] pada tahun 2024. Para remaja ini berencana akan melakukan serangan teroris di konser [[Taylor Swift]].<ref>{{Cite web|last=antaranews.com|date=2024-08-22|title=Taylor Swift buka suara terkait teror konser di Wina|url=https://www.antaranews.com/berita/4278323/taylor-swift-buka-suara-terkait-teror-konser-di-wina|website=Antara News|language=id|access-date=2024-12-14}}</ref> Penyelidikan telah mengungkapkan bahwa beberapa tersangka telah teradikalisasi secara daring, dengan [[TikTok]] menjadi salah satu pelantar yang digunakan untuk menyebarkan konten ekstremis dengan memengaruhi keyakinan dan tindakan mereka.<ref>{{Cite web|last=Tejeda|first=Gaby|date=2024-08-09|title=TikTok Jihad: Terrorists Leverage Modern Tools to Recruit and Radicalize|url=https://thesoufancenter.org/intelbrief-2024-august-9/|website=The Soufan Center|language=en-US|access-date=2024-12-14}}</ref>
== Solusi ==
Fenomena radikalisasi algoritmik adalah tantangan kompleks yang membutuhkan pendekatan multiaspek dengan melibatkan kebijakan pemerintah, teknologi, dan pendidikan. Langkah yang dapat diambil adalah dengan meningkatkan transparansi algoritma yang digunakan perusahaan media sosial. Pemerintah atau lembaga regulator dapat membuat peraturan yang mewajibkan pelantar media sosial untuk lebih transparan mengenai cara kerja algoritma mereka. Hal ini akan memungkinkan [[peneliti]], [[akademisi]], dan masyarakat umum untuk lebih memahami bagaimana cara konten di media sosial direkomendasikan. Perusahaan media sosial juga dapat melakukan upaya memoderasi terhadap konten buatan penggunanya dan membuat sistem yang dapat mengidentifikasi, melacak, dan menghapus konten radikal serta memblokir pengguna yang terlibat dengan cepat.
== Referensi ==
{{Reflist}}
|