Radikalisasi algoritmik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 10:
 
== Dampak ==
Fenomena radikalisasi algoritmik telah dimanfaatkan oleh berbagai kelompok teroris ekstremis, termasuk organisasi [[jihadis]] seperti [[ISIS]]. Kelompok-kelompok ekstrem ini telah memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan propaganda sekaligus merekrut anggotanya.<ref name=":0" /> Algoritma yang digunakan pada pelantar seperti X (dahulu [[Twitter]]), [[Facebook]], dan [[FacebookTikTok]] dengan tidak sengaja telah memperkuat eksistensi konten seperti ini dengan cara merekomendasikannya kepada pengguna yang menunjukkan ketertarikan terhadap topik terkait konten tersebut.<ref>{{Cite web|last=Tejeda|first=Gaby|date=2024-08-09|title=TikTok Jihad: Terrorists Leverage Modern Tools to Recruit and Radicalize|url=https://thesoufancenter.org/intelbrief-2024-august-9/|website=The Soufan Center|language=en-US|access-date=2024-12-14}}</ref>
 
Contoh kasusnya adalah rencana serangan teroris yang berujung penangkapan terhadap beberapa remaja di [[Wina]], [[Austria]] pada tahun 2024. Para remaja ini berencana akan melakukan serangan teroris di konser [[Taylor Swift]].<ref>{{Cite web|last=antaranews.com|date=2024-08-22|title=Taylor Swift buka suara terkait teror konser di Wina|url=https://www.antaranews.com/berita/4278323/taylor-swift-buka-suara-terkait-teror-konser-di-wina|website=Antara News|language=id|access-date=2024-12-14}}</ref> Hasil penyelidikan mengungkapkan bahwa beberapa tersangka telah teradikalisasi secara daring, dan [[TikTok]] menjadi salah satu pelantar yang digunakan untuk menyebarkan konten ekstremis dengan memengaruhi keyakinan dan tindakan mereka.<ref>{{Cite web|last=Tejeda|first=Gaby|date=2024-08-09|title=TikTok Jihad: Terrorists Leverage Modern Tools to Recruit and Radicalize|url=https://thesoufancenter.org/intelbrief-2024-august-9/|website=The Soufan Center|language=en-US|access-date=2024-12-14}}</ref>
 
== Solusi ==