Evie Tamala: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 54:
Saat itulah ia mulai menggunakan nama panggung ''Evie Tamala''. Tidak diketahui dari mana inspirasi nama Evie. Sedangkan Tamala diambil dari nama kota kelahirannya, Tasikmalaya.
Satu tahun kemudian ([[1989]]) Evie membuat album ketiganya, "Dokter Cinta". Album ini meledak di pasaran dan mampu mendongkrak nama Evie sejajar dengan penyanyi dangdut lainnya, seperti [[Elvy Sukaesih]], [[Camelia Malik]] maupun [[Rita Sugiarto]]. Konon kesuksesan tersebut juga karena video klip lagu “Dokter Cinta menyertakan [[Doyok]] yang bertingkah jenaka dengan keluwesan tubuhnya. Keberhasilan tersebut disusul oleh kesuksesan album-album berikutnya, antara lain ''Hari-Hari Cinta'' (1990), ''Aduh Sayang'' (1991), ''Cinta Ketok Magic'' (1991), ''Cinta Parabola'' (1992), ''Rambut'' (1993), ''Album Jawa'', ''Kangen'' (1993), ''Kangmas'' (1994), ''Rembulan Malam'' (1994), ''Rahasia Cinta'' (1995), ''Selamat Malam'' (1996), ''Duka & Lukaku'' (1996), ''Disco Dangdut Remix Selamat Malam'' (1997) ''Suara Hati'' (
Kesuksesan album Rembulan Malam pada [[1994]] yang mana sang pencipta lagu berbeda dari sebelumnya (ciri khas Muchtar B), membuatnya seolah berubah arah pula. Hal ini dikarenakan sejak meledaknya album Rembulan Malam ini, karakter vokal Evie semakin cocok untuk lagu-lagu romantis, melankolis, lembut dengan berbagai sentuhan dan notasi yang penuh warna di ambil dari berbagai genre, seperti masuknya unsur blues, klasik, swing, dan lainnya. Sejak saat itulah, awal kiblat yang dulunya ke Muchtar B, berubah ke Aliek Ababil dengan sentuhan yang berbeda seperti sudah dijelaskan di atas. Contoh di album Selamat Malam yang sangat sukses meledak di pasaran, lagu-lagu di dalam album tersebut lebih berwarna sentuhan musiknya, terutama untuk lagu Dia Adalah Dia. Dan setelah itu Evie juga meluncurkan album Suara Hati yang lebih dan lebih berwarna lagi sentuhan musiknya dari album Selamat Malam. Bahkan untuk beberapa lagunya bisa dikatakan bukan seperti lagu-lagu Dangdut pada umumnya. Misalnya pada lagu Seribu Purnama, Malam Ini, Ku Ingin, dan beberapa lagu lainnya serta album setelahnya. Dari berbagai explorasi tersebut, ternyata Evie seakan lebih nyaman dengan lagu-lagu Dangdut romantis, melankolis, lembut dengan berbagai "kolaborasi" genre di dalamnya. Belum lagi kata-kata yang terucap sebelum atau saat intro lagu nan puitis juga menggambarkan bahwa Evie Tamala sudah mapan dengan karakter Dangdutnya saat ini.
|