Connie Rahakundini Bakrie: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aditya Rizaldy (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Aditya Rizaldy (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 74:
- [[Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia|Kementerian Luar Negeri (Kemlu)]]
 
- [[Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Republik Indonesia|Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam)]]
 
- [[Kementerian Pertahanan Republik Indonesia|Kementerian Pertahanan (Kemhan)]]
 
- Dewan Pertahanan Nasional (Wantanas)
Baris 82:
- Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas)
 
- [[Badan Intelijen Negara Republik Indonesia|Badan Intelijen Negara (BIN)]]
 
- [[Badan Intelijen Strategis|Badan Intelijen Strategis TNI (Bais TNI)]]
 
- [[Tentara Nasional Indonesia|Markas Besar TNI (Mabes TNI)]]
 
- [[Kepolisian Negara Republik Indonesia|Markas Besar Polri (Mabes Polri)]]
 
== Pemikiran dan Karya Tulis ==
Buku "Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal"  (2007) ditulisnya sebagai karya saat menyelesaikan studi S2 dan memperoleh gelar Master of Science dari [[Universitas Indonesia]] dengan tesis bertajuk "Pembangunan Kekuatan Pertahanan Negara: Studi Perencanaan Pembangunan Kekuatan TNI yang Ideal dalam Menjalankan Fungsi Pertahanan Negara di Masa Mendatang".
 
Buku "Defending Indonesia" (2008) membahas tantangan pertahanan, diluncurkan di Kedutaan Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Washington DC dan National Defence University, Pentagon.<ref>{{Cite web|last=antaranews.com|date=2013-01-09|title=Rahakundini raih gelar doktor politik UI|url=https://www.antaranews.com/berita/352203/rahakundini-raih-gelar-doktor-politik-ui|website=Antara News|language=id|access-date=2024-12-13}}</ref><ref>{{Cite web|title=Profil Connie Rahakundini Bakrie|url=https://tirto.id/tokoh/connie-rahakundini-bakrie-bat|website=tirto.id|language=id|access-date=2024-12-13}}</ref> Buku ini kemudian memicu perdebatan terkait prioritas strategis TNI. Kritikus menilai rekomendasinya terlalu berfokus pada pertahanan maritim dan dirgantara, sehingga dianggap mengabaikan kebutuhan pertahanan lainnya. Selain itu ia dengan jelas menuliskan bahwa TAP VI dan VII MPR RI merupakan kesalahan, karena dua alasan :
Baris 99:
2. Menempatkan Polri langsung berada di bawah Presiden.
 
Kedua buku karya Profesor Connie menjadi rujukan-rujukan yang digunakan Menteri Pertahanan RI periode 2004 s/d 2009, Profesor [[Juwono Sudarsono]], yang merupakan figur sipil kedua yang menjabat Menteri Pertahanan RI setelah [[Mahfud MD|Mohammad Mahfud Mahmodin (Mahfud MD)]], dalam menyusun program kebijakan jangka panjang terkait proses modernisasi atau peremajaan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) Indonesia yang dikenal dengan nama Minimum Essential Force (MEF / Kekuatan Pokok Minimal).<ref>{{Cite web|last=Rizkita|first=Neshka|title=Arti Minimum Essential Force yang Disinggung di Debat Pilpres|url=https://www.detik.com/jatim/berita/d-7130236/arti-minimum-essential-force-yang-disinggung-di-debat-pilpres|website=detikjatim|language=id-ID|access-date=2024-12-13}}</ref>
 
Kebijakan MEF yang dirancang agar dalam 3 Renstra (Rencana Strategis) selama 15 tahun, atau 3 periode pemerintahan, hingga 2024. Kebijakan MEF ini kemudian diketok palu menjadi program jangka panjang sejak 2009 s/d 2024 ini, banyak memasukkan pemikiran yang dituangkan Connie dalam dua bukunya, maupun karya-karya ilmiah di bidang pertahanan yang melibatkan langsung peran serta Profesor Connie dalam perencanaan Renstra untuk merealisasi MEF. Tiga pilar komponen postur dalam kebijakan MEF 2009 s/d 2024 yang dicanangkan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, yakni : Kekuatan, Sebaran, Penempatan, dan Kemampuan, yang merupakan intisari dari dua buku yang ditulis oleh Connie.
Baris 124:
 
== Kontribusi Pertahanan dan Maritim ==
Sebagai suaka terkemuka dalam strategi pertahanan Indonesia, Profesor Connie mendirikan Indonesia Maritime Institute (IMI) dan menjabat sebagai Pengawas di Indonesia Institute of Maritime Studies (IIMS) bersama Ambassador [[Hasjim Djalal|Hasyim Djalal]] dan Laksamana [[Bernard Kent Sondakh|Kent Sondakh]], serta Direktur Eksekutif Institute of Defense and Security Studies (IODAS) bersama para pakar hubungan internasional dan pertahanan seniornya seperti Koesnanto AnnggoroAnggoro, [[Andi Widjajanto|Andi Widjayanto]] dan Makmur Keliat.  Ia juga tercatat berperan aktif di berbagai komunitas internasional, di antaranya :<ref>{{Cite web|title=Wayback Machine|url=https://www.smgconferences.com/documentportal/speakerprofile/162063.pdf|website=www.smgconferences.com|access-date=2024-12-16}}</ref>
 
- ASEAN Political - Security Community (APSC)
 
- [[:en:Council_for_Security_Cooperation_in_the_Asia_Pacific|Council for Security Cooperation in the Asia Pacific (CSCAP), Melbourne, Australia]]
 
- International SLOCS (Sea Lanes of Communication) Academic Community
 
- [[:en:Sorbonne_University|International Scholars of Non Aligned Movement, Sorbonne dan Le Havre University, PerancisSaatPerancis]]

Saat berperan aktif sebagai sebagai Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Pertahanan Swasta Nasional (Pinhantanas), ia mendorong perlunya melibatkan Industri Pertahanan Swasta untuk mengakselerasi Industri Pertahanan Nasional yang saat itu masih sepenuhnya dikuasai negara, sekaligus mengkritisi keras industri pertahanan swasta semu (pseudo indhan) yang dianggapnya sebagai bentuk kebohongan publik dan melemahkan industri, serta membahayakan aktor pertahanan Indonesia di medan tugas.
 
=== Kontroversi ===
Profesor Connie dikenal sebagai sosok yang tajam dalam melontarkan kritik berbasis data ilmiah yang kuat, khususnya di sektor Pertahanan. Kritiknya terkenal keras terhadap tokoh-tokoh militer dan politik, menjadikan dirinya sering berada di pusat kontroversi dan menerima penolakan maupun hujatan, sekaligus menuai pujian dan dukungan dari berbagai pihak.
 
Sebagai contoh, kritiknya kepada Panglima TNI [[Gatot Nurmantyo]] yang mengedepankan kepentingan politik, dinilai Connie akan mengganggu upaya membangun TNI sebagai kekuatan pertahanan yang modern dan profesional.[https://nasional.kompas.com/read/2017/09/25/16134411/manuver-panglima-tni-dianggap-bawa-tni-ke-ranah-politik] Rangkaian kritik Connie memicu perubahan penting dalam kepemimpinan militer dan berakhir dengan pensiun dini Panglima TNI Gatot Nurmantyo, serta ditunjuknya Marsekal TNI AU [[Hadi Tjahjanto]] menjadi Panglima TNI pada 8 Desember 2017.
 
Atas keberaniannya mengkritisi Panglima TNI aktif, majalah internasional Globe Asia memasukkan Connie dalam daftar "99 Most Powerful Women in Indonesia" pada 2017. [https://nasional.okezone.com/read/2017/10/12/337/1794168/globe-asia-rilis-i-most-powerfull-women-i-megawati-wanita-paling-berpengaruh-di-indonesia]