Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fhikri Latifi (bicara | kontrib)
Fhikri Latifi (bicara | kontrib)
 
Baris 162:
[[Berkas:Kraton Yogyakarta 14.JPG|240px|jmpl|ka|Bangsal Kencono, bangunan utama dalam kompleks Keraton Yogyakarta, di belakangnya terdapat nDalem Ageng Proboyakso.]]
[[Berkas:Kraton Yogyakarta 15.JPG|240px|jmpl|ka|Ukiran kepala Kala di Bangsal Manis]]
Di sisi selatan kompleks Sri Manganti berdiri Regol Danapratapa yang menghubungkan dengan kompleks Kedhaton. Di muka gerbang terdapat sepasang arca raksasa ''Dwarapala''dwarapala yang dinamakan ''Cingkarabala'' disebelah timur dan ''Balaupata'' di sebelah barat. Di sisi timur terdapat pos penjagaan. Pada dinding penyekat sebelah selatan tergantung lambang kerajaan, [[Praja Cihna]].<ref>Praja Cihna adalah Lambang Kesultanan Yogyakarta. Di bagian atas terdapat Songkok, mahkota Sultan, menggambarkan bentuk Monarki. Di bawah songkok sebelah kanan dan kiri terdapat Sumping, hiasan telinga, yang menggambarkan sifat waspada dan bijaksana. Di sebelah bawahnya terdapat sepasang sayap mengapit tulisan Ha Ba, singkatan dari Hamengku Buwono yaitu dinasti yang memerintah, dalam aksara Jawa.</ref>
[[Berkas:Jogja.kraton.jpg|jmpl|240px|Gedhong Kaca, Museum Hamengku Buwono IX Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat]]
 
Kompleks kedhaton merupakan inti dari Keraton seluruhnya. Halamannya kebanyakan dirindangi oleh pohon '''Sawo kecik''' (''Manilkara kauki''; famili ''Sapotaceae''). Kompleks ini setidaknya dapat dibagi menjadi tiga bagian halaman (''quarter''). Bagian pertama adalah ''Pelataran Kedhaton'' dan merupakan bagian Sultan. Bagian selanjutnya adalah ''Keputren'' yang merupakan bagian istri (para istri) dan para puteri Sultan. Bagian terakhir adalah ''Kesatriyan'', merupakan bagian putra-putra Sultan. Di kompleks ini tidak semua bangunan maupun bagiannya terbuka untuk umum, terutama dari bangsal Kencono ke arah barat.
 
Di bagian Pelataran Kedhaton, Bangsal Kencana (''Golden Pavilion'') yang menghadap ke timur merupakan balairung utama istana. Di tempat ini dilaksanakan berbagai upacara untuk keluarga kerajaan di samping untuk upacara kenegaraan. Di keempat sisi bangunan ini terdapat ''Tratag'' Bangsal Kencana yang dahulu digunakan untuk latihan menari. Di sebelah barat bangsal Kencana terdapat Dalem Ageng Prabayeksa yang menghadap ke selatan. Bangunan yang berdinding kayu ini merupakan pusat dari Keraton Yogyakarta secara keseluruhan. Di dalamnya disemayamkan Pusaka Kerajaan (''Royal Heirlooms''), Takhta''Dampar SultanKencana'' (Singgasana Raja), dan Lambang-lambang Kerajaan (''Regalia'') lainnya.
 
Di sebelah utara Dalem Ageng Prabayeksa berdiri Gedhong Jene (''The Yellow House'') sebuah bangunan tempat tinggal resmi (''official residence'') Sultan yang bertahta. Bangunan yang didominasi warna kuning pada pintu dan tiangnya dipergunakan sampai [[Hamengkubuwono IX|Sultan HBHamengkubuwana IX]]. Oleh [[Hamengkubuwono X|Sultan HBHamengkubuwana X]] tempat yang menghadap arah timur ini dijadikan sebagai kantor pribadi. Sedangkan Sultan sendiri bertempat tinggal di Keraton Kilen.<ref>Kraton Kilen bermakna Istana Barat</ref> Di sebelah timur laut Gedhong Jene berdiri satu-satunya bangunan bertingkat di dalam keraton, Gedhong Purwaretna Bangunan ini didirikan oleh [[Hamengkubuwono V|Sultan HBHamengkubuwana V]] dan menjadi kantor resmi Sultan. Gedung ini menghadap ke arah bangsal Kencana di sebelah selatannya.
 
Di selatan bangsal Kencana berdiri Bangsal Manis menghadap ke arah timur. Bangunan ini dipergunakan sebagai tempat perjamuan resmi kerajaan. Sekarang tempat ini digunakan untuk membersihkan pusaka kerajaan pada bulan Sura.<ref>Suro adalah bulan pertama dalam kalender [[Jawa]]</ref> Bangunan lain di bagian ini adalah Bangsal Kothak,<ref>Bangunan yang digunakan sebagai tempat menunggu para penari untuk pentas di bangsal Kencana</ref> Bangsal Mandhalasana,<ref>Bangunan yang digunakan sebagai tempat ''abdi-Dalem Musikan'' memainkan ansambel musik diatonis, misalnya Wilhelmus van Nassau, lagu kebangsaan Kerajaan Belanda</ref> Gedhong Patehan,<ref>Bangunan yang digunakan sebagai tempat mempersiapkan minuman teh</ref> Gedhong Danartapura,<ref>Bangunan yang digunakan sebagai kantor Bendahara</ref> Gedhong Siliran,<ref>Bangunan yang digunakan sebagai tempat menyimpan lampu/lentera</ref> Gedhong Sarangbaya,<ref>Bangunan yang digunakan sebagai tempat menyimpan peralatan makan dan minum</ref> Gedhong Gangsa,<ref>Bangunan yang digunakan sebagai tempat memainkan orkestra gamelan, misalnya Gendhing Monggang, suatu hymne khusus bagi Sultan</ref> dan lain sebagainya''.'' Di tempat ini pula sekarang berdiri bangunan baru, Gedhong Kaca sebagai museum [[Hamengkubuwono IX|Sultan HB IX]] tetapi sekarng telah dialihkan menjadi ''tepas'' 'kantor'.