Ngadiharjo, Borobudur, Magelang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Deskripsi Tag: VisualEditor Edit Check (references) activated Edit Check (references) declined (other) Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 19:
Luas Wilayah Desa Ngadiharjo : 590,100 Ha.
Pada abad ke 17 di masa pemerintahan Mataram Islam Ngadiharjo semula
bernama Adiarja. Pada tahun 1725 M Raja Mataram yang bernama Amangkurat II (
Raden Mas Anom) menugaskan Tumenggung Mulyo Diharjo untuk memimpin. Pada
masa itu batas kepemimpinan Tumenggung Mulyo Diharjo adalah Desa Ngadiharjo,
Desa Giripurno, Desa Giritengah, Desa Karangrejo, Desa Karanganyar, Desa
Karangrejo, Desa Tanjungsari, Desa Kembanglimus, Desa Tegalarum, Desa
Kebonsari, dan Ngargoretno.
Masa kepemimpinan Tumenggung Mulyo Diharjo berakhir pada tahun 1772 setelah ia
meninggal kemudian diteruskan oleh putranya yang bernama Kyai Citro Soco. Pada
tahun 1811 masa kepemimpinan Kyai Citro Soco berakhir setelah meninggal dan
digantikan oleh putranya. Putra Kyai Citro Soco bernama Singokromo. Masa jabatan
Singokromo kemudian berakhir pada tahun 1825. Pada waktu itu Singokromo
meninggal di usia muda dan putranya masih kecil.
Menurut cerita dari sesepuh desa, terjadilah bersamaan dengan meninggalnya
Singokromo (yang juga dikenal dengan nama Ki Lurah Krinjing) terjadi Pangeran
Diponegoro Melawan VOC. Setelah ada perselisihan punggawa-punggawa Kerajaan
Mataram Islam. Tahun 1755 M Kerajaan Mataram Islam menjadi dua, Kasultanan
Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta melalui Perjanjian Giyanti.
==Batas wilayah desa ==
|