Pada tanggal 4 April 1808, dua orang imam dari [[Belanda]] tiba di Jakarta, yaitu R.D. [[Jacobus Nelissen]] dan R.D. [[Lambertus Prinsen]].<ref name="katedral">{{id}}2008. "Perjalanan Iman Gereja Katedral". Jakarta: Museum Katedral.</ref> Adapun yang diangkat menjadi Prefek Apostolik pertama adalah R.D. Jacobus Nelissen. Setelah sekitar dua abad perayaan [[ekaristi]] dilarang di Hindia Belanda, pada tanggal 10 April 1808, untuk pertama kalinya diselenggarakan [[misa]] secara terbuka di [[Batavia]] di rumah Dokter F.C.H. Assmuss, kepala Dinas Kesehatan waktu itu. Dokter Assmuss bersama dengan beberapa kawan kemudian mengumpulkan sejumlah orang yang sebagian besar bekerja sebagai tentara. Upacara Misa berlangsung sederhana dengan tempat yang kurang memadai. Kedua imam tersebut untuk sementara tinggal di rumah Dokter Assmuss.
Pada bulan Mei, kedua Pastorimam itu sempat pindah ke rumah bambu yang dipinjamkan pemerintah untuk digunakan sebagai pusat sementara kegiatan-kegiatan Katolik. LetaknyaRumah tersebut terletak di sebuah asrama tentara yang ada di pojok barat daya ''Buffelsveld'' atau [[Lapangan Banteng]] (sekarang kira-kira di antara jalanJalan Perwira dan Jalan Pejambon, di atas tanah yang saat ini di tempatiditempati oleh Kementerian Agama). Pada tanggal 15 Mei 1808, perayaan Misa Kudus pertama dirayakan di gereja darurat (kira-kira tempat parkir [[Masjid Istiqlal]]). Pada waktu itu juga telah dibentuk Badan Pengurus Gereja dan Dana Papa, yang terdiri atas Prefek Apostolik [[Jacobus Nelissen]] sebagai ketua, dengan anggota-anggota Chevreux Le Grevisse, Fils, Bauer, dan Liesart. Selama tahun 1808, berlangsung [[baptis|pembaptisan]] bagi 14 orang, yaitu seorang dewasa keturunan [[Eropa Timur]], delapan anak hasil hubungan gelap, di antaranya ada empat yang ibunya masih berstatus budak, dan hanya lima anak dari pasangan orang-orang tua yang sah status perkawinannya.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
Karena dirasa perlu adanya sebuah rumah ibadah yang dapat digunakan untuk mengumpulkan umat, pada 2 Februari 1810, Pastor Nelissen mendapat sumbangan sebuah kapel dari [[Gubernur-Jenderal]] [[Meester]] [[Herman Daendels]], yaitu sebuah kapel sederhana yang terletak di pinggir Jalan Kenanga, di daerah [[Senen]], menuju [[Istana Weltevreden]] (sekarang menjadi [[RSPAD Gatot Subroto]]). Kapel ini dibangun oleh [[Cornelis Chastelein]] dan sebelumnya dipakai oleh jemaat [[Protestan]] yang berbahasaber[[bahasa Melayu]] dan pada hari biasa dipakai sebagai sekolah. Kapel ini merupakan milik Gubernemen yang dihadiahkan berikut semua isinya, termasuk 26 kursi dan sebuah organ yang sudah tidak dapat digunakan. Karena kondisi bangunan yang kurang layak, Pastor Nelissen segera mengerahkan sejumlah orang untuk merenovasi bangunan. Semua pekerjaan ini dipercayakan kepada pengusaha Tjung Sun dengan pengawasan Jongkind, arsitek, atas nama Dewan Gereja. Kapel inilah yang menjadi Gereja Katolik pertama di Batavia. Dalam bulan yang sama, Gereja Katolik pertama di Batavia ini diberkati dan sebagai pelindungnya dipilih [[Louis IX dari Prancis|Santo Ludovikus]]. Gedung itu memang tidak bagus namun dirasa cukup kuat karena terbuat dari batu dan dapat menampung 200 umat. Di dekat gedung gereja itu dibangun sebuah Pastoran sederhana yang terbuat dari bambu.
Pada tanggal [[10 Mei]] [[1812]], [[Sir Thomas Stamford Raffles]], gubernur Pulau Jawa, beserta istrinya menjadi ibu/bapak permandian dari Olivia Marianne Stamford Raffles Villeneuve, putri dari Ludorici Francisci Josephi Villeneuve dan Jeanna Emilie Gerische Conjugum.<ref name="katedral"/> Pada tanggal 6 Desember 1817, jenazah Prefektur Apostolik pertama, Mgr. [[Jacobus Nellisen]], yang meninggal dunia karena sakit [[TBC]] disemayamkan di Kuburan Tanah Abang.<ref name="katedral"/> Posisi Nellisen digantikan oleh R.D. [[Lambertus Prinsen]] yang sejak tahun 1808 bertugas di Semarang. Meskipun Pastor Prinsen telah menjadi Prefek Apostolik Jakarta yang kedua, dia lebih sering berada di Semarang.
Pada tanggal [[27 Juli ]] [[1826 ]], terjadi kebakaran di segitigaSegitiga Senen. Pastoran turut lebur menjadi abu bersama dengan 180 rumah lainnya ,. sementara itu gedungGedung gereja selamat namundari gedungnyakebakaran, tetapi gedung itu sudah rapuh juga dan tidak dapat digunakan lagi.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/> ▼
Pada tanggal [[6 Desember]] [[1817]], jenasah Prefektur Apostolik pertama, Mgr Jacobus Nellisen, yang meninggal karena sakit TBC disemayamkan di kuburan Tanah Abang.<ref name="katedral"/> Digantikan Pastor Prinsen, Pr yang sejak tahun 1808 bertugas di Semarang. Meskipun Pastor Prinsen, Pr telah menjadi Prefek Apostolik Jakarta yang ke dua, dia lebih sering berada di Semarang
▲Pada tanggal [[27 Juli]] [[1826]], terjadi kebakaran di segitiga Senen. Pastoran turut lebur menjadi abu bersama dengan 180 rumah lainnya, sementara itu gedung gereja selamat namun gedungnya sudah rapuh juga dan tidak dapat digunakan lagi.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
=== 1827–1890 ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De kathedraal aan het Waterlooplein in Batavia TMnr 60025933.jpg|jmpl|200px|Gereja Katedral Batavia (ca.1870-1900{{circa}} 1870–1900).]]
Pada waktu itu yang menjabat sebagai Komisaris Jenderal adalah [[Leonard Pierre Joseph du Bus de Gisignies|Leonardus Petrus Josephus Burggraaf Du Bus de Ghisignies]], seorang ningrat yang juga beragama Katolik, berasal dari daerah [[Komunitas Flandria|Vlaanderen]] di [[Belgia]]. Ia memiliki wewenang penuh di Batavia, serta lebih tinggi kekuasaannya dari seorang Gubernur Jenderal. Selama jabatan Du Bus De Ghisignies, 1825-1830, [[Gereja Katolik di Indonesia]] bisa bernapas lega. Ia beragama Katolik dan sangat memperhatikan kebutuhan umat. Ia juga sangat berjasa dalam menciptakan kebebasan kehidupan beragama di Batavia waktu itu. Salah satu jasanya adalah ''Regeringsreglement'' yang dibuatnya, pada pasal 97 diletakkan: "Pelaksanaan semua agama mendapat perlindungan pemerintah". Ia juga mendesak Pastor Prinsen untuk segera menetap di Jakarta.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
Ketika gedung ini pertama kali dibangun dulu, para pejabat genie (pasukan zeni) waktu itu menilai gedung gereja yang menghabiskan biaya 628.000 gulden rancangan P.A Dijkmans tersebut sebagai "gedung yang terlampau kuat" mengingat struktur gedung dan material yang digunakan sungguh-sungguh pilihan yang terbaik. Maka sampai sekarang - 100 tahun sesudahnya - gereja Katolik utama di Jakarta tetap berdiri tegak.
[[Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-05.jpg|jmpl|Pintu Masuk Utama]] ▼
== Arsitektur dan eksterior ==
* Arsitektur gerejaGereja Katedral Jakarta dibuat dengan gaya [[Kebangkitan Gotik|neo-gotik]]. Denah dengan bangunan berbentuk salib dengan panjang 60 meter dan lebar 20 meter. Pada kedua belah terdapat balkon selebar 5 meter dengan ketinggian 7 meter. Konstruksi bangunan ini dikerjakan oleh seorang tukang batu dari Kwongfu, [[Tiongkok]]. konstruksi bangunan ini terdiri dari batu bata tebal yang diberi plester dan berpola seperti susunan batu alam. Dinding batu bata ini menunjang kuda-kuda kayu jati yang terbentang selebar bangunan. <ref name="katedral"/>▼
Gereja Katedral Jakarta memiliki arsitektur dan eksterior:<ref name="katedral"/>
▲* Arsitektur gereja dibuat dengan gaya [[Kebangkitan Gotik|neo-gotik]]. Denah dengan bangunan berbentuk salib dengan panjang 60 meter dan lebar 20 meter. Pada kedua belah terdapat balkon selebar 5 meter dengan ketinggian 7 meter. Konstruksi bangunan ini dikerjakan oleh seorang tukang batu dari Kwongfu, [[Tiongkok]]. konstruksi bangunan ini terdiri dari batu bata tebal yang diberi plester dan berpola seperti susunan batu alam. Dinding batu bata ini menunjang kuda-kuda kayu jati yang terbentang selebar bangunan.
* AdaTerdapat 3 buah menara di Gereja Katedral, yaitu: Menara Benteng Daud, Menara Gading, dan Menara Angelus Dei. MenaraMasing-masing menara ini dibuat dari besi. Bagian bawah didatangkan dari Nederland dan bagian atas dibuat di bengkel Willhelmina, Batavia. Pada Menara Gading terdapat sebuah [[jam]] yang pada mesinnya tertulis ''Van Arcken & Co''. Pada Menara Benteng Daud terdapat sebuah [[lonceng]] yang dihadiahkan oleh Clemens George Marie van Arcken. Pada Menara Gading terdapat lonceng yang lebih kecil dan disumbangkan oleh seorang Belanda bernama Chasse. Lonceng yang terbesar bernama ''Wilhelmus'', merupakan hadiah dari J.H. de Wit.
* Di menara gading terdapat jam yang pada mesinnya tertulis Van Arcken & Co.
Di halaman depan gereja yang juga berfungsi sebagai lahan parkir, terdapat Patung [[Kristus Raja]]. Halaman depan gereja ini menjadi lokasi pintu utama gereja. Di pintu utama terdapat patung Maria dengan tulisan ''Beatam Me Dicentes Omnes'' yang berarti "Semua keturunan menyebut aku bahagia". Di atas pintu utama terdapat ''rozeta'', yakni jendela bercorak Rosa Mystica sebagai lambang dari Bunda Maria.
* Lonceng: Pada menara Benteng Daud terdapat lonceng yang dihadiahkan oleh Clemens George Marie van Arcken. Pada menara Gading terdapat lonceng yang lebih kecil dan disumbankan oleh Tuan Chasse. Lonceng yang terbesar bernama Wilhelmus yang merupakan hadiah dari Tuan J.H. de Wit.
* Patung Kristus Raja: berada di halaman depan gereja.
*Di samping Katedral terdapat Plaza Pancasila, suatu taman dengan hiasan dengan ikon [[Garuda Pancasila]]. Terdapat juga sebuah Goa Maria:, yang Bentukbentuk fisiknya mirip dengan [[Tempat Ziarah Bunda Maria dari Lourdes|Goa Maria di Lourdes]], [[Prancis]]. Goa ini terdapat di halaman samping gereja. Selain itu terdapat juga Museum Katedral dan Sekretariat Paroki Katedral.
* Pintu Masuk Utama: terdapat patung Maria dan ada tulisan ''Beatam Me Dicentes Omnes''' yang berarti "Semua keturunan menyebut aku bahagia".
* Rozeta: merupakan jendela bercorak Rosa Mystica sebagai lambang dari Bunda Maria. Benda ini terletak di atas gerbang utama.
* Plaza Pancasila: taman dengan hiasan dengan ikon [[Garuda Pancasila]].
<gallery>
▲[[Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-05.jpg|jmpl|Pintu Masukmasuk Utama]]utama
Jakarta Cathedral grotto.jpg|Goa Maria
Patung Kristus Raja Katedral Jakarta 2024 01.jpg|Patung Kristus Raja
|