Teori yang mendasari misinformasi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
Keyakinan dan penyebaran [[misinformasi]] (informasi yang salah atau menyesatkan) terjadi karena berbagai alasan. Meskipun sering dikaitkan dengan ketidaktahuan, hal ini juga dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain seperti nilai-nilai moral dan penalaran yang termotivasi.<ref>{{Cite journal |last1=Amin |first1=Avnika B. |last2=Bednarczyk |first2=Robert A. |last3=Ray |first3=Cara E. |last4=Melchiori |first4=Kala J. |last5=Graham |first5=Jesse |last6=Huntsinger |first6=Jeffrey R. |last7=Omer |first7=Saad B. |date=December 2017 |title=Association of moral values with vaccine hesitancy |url=https://www.nature.com/articles/s41562-017-0256-5 |journal=Nature Human Behaviour |language=en |volume=1 |issue=12 |pages=873–880 |doi=10.1038/s41562-017-0256-5 |pmid=31024188 |issn=2397-3374}}</ref><ref name=":0">{{Cite journal |last1=Nyhan |first1=Brendan |last2=Reifler |first2=Jason |title=Misinformation and Fact-checking: Research Findings from Social Science |url=https://www.issuelab.org/resources/15316/15316.pdf |journal=New America Foundation}}</ref> Hal ini karena pengambilan keputusan melibatkan arsitektur kognitif individu dan konteks sosial mereka.<ref>{{Cite journal |last1=Ecker |first1=Ullrich K. H. |last2=Lewandowsky |first2=Stephan |last3=Cook |first3=John |last4=Schmid |first4=Philipp |last5=Fazio |first5=Lisa K. |last6=Brashier |first6=Nadia |last7=Kendeou |first7=Panayiota |last8=Vraga |first8=Emily K. |last9=Amazeen |first9=Michelle A. |date=January 2022 |title=The psychological drivers of misinformation belief and its resistance to correction |url=https://www.nature.com/articles/s44159-021-00006-y |journal=Nature Reviews Psychology |language=en |volume=1 |issue=1 |pages=13–29 |doi=10.1038/s44159-021-00006-y |issn=2731-0574}}</ref>
Baris 19:
[[Kebutaan karena kurangnya perhatian]] (''inattentional blindness'')adalah teori yang menyatakan bahwa individu gagal memahami informasi karena kurangnya perhatian. Penelitian yang meneliti perhatian dan penyebaran informasi yang salah menemukan bahwa partisipan menyebarkan informasi yang salah karena perhatian mereka terfokus pada faktor lain selain akurasi.<ref name=":2">{{Cite journal |last1=Pennycook |first1=Gordon |last2=Epstein |first2=Ziv |last3=Mosleh |first3=Mohsen |last4=Arechar |first4=Antonio A. |last5=Eckles |first5=Dean |last6=Rand |first6=David G. |date=April 2021 |title=Shifting attention to accuracy can reduce misinformation online |url=https://www.nature.com/articles/s41586-021-03344-2 |journal=Nature |language=en |volume=592 |issue=7855 |pages=590–595 |doi=10.1038/s41586-021-03344-2 |bibcode=2021Natur.592..590P |issn=1476-4687}}</ref>
Teori kebutaan karena kurangnya perhatian, kemudian, menyatakan bahwa mengalihkan perhatian kepada keakuratan dan kebenaran akan meningkatkan kualitas berita yang kemudian dibagikan orang, sehingga menawarkan kerangka kerja yang berguna untuk melawan misinformasi.<ref name=":2" /> Jenis intervensi misinformasi yang paling menonjol yang mengandalkan teori kebutaan karena kurangnya perhatian adalah [[Teori dorongan|''(nudging)'']], yang berupaya membentuk pengambilan keputusan dan perilaku pengguna daring sedemikian rupa sehingga dapat mencegah penyebaran misinformasi.
== Teori sosial ==
|